Friday, July 12, 2013

Diary Ramadhan (3) : Belajar Sabar dari Jalanan



Sabar, kata yang sangat sering kita baca, dengar dan katakan. Dalam praktiknya, bukan main ‘tidakgampang’nya untuk konsisten menjaga kesabaran. Tidak gampang, namun bukan berarti tidak bisa. Terus berlatih merupakan salah satu kuncinya. Salah satunya dari jalanan.

Pernahkah teman menyetir mobil? Aku baru menekuni profesi supir mobil papa selama 3 bulan, itupun khusus penumpangnya papa seorang. Lho, kok bisa? Sebenarnya akulah yang diantar, tapi aku juga yang menyetir untuk latihan. SIM A sudah di tangan, tapi menangani macet di tanjakan dan juga parkir belum menjadi keahlianku. Cukup sudah intermezo sekian panjangnya. Back to the topic : bagi teman yang pernah menyetir mobil, pernahkah menemui kejadian di bawah ini?

Mobil depan berjalan lambat, namun kita belum bisa menyalip karena itu di tikungan. Timbul cetusan,”Lambat. Ini pasti yang nyetir mba-mba baru belajar nyetir mobil.” (ga ngaca apa penulis yang mau nyalip ini juga mba-mba yang masih belajar nyetir? :p )

Angkot di belakang terus membunyikan bel, padahal di depan memang belum bisa bergerak karena macet. Ingin mengebel balik tanda,”Ini lho pak yang depan juga ga bisa gerak. Situ juga sering berhenti serampangan kan..”

Sudah nunggu antrian lampu hijau lama, dan ternyata baru saja beberapa detik-eits seperberapa detik yang lalu bahkan-muncul lampu merah dan kita tergoda untuk menaikkan kecepatan agar tidak perlu berhenti. “Tidaaaak, biarkan aku melaju. Nutut kok.”

Mobil dalam kecepatan stabil, 40km/jam, dan tiba-tiba di depan ada orang yang menyebrang tidak di zebra cross. Ckiiiiitttt, harus ngerem mendadak deh. 

Mobil terpaksa jalan lambat karena jalanan sempit et causa banyaknya truk menyerobot jalan sebagai tempat parkir. “Duuh, truk ini kenapa sie parkir di pinggir jalanan yang sudah sempit.”

Mobil di sebrang mau berbelok, tapi kita tetap melaju kencang tidak memberi kesempatan dengan dalih ”Maaf pak, ini saya ga ngasi jalan karena susah ngendalikan kalau harus berhenti dan jalan lagi. Mana ini tanjakan lagi.”

Pasti banyak contoh kejadian lainnya yang kita temukan dijalan, kejadian di atas adalah beberapa yang aku alami di Ramadhan ke-3 ku. Dan hasilnya, rasanya aku belum lulus dalam tes kesabaran di jalan. Celetukan tetap muncul, dan sebenarnya itu karena ketidakmampuanku dalam mengendarai mobil. Papa yang lulus tes kesabaran : sabar mendengar ocehan anaknya yang menyetir serampangan. 

Harus banyak menyetir, biar lebih banyak latihan mengendalikan emosi. Melatih sabar. Sabar itu ada tiga, sabar dalam menjalankan ketaatan, sabar dalam menjauhi hal haram, dan sabar dalam menghadapi cobaan. Dan dalam puasa Ramadhan, kita berlatih dalam ketiga kesabaran itu. 

Pengertian dan melihat dari sudut pandang lain juga diperlukan. Mobil yang lambat mungkin baru belajar. Angkot yang tidak sabar mungkin ada urusan penting. (Baru terpikir begini saat nulis, susah ya kalau spontan). Bagi para bapak-bapak yang pandai menyetir, harap dimaklumi bila ada mobil serampangan di jalan, yang nyetir mba-mba yang masih belajar-sepertiku. Terus menyetir, terus berlatih.
Targer Ramadhan semoga bisa terkejar! Semangat Ramadhan Day 3!! Dont make another excuse. It's a BIG note for myself.

0 komentar:

Post a Comment

 
Copyright (c) 2010 dellasgarden. Design by WPThemes Expert
Themes By Buy My Themes And Cheap Conveyancing.