Tuesday, September 13, 2016

Untuk Mama Papa, dan Keluargaku



Jumat, 14 September 1990,, 

Lahirlah aku sebagai buah pernikahan mama papa yang belum genap setahun. Dan saat ini usiaku 26 tahun. Hmm, usia yang tidak terlalu mengharapkan hadiah di ulang tahunnya (tapi kalau dikasi hadiah tetap senang, hehe). Sekitar dua minggu yang lalu, saat papaku meminta baju untuk kado ulang tahunnya (tanggal 30 September), aku pun tak kalah meminta,”Dela minta hadiah!,” “Hee, uda ga ada hadiah-hadiahan, udah gede gini.”, timpal mama. Dan aku lanjutkan,”Dela minta hadiah, mama ikut sholat Ied Adha.” Sudah lama mama mengurus rumah, saat yang lain sholat di lapangan, aku pun tak ingat kapan terakhir mama ikut, dan Alhamdulillah, personel sholat Ied bertambah satu tahun ini (dan berkurang 2 karena ternyata adik yang kuliah pada ga sholat, >_<)

Tahun-tahun sebelumnya aku sholat dengan Mbah Uti, Tirta, Mbah Kung, Papa, dan kadang Raymond juga diajak. Tahun pertama kerja, 2013, Ied Fitri dan Ied Adha adalah hari aku jadi penjaga gawang alias jaga UGD klinik, dan tidak sholat bersama keluarga. Dan spesial tahun ini, aku menggeret mama, dan mengajaknya foto (sebagai bukti ‘keberhasilan’ mengajak), aslinya ini adalah kemudahan dari sang Pemilik Hati, betapa mudahnya ia menggerakkanku untuk mengajak dengan dalih kado ultah, dan betapa mudahnya mama mengiyakan dan kita sholat bersama.

Pagi ini saat bangun tidur, kutemukan (lagi) tas (isi hadiah), seperti kebiasaan mama tiap tahunnya. Hadiah-hadiahnya adalah barang yang amat sangat jarang kubeli dengan uangku sendiri, yaitu tas, sepatu, jam tangan. Bagiku, cukup tas satu dua, sepatu satu dua, dipake sampai kucel (ya masih tetep layak lah), baru beli kalau rusak (dan ada alokasi). Kalau buku, minggu ini datang 3 paketan dan bagiku itu investasi (walaupun pe er besarku adalah membacanya hingga tuntas).

Soal hadiah fisik, mama papa orang terbaik yang tahu apa yang dibutuhkan anaknya, bahkan tahu selera anaknya (lebih tepatnya selera mama papa akhirnya jadi seleraku). Namun, yang lebih dahsyat lagi adalah doa mereka. Tahun ini, bunyinya “Meet Milad bu Dokter, Semoga diberi umur yang barokah, murah rejeki, panjang jodoh n anak yang soleha, amiinn. Mama – Papa n Adiex-adiex.” 

Dokter,, ini terwujud berkat doa mereka. Kalau ditengok ke belakang, mama papa orang paling getol menginginkanku jadi dokter, karena itulah warisan cita dari keluarga. Mbah juga ingin di keluarganya ada yang dokter, cita itu pun menurun padaku. Saat sma, kelas 3 pun, aku masih simpang siur mau jadi apa. Kalau ditanya orang akan kujawab jadi dokter, tapi hasil tes psikologi tak mengatakan begitu. Pun tes masuk PTN kujalani semua, mulai dari farmasi, psikologi, kedokteran. Dan kemudahan itupun muncul, Agustus 2006 aku resmi menjadi maba pendidikan dokter fk unair, dengan biaya yang tidak kecil, 75 juta di awal (harga emas saat itu 180.000/gr). 

Dalam proses pendidikannya pun, doa tak lupa mengiringiku, walaupun lulus dengan nilai yang biasa-biasa saja (yah, IP kepala 3 sih, cuma komanya ga tinggi), itu sudah merupakan nikmat yang luar biasa. Bagaimana tidak? Di kuliah dasar, ada teman yang drop out, ada yang mengalami stress, dll. Di masa dokter muda pun juga begitu, banyak yang pintar tersandung alias tidak lulus, banyak yang biasa-biasa saja tapi ‘beruntung’, mungkin aku salah satunya. Apa salah satu kuncinya? Doa. Sebelum ujian selalu aku menelpon dan meminta doa, bagiku, belajar boleh kurang (nakal ya), tapi minimal doa mama papa telah kukantongi.

Sedikit cerita tentang masa dokter muda. Ujian pertamaku, interna, penguji adalah konsultan nefrologi, dan aku dengan lugunya lupa melakukan urinalisa! Cuma bisa teriak dalam hati pas tahu pengujinya, dan aku lupa meracau apa dan beralasan apa hingga aku pun berhasil lulus interna. Proses yudisium pun menegangkan. Itu adalah prosesi kelulusan, nama kita dipanggil satu-satu, dan kita tak mengetahui keseluruhan hasil ujian dokter muda,kecuali hari itu. Yang dipanggil berarti lulus keseluruhan, yang tidak dipanggil berarti harus mengulang stase. Saat itu adalah hari dimana semua menangis, yang lulus menangis bahagia dan syukur, yang tidak lulus menangis bersabar (peace!). Dan itu saat dimana kelegaan dan embun sejuk menyiram hati, Alhamdulillah, doa mama papa terkabul. Officially doctor! (habis itu sih masih ada ukdi, internsip, tapi minimal uda lulus dulu, dan ga harus bayar spp)

Bu Dokter, kata yang diucapkan mama papa padaku, yang semoga selalu menjadi doa bagiku agar menjadi dokter yang amanah. Kembali pada doa, yang kedua adalah umur yang barokah. Yang digunakan untuk taat, yang menambah pada kebaikan-kebaikan. Murah rejeki. Rizki yang tak terhingga dari Allah, yang diberikan pada seluruh makhluk, maupun yang perlu digapai dengan usaha, semoga Allah limpahkan rezeki dan memberikan keberkahan di dalamnya, dan menjadikannya bermanfaat pula bagi orang lain. 

Panjang jodoh. Ini adalah doa yang agak asing ditelingaku. Biasanya enteng jodoh, yang sepemahamanku adalah dimudahkan bertemu jodoh. Tapi panjang jodoh? Mungkin bisa aku kiaskan dengan panjang tangan yang berarti mudah memberi sedekah, hehe. Aku menafsirkannya dengan bertemu dengan jodoh (yang panjang) dunia sampai akhirat Mengutip dari kajian, karena menikah adalah ibadah, dan ibadah itu bersifat abadi, dunia sampai akhirat. 

Anak yang soleha. Aamiin.. karena anak adalah investasi. Tiap makanan dan minuman yang diberikan mama papa, dan menjadi daging dalam tubuh ini, adalah investasi bagi mereka. Dan tiap amal yang kulakukan ada andil (serta pahala insyaAllah) mama papa disana. Semoga aku (dan adik juga) dapat menjadi wasilah bagi mama papa di akhirat. Yang dapat membawa ke surga, bukan menariknya ke jurang neraka. Ya Allah, doa orang tua adalah doa yang mustajab. Kabulkanlah.. Dan teriring doa agar kau mendapat kebaikan yang sama, wahai saudariku yang membaca artikel ini dan mendoakan dalam diam.

Thursday, September 8, 2016

Seminar Parenting Nabawiyah (Day 2 Part 2 #End)



Alhamdulillah, akhirnya sampai di artikel terakhir. Bagi yang mau membaca artikel sebelumnya, bisa mampir di sini

Perbedaan Mendidik Anak Laki-laki dan Perempuan



Laki-laki dan perempuan mempunyai kesamaan sekaligus perbedaan. 16:97. Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik,.. .» Laki-laki dan perempuan mempunyai kesamaan dalam amal sholih, iman, ilmu. 3:36. Dan laki-laki itu tidaklah sama dengan wanita... Perbedaan adalah dalam fisik, tugas utama, dsb

Perbedaan
Qawamah (Laki-laki)
  • -          Pemimpin (adil dan syuro). Ajarkan ia untuk adil (tidak memutuskan masalah sebelum mendengar keterangan dari 2 belah pihak yang bertikai).
  • -          Mencari Nafkah (life skill). Ajarkan skill yang dibutuhkan
  • -          Tempat utama diluar rumah. Ia perlu punya fisik kuat, kokoh, sehat karena bumi yang luas ini adalah tugasnya)

Shalihat (Perempuan)
  • -          Dipimpin (adabnya adalah taat)
  • -          Boleh berpenghasilan, tapi tidak pernah menjadi kewajiban
  • -          Tempat utama didalam rumah. 33:33. Silakan mencari ilmu sampai dengan gelar tertinggi, tapi tempat termulia baginya adalah di rumah.


Gunakan tiap kesempatan untuk pendidikan. Contoh kasus. Saat anak meminta sesuatu, lalu ayah menolak, kemudian ia ke bunda dan bunda mengijinkan. Maka ini adalah kesempatan mahal untuk mengajarkan anak perempuan mengenai ketaatan, dan mengajarkan anak laki-laki tentang kepemimpinan. Maka bunda perlu mengatakan,”Nak, bunda memang awalnya mengijinkan, tapi bunda taat pada ayah, maka untuk saat ini kita taat ayah, ga boleh ya...” Bukannya melobi dengan,”Ah, ga apa yah, kali ini ijinkan aja ya anakmu.” Minimal sepakat didepan mereka, jika masih ada perbedaan pendapat mengenai alasan kenapa ayah menolak, ibu mengijinkan silakan diskusi di belakang

Terkait pekerjaan. Ada pekerjaan yang harus dihindari. Untuk laki-laki, janganlah menjadi dokter kandungan, ini adalah wilayah wanita. Untuk perempuan, hindari pekerjaan berat dan membutuhkan pemikiran dan kepemimpinan umum, contoh hakim. Mengapa? Karena profesi ini perlahan mengikis rasa dan fitrah perempuan, pelan-pelan akan terurai rasa indahnya. Kasihan suaminya, suami logis, istri logis, sejatinya suami akan menemui sosok “laki” dirumahnya. Profesi yang paling dekat dengan fitrah perempuan adalah guru.

Rasul memerintahkan untuk menikahi wanita yang subur dan besar rasa kasih sayangnya. Rasa seperti apa yang hilang dari perempuan dengan profesi hakim (contohnya)? Rasa kasih sayang, tempat suami pulang dan merasa tentram, tempat anak kembali untuk mencurahkan keluh kesah masalahnya.

Kekurangan yang sering terjadi
33:28-34. Janganlah merendahkan suara. Ajarkan anak perempuan bahwa suaranya adalah aurat. Ajarkan anak lelaki untuk menjaga otak dan hatinya (agar tak ada penyakit hati, dan tidak terpengaruh dengan suara perempuan)
28 : 25. Malu, sifat ini yang harus ditekankan pada perempuan. Ia laksana mutiara yang sangat terjaga dan tertutup rapi.

Belajar dari kisah Rasul-Ummu Salamah-Perjanjian Hudaibiyah. Libatkan istri untuk mencari solusi permasalahan, bisa jadi solusi permasalah itu datang darinya.

Tugas orang tua adalah membersihkan jiwa sampai bening. Doa Ya Allah karuniakan ketakwaan pada jiwaku. Sucikanlah ia, sesungguhnya Engkaulah sebaik-baik yang mensucikannya, Engkau-lah Yang Menjaga serta Melindunginya. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari Ilmu yang tidak manfaat, hati yang tidak khusyu, dan doa yang tidak diijabahi. (HR. Muslim 2722)

Siklus anak. Laki : anak – baligh – menikah – suami – ayah. Perempuan : anak – baligh – menikah – istri – ibu. Maka persiapkan tiap tahapannya.

Kalimat mana yang lebih baik untuk anak? Sholatlah nak, agar masuk surga. Kalau tidak sholat, akan masuk neraka. Mari belajar dari al Qur’an. Lihat surat ar Rahman dan Qaf. Ar Rahman : banyak kabar gembira , tidaklah cocok ketika ar Rahman yang Maha Pengasih berisikan banyak ancaman, namun tetap ada sedikit ayat yang berisikan neraka. Qaf : berat, akhir ayat diakhiri dengan qalqalah yang menimbulkan kesan berat, banyak berisi ancaman, banyak qari yang menangis dan tidak mampu melanjutkan saat membaca ayat, (Dan ingatlah akan) hari (yang pada hari itu) Kami bertanya kepada jahannam : "Apakah kamu sudah penuh?" Dia menjawab : "Masih ada tambahan?". Namun, ada sedikit ayat yang berisi nikmat.

Lihatlah, al Qur’an telah mengajarkan kita metode dalam bicara, dengan melihat situasi, ada kalanya perlu menonjolkan ancaman, ada kalanya berikan semangat dengan nikmat. Jadi saat anak lagi rajin sholat, beri apresiasi tapi tak lupa sertakan sedikit penyeimbang,”Orang yang sholat itu akan dapat surga, dst. Tapi ingat, jangan sampai jadi orang yang merugi dengan melalaikannya.” Begitupun sebaliknya, ketika sedang malas sholat, beritakan ayat ancaman bagi siapa yang meninggalkan sholat, tapi tetap berikan sedikit harapan.

Kecenderungan pada salah 1 anak. Bolehkah? Lihat kisah Nabi Yusuf dengan saudaranya, saudaranya berniat membunuhnya karena iri terhadap perlakuan ayah mereka pada Nabi Yusuf. Lihat pula kisah Rasul yang didatangi seorang ayah yang ingin menjadikan Rasul saksi saat ia akan menghibahkan harta pada anak-anaknya. Pertama Rasul bertanya apa ia memberi hal yang sama pada semua anak-anaknya, lalu orang itu menjawab,”Tidak ya Rasul.” Maka jawab Rasul,”Apakah kau memintaku untuk mempersaksikan dosa ini?” Ibrah : adillah pada anak. Ketika ada kecenderungan pada salah satunya, simpan rapat dalam hati, jangan pernah dikeluarkan dalam bentuk apapun. Adillah dalam hal yang zahir, sedang urusan perasaan, kembalikan pada Sang Pemilik Hati.

Sedikit catatan lepas . Mukadimah sebelum Seminar.

Saat kita akan belajar, lepaskan diri dari kungkungan ilmu saat ini, kembalikan pada teladan terbaik, yakni Rasulullah. Kita tidak pernah perlu belajar dari orang lain, kecuali Rasulullah.

Lihat sekarang, kita peduli pada makanan halal haram yang hasilnya “hanya” daging pada badan kita, maka sudah sepatutnya kita peduli pada masalah keluarga (parenting) karena hasilnya adalah manusia, sumber utama generasi!

Ada yang bertanya pada ust Budi,”ustadz anti Barat ya?” Bukan anti Barat, tapi belajar daril ilmuwan muslim dahulu, mereka mengambil ilmu dari manapun, kemudian disaring, apakah itu sesuai dengan Islam. Lepaskan diri dari kungkungan ilmu kita saat ini.

 Apakah harus menunggu keluarga kita baik, baru bisa menyampaikan? Kalau saya sendiri (ust Budi) takut akan celaan Allah pada ia yang mengucapkan apa yang tidak dikerjakan (Surah Ash Shaf), jadi apa yang belum bisa saya aplikasikan pada keluarga, saya memilih saat itu tidak menyampaikan (sambil berproses memenuju yang lebih baik), dan membiarkan mereka yang lebih berilmu untuk menyampaikan.

Karena suara hati-lah yang sampai ke hati (Imam Ahmad). Kata-kata dari orang yang tidak melakukan tidak akan memberi perubahan yang banyak. Simak pula kata pemimpin Oman yang akhirnya masuk Islam, “Tidak ada sesuatu yang diperintah Nabi kecuali beliau orang pertama yang melakukannya, dan tidak ada sesuatu yang dilarang Nabi kecuali beliau orang pertaman yang menghindarinya.”

Mulailah membiasakan diri untuk melibatkan mereka yang punya kafaah ilmu syar’i dalam kehidupan kita, agar tiap permasalahan dapat dicarikan solusi syar’i

Sedikit Catatan Lepas. Dan Diskusi.

Peran Wanita dalam menjaga Qawwamah
  • -          Ketika istri lebih hebat, tiru Khadijah. Nabi awalnya hanya salah satu pekerjanya, kemudian setelah menikah, perlahan-lahan Khadijah serahkan usaha itu pada Nabi.
  • -          Jangan pernah menjatuhkan qawamah ayah dihadapan anak. Tiru Rasul ketika memuji Ali di depan Hasan dan Husein agar menimbulkan perasaan bangga pada ayah mereka
  • -          Saat ayah jauh, bangun komunikasi, ceritakan hal baik tentang ayah mereka, agar anak tetap punya kebanggaan pada ayahnya.

Bagaimana sikap ayah terhadap anak, saat ia telah bercerai? Cerai zaman nabi tidak banyak dan tidak merusak semua hubungan yang ada, berbeda dengan yang terjadi sekarang. Kaidah awal ketika melakukan kesalahan adalah meminta maaf, maka ortu perlu meminta maaf kepada anak, dan tetap melakukan komunikasi sebaik mungkin dengan anak.

Ada statement menarik dari salah satu teman ust Budi,”Poligami adalah hak laki-laki yang dirampas oleh peradaban ini.” Mengapa? Salah satunya karena hilangnya qawamah laki-laki.

Bagaimana cara menasehati suami yang berilmu? Bukan perkara mudah. Gunakan pertanyaan, layaknya sahabat ketika ‘menegur’ Rasul,”Ya Rasul, apa ini wahyu yang turun kepadamu ataukah ini pendapatmu?” Katika Rasul menjawab ini pendapatku, barulah sahabat melanjutkan pendapat mereka. Lihat pula cara Ibrahim ‘menegur’ ayahnya, juga dengan bertanya,”Wahai ayah, mengapa ayah menyembah...?” Maka seperti itu juga cara bertanya pada suami,”Apakah tema ini ada jawabannya secara syariat?”

Himbauan untuk suami (dari ust Budi), turunlah, jadilah orang yang mudah diraih oleh istri, berterimakasihlah untuk teguran yang telah diberikan. Ada minimal 2 hikmah yang tercapai, istri menjadi kagum karena suaminya adalah orang yang dapat menerima nasihat, dan komunikasi antara mereka pun menjadi lancar.

Sedikit Catatan Lepas. Mendidik anak usia 0-5 tahun.

Tanamkan tauhid. Cukupkan menjawab pertanyaan dengan al Qur’an, untuk usia ini anak sudah cukup bahagia dan terpuaskan dengan ayat al Qur’an (pembiasaan ini perlu dilakukan sejak awal).

Pengalaman pribadi ustadzah Poppy, ketika anaknya bertanya,”Umi, Bilal ini keluar dari mana ya?” “Ayo nak, kita cari dalam al Qur’an, kemudian dibacakan An Nahl 16 : 78 Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu,.... Bilal hanya komen, “O Allah ya mi, ..” Selesai, tak ada pertanyaan lanjutan. Berbeda dengan salah satu anak sahabatnya, ketika ditanya pertanyaan yang sama oleh anaknya, ia tunjukkan bekas jahitan operasi caesarnya, sambil curhat,”Untung gue operasi, kalau normal mau jawab apa coba?” dan tak berhenti disitu, ada lagi bertubi pertanyaan berikutnya,”kenapa, gimana, koq bisa?”

Wah, bagaimana kalau tidak hafal ayatnya? Cari tahu, bukankah sekarang jaman canggih. Dan kondisikan untuk mencari bersama,”Yuk kita cari” dan ketika belum ketemu,”Yuk, kita tanya ke yang lebih paham, di Al Qur’an pasti ada jawabannya,” Ya, karena memang ketika kita tidak mendapatkan jawabannya, bukannya tidak ada, tapi kita yang belum paham tafsirnya.

Kajian tambahan. Ayah Kita Ibrahim

Belajar dari Nabi Ibrahim. Mengapa?
  • -          Dibaca pada dzikir pagi petang  “Di waktu pagi kami memegang agama Islam, kalimat ikhlas (kalimat syahadat), agama Nabi kami Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan agama bapak kami Ibrahim, yang berdiri di atas jalan yang lurus, muslim dan tidak tergolong orang-orang musyrik.”
  • -          Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memohonkan perlindungan untuk Hasan dan Husain, dengan doa Nabi Ibrahim  saat memohonkan perlindungan untuk Ismail dan Ishaq. Aku memohon perlindungan dengan kalimat Allah yang sempurna untuk kalian berdua, dari gangguan setan dan binatang berbisa, dan dari pandangan mata (ain) yang membuat sakit.(HR. Bukhari 3371 & Abu Daud 4737). Ain bisa dari mata yang takjub sampai lupa berdzikir pada Allah, atau mata yang hasad
  • -          Dua orang sholeh yang selalu kita baca dalam sholawat kita, Nabi Muhammad dan Nabi Ibrahim, beserta keluarga keduanya. Dua uswatun khasanah yang disebut dalam al Qur’an dalam Ahzab:21 dan Mumtahamah:4.
Allah telah pilihkan orang terbaik untuk ditiru, maka belajarlah dari keduanya.

Pentingnya tema keamanan dimana anak tumbuh.  Belajar dari doa Nabi Ibrahim
2:126 Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian.
14:35-37 Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala. Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia, maka barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.

  • -          Dalam 2:126 disebutkan baladan (tanpa alif lam, nakiroh, bersifat umum) sedang dalam 14:35 disebutkan al balad (dengan alif lam, ma’rifat, menunjukkan sudah jelas negeri yang dimaksud). Begitu rinci al Qur’an menyebutkannya, saat 2:126 daerah itu masih merupakan padang tandus, maka Ibrahim berdoa secara umum. Sedang pada 14:35 sudah ada orang-orang, dan terbentuklah kota di sana, yakni Mekkah. Dalam 2 doa diatas, yang dipinta pertama adalah keamanan negeri
  • -          Urutan dalam al Qur’an tidak pernah tertukar, maka belajarlah dari urutan permintaan doa beliau :
o   Negeri yang aman
o   Jauh dari menyembah berhala : Tauhid
o   Lembah tak punya tanaman, di dekat rumah Engkau : carilah lingkungan dekat masjid, jadikan masjid sentra kehidupan
o   Hati manusia cenderung pada mereka : berdoa agar mereka diberikan akhlaq yang baik
o   Rezeki dari buah-buahan : barulah meminta rezeki setelah seluruh hal diatas

Betah dirumah adalah tolak ukur keberhasilan pendidikan anak dalam rumah tangga

Belajar dari keluarga Ibrahim.
  • -          Dari Sarah : bagaimana memanaj kecemburuan
  • -          Dari Hajar : bagaimana mendidik Ismail menjadi anak shalih yang patuh pada ayahnya
  • -          Dari Ibrahim : (ayah yang sibuk bisa mencontohnya) bagaimana melepas anak dengan mendoakannya

Gadget. Jauhkan anak dari permainan ini. Cari mainan lain. Jangan terpaku dengan pemikiran mainan harus beli dan mahal. Ingat dulu ketika masi kecil, sangat bahagia bermain dengan alam, mandi hujan, berlari sama teman (ini adalah hak anak yang dikebiri oleh ortu saat ini). Sebenarnya, ketika anak dijauhkan dari gadget, mereka akan bermain sendiri dengan cara yang kreatif, kursi dibalik dijadikan kuda, tulis dan coret dinding, biarkanlah.

Tentang punishment dalam Islam. Baca ini Kisah Setangkai Anggur untuk Pendidikan  Oleh para trainer “hukuman” dijadikan racun dalam pendidikan, dikatakan sebagai “teror psikologis”. Padahal Nu’man bin Basyir pernah dijewer Nabi, Nabi pun pernah memaksa keluarkan kurma sedekah dari mulut Hasan dan berkata,”tak taukah bahwa keluarga kita tidak boleh memakan kurma sedekah.” Hukuman itu laiknya obat, diperlukan ketika sakit. Yang perlu diketahui : kapan diberikan, sebesar apa, jenis apa, kapan diberhentikan, urutannya seperti apa, dsb.

Kasus LGBT. Jaman Nabi ada pula laki menyerupai wanita, dan perintahnya “usir mereka dari rumah kalian.” Ini menunjukkan bahaya dan besar pengaruh negatifnya. Kalau jumlahnya nbanyak, akan terjadi musibah besar seperti jaman Nabi Luth. Solusi, pahami sumber masalahnya, mengapa mereka bergabung dalam komunitas itu, apakah karena kecewa yang mendalam pada orang tua, dll.

Sekian catatan dari seminar dan kajian oleh Ust Budi Ashari, Lc dan tim Parenting Nabawiyah. Semoga bermanfaat.

Selesai ditulis, 8 september 2016. 19.20. Dengan semangat awal : Catatan harus segera dirapikan, sebelum tiba saat empunya tulisan tak (lagi) bisa membaca goresan tangannya sendiri

Tuesday, September 6, 2016

Seminar Parenting Nabawiyah (Day 2 Part 1) #Spesial Wanita



Catatan dibawah saya persembahkan untuk wanita, karena engkaulah generasi ada.

Peranmu Surgamu

Al Quran memotret perempuan di ketiga perannya, sebagai pribadi, istri dan ibu. Selama ini kita merasa bahwa masuk surga karena berperan menjadi ibu, tapi ternyata peran menjadi istri lebih besar dan lebih banyak disebut dalam al Qur’an


[Lihat Gambar] Ustadzah Poppy membuat daftar wanita yang disebut secara zahir dalam al Qur’an, kemudian membaginya dalam 3 fase, fase saat gadis, saat menjadi istri, dan saat menjadi ibu. Dan lihatlah persentasenya.

Wanita yang terbanyak masuk neraka. Mengapa? Karena ia kufur terhadap suami dan ingkar pada kebaikan.

Mari simak kisah Kopi Panas. (maaf agak panjang) Ini kisah dari ibunda ustadzah Poppy yang sekamar dengan seorang ibu saat menunaikan haji. Ibu ini selalu buru-buru sebelum jam makan, dan tidak pernah berangkat makan bersama teman sekamar. Saat ditanya kenapa begitu, ternyata ia selalu menyiapkan kopi terlebih dahulu untuk suaminya. “Suami saya hanya bisa minum kopi yang 5 menit didiamkan setelah diseduh dengan air dari dispenser.” Begitu terjadi setiap sebelum jam makan, sampai suatu pagi ibu ini punya keluhan pencernaan yang membuat ia harus buang hajat, dan ia telah perkirakan waktu buang hajatnya masih cukup, dan masih bisa untuk membuat kopi yang sesuai. Sampai saat itu terjadi keributan. Kopi itu tidak sesuai, karena si ibu masih bermasalah dengan perutnya. Suami teriak,”mana kopi saya”, kemudian kopi itu disiramkan ke wajahnya , dan tamparan pun melayang. Apa yang dilakukan istri? Ia peluk suaminya dan menangis minta maaf,”Maafkan tidak melayanimu dengan baik.” Ibu ustadzah Poppy tidak terima melihat itu, dan memarahi si ibu,”Koq mau dibegitukan.” Lalu jawab siibu,”Ga apa bu, saya dulu miskin, ia yang buat saya naik haji, ia beri saya makan, rumah, pakaian, kalau cuma dipukul begini masih kecil dibanding jasanya.”

Pelajaran yang dapat dipetik , proporsional dalam melihat kebaikan, jangan sampai kufur dan berkata,”Ia tak pernah melakukan kebaikan padaku.” Apakah harus sampai dipukul, disiram kopi? Bukankah ini dzalim? Kekerasan? Apakah seperti itu qawamah? Pertanyaan pun disampaikan peserta wanita, dan dijawab oleh ust Budi, “Tenang ibu, kami disini ga ngajarin bapak untuk nyiram kopi dan nampar (hehe) , bukan seperti itu qawamah, dan dalam memukul pun ada kaidahnya, salah satunya tidak memukul wajah.” Poin yang diambil pelajaran disini adalah proporsional melihat kebaikan. Jangan sampai satu kesalahan ‘menghilangkan’ banyak kebaikannya

Wanita ahli surga. Adalah wanita yang ketika suami marah, lalu ia katakan,”Ini tanganku di atas tanganmu, mataku tidak akan bisa terpejam hingga engkau ridha.”

(1)Potret perempuan dalam Quran sebagai pribadi.

  • -          Maryam menanggung fitnah luar biasa karena hamil saat perawan. Ibrah : jangan mudah terpengaruh dengan omongan luar.
  • -          Perempuan pemimpin negeri Saba beriman ketika dihadapkan pada kebenaran yang dibawa oleh Nabi Sulaiman. Ibroh : segera menerima kebenaran sami’na wa atha’na. Dalam al Qur’an kata cerdas selalu lekat dengan segera menerima kebenaran, itulah hakikat kecerdasan yang sebenarnya.
  • -          2 Perempuan yang bertemu Nabi Musa keluar rumah membantu ayah yang sakit. Fitrah wanita adalah dirumah, alasan kuat 2 perempuan ini keluar adalah karena ayah sebagai tulang punggung keluarga sakit. Ibrah :pikirkan baik-baik alasan ketika harus keluar rumah, penting kah?
  • -          Saudara perempuan Nabi Musa mengintai bayi Musa, melobi raja agar bayi Musa disusui ibunya sendiri. Ibrah : perempuan harus cerdas, menerima amanah, menyelesaikan tugas, pintar bernegosiasi.
  • -          Perempuan mukminat yang menyerahkan dirinya Ibrah : bukanlah aib untuk menawarkan diri pada laki sholih untuk dinikahi.


(2)Potret perempuan dalam al Qur’an sebagai istri

  • -          Hawa. Adam dicipta Allah dengan kecerdasan, kemampuan bicara, berdiskusi, maka untuk itulah Hawa dicipta, untuk menemaninya.
  • -          Istri Nuh. Sebenarnya ia orang yang baik. Kemudian mulai terpengaruh lingkungan dan menganggap suaminya aneh saat membangun kapal, dan berkata pada anaknya,”Ayahmu mulai gila.” Ia dan anaknya pun tenggelam. Ibrah : hati-hati dengan lisan, jangan jatuhkan wibawa ayah dihadapan anak.
  • -          Istri Luth. Ia pun orang baik, sampai saat wanita datang ke rumahnya dan berkata,”Apa kau hidup sesederhana ini?” kemudian menawarkan imbalan harta untuk informasi jika ada tamu laki berkunjung. Ia pun bukan termasuk yang diselamatkan Allah. Ibrah : jangan mudah “dipanas-panasi”
  • -          Sarah. Darinya kita belajar kesabaran dan manajemen cemburu.
  • -          Hajar. Kedalaman aqidah, ketika ia rela ditinggal di padang pasir hanya berbekal sekantung kurma dan sebotol air. Ibrah : Allah Pemilik Rezeki, janganlah berkeluh kesah,”Saya ditinggal suami, bagaimana dengan kami, anak butuh makan tempat tinggal, dsb.”
  • -          Istri al Azis. Terpikat ketampanan Yusuf, padahal ia telah bersuami. Ibrah : ibu, tetaplah jaga pandangan, jangan ‘kepedean’ tidak tergoda saat sudah bersuami (godaan setan pasti muncul)
  • -          Asiyah. Yang terbaik dari 4 wanita terbaik. Ketika bersabar dengan perilaku suami, akan diberi hadiah rumah di surga. Ibrah : jangan menyesali apa yang telah dipilih, berdoa selalu untuk kebaikan, dan bersabar.
  • -          Istri Imron. Bernazar anak dalam kandungan menjadi pelayan Allah. Ibrah : senantiasa mendoakan anak dalam kandungan
  • -          Istri Zakaria. Bersabar saat belum dikaruniai anak.
  • -          Hafsah. (dan Aisyah). Kisah Hafsah-Aisyah-Rasul soal madu dari Zainab.
  • -          Aisyah. Peristiwa Hadistul Ifki. Penyebar berita tidak benar ini dilakukan oleh 3 laki dan 1 wanita, saudari Zainab binti Jahsy, yakni Hamnah binti Jahsy, dan diberi hukuman cambuk. Ibrah : jangan gampang menyebar berita (tanpa tahu kebenarannya)
  • -          Zainab. Kisah perceraian dengan Zaid. Perceraian dibolehkan ketika suami merasa tak sanggup lagi menjadi qawwam, dan istri merasa tak sanggup lagi untuk taat.
  • -          Istri Abu Lahab. “kompor”. Perlu diketahui agar tidak ditiru. Cth. Suami mengeluh,”Temen yang kemarin baru ngaji udah sok nasehatin.” Istri nyeletuk,”Ia tuh, padahal dulu dia begini begitu.”
  • -          Khaulah binti Tsalabah. Kisah zihar.
  • -          Perempuan yang mengurai benang. Kisah perempuan yatim piatu kaya dan terpandang, yang menikah dengan lelaki yang hanya menginginkan hartanya. Laki tersebut kemudian lari membawa sebagian hartanya, perempuan ini kemudian patah hati dan frustasi. Ia menenun benang, setelah selesai ia urai kembali dengan penuh kemarahan, begitu seterusnya. Ia pun meninggal dalam kesia-siaan. Ibrah : ibu, jangan sampai pandangan orang lain terhadap kita mengganggu kita. Takdir Allah pasti yang terbaik


Peran istri. Contoh dari Asma binti Abu Bakar, istri Zubair bin Awwam. Mengurus kudanya, memberi makan, mencari rumput, menimba air, memanggul biji kurma dari tempat yang seluas 2/3 farsakh. Fatimah binti Muhammad, tangannya kasar karena menggiling gandum. Ibrah : niatkan seluruh aktivitas karena Allah. Bukan saatnya bertanya,”Apa Islam mengajarkan istri untuk menyiapkan baju, memasak, membuat kopi, menyapu rumah? Bukankah tugas suami untuk memberi nafkah?” Lihatlah pada istri sahabat dari generasi terbaik, bagaimana mereka berkhidmat pada suami, menjadikan Allah sebagai puncak ketaatan.

Peran istri. : 21. Dijadikan untukmu istri agar merasa tentram kepadanya. Jadilah sosok yang menentramkan. Istri bertanggung jawab atas rumah suaminya, jadilah orang yang paling tahu keadaan rumah, dimana terdapat najis, dsb.

(3)Potret perempuan dalam al Qur’an sebagai Ibu
Salah 1 hakikat penciptaan perempuan adalah berkembang biak. Ia mendulang pahala besar saat hamil, melahirkan, menyusui, menyapih. Jangan minder ketika hamil dan punya anak banyak.

Jadikan anak menjadi sosok yang kuat dan pemaaf. Kasus bullying di sekolah, terjadi hanya pada anak yang lemah. So, ajarkan pada anak ketika ia dipukul, ia boleh koq pukul balik, tapi lebih baik untuk memaafkan. Kondisikan ia punya pilihan, bukan untuk mengalah karena lemah.

Pembelajaran dari Masa Hamil, Melahirkan, Menyusui dan Menyapih

Kata Hamil dalam al Qur’an.

  • -          22:2. Fitrah kogoncangan ketika keguguran. Ketika justru bahagia ketika keguguran, berarti fitrah mulai rusak.
  • -          35:11, 13:8, 39:6, ... Apa yang terjadi pada proses kehamilan adalah hanya dengan sepengetahuan Allah. Tawakkal. Janganlah mengelak, dulu hamil baik saja, mengapa saat lahir ada kelainan. Perlu ada keikhlasan atas apa yang terjadi dalam proses kehamilan
  • -          65:4, 6. Jaminan nafkah dari ayah sang bayi. Begitu rinci al Qur’an menyebut ayah sang bayi, bukan suami. Fenomena yang terjadi saat ini, banyak anak lahir dari ibu tak bersuami


Ketika buah hati tak kunjung datang. Hud:71. Lalu ia tersenyum, maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira (tentang) kelahiran Ishaq. Ibrah : Susunan dalam Al Qur’an tak mungkin tertukar, tersenyum dulu, lalu Allah akan berikan berita gembira.

Fabasysyarna : fa (maka) : selalu mengiringi setelah doa. Bukan saufa (akan), tsumma (kemudian) à “maka” bermakna langsung, bukan akan, bukan kemudian à berdoalah, karena Allah pasti mengabulkan doa. Namun Allah-lah yang tahu waktu yang tepat. Jarak dari kabar gembira tersebut sampai Ishaq lahir adalah 13 tahun. Maka bersabarlah.

Allah pasti mengabulkan doa, justru kita yang harus bersiap : siap mewujudkan doa, dan siap saat doa terkabul. Contoh : ibu berdoa agar anaknya menjadi hafidz, maka ia harus siap membantu anaknya menghafal dan talaqqi, sesibuk dan selelah apapun itu, karena itu bagian dari doanya

Tips Qur’ani bagi ibu hamil. Belajar kisah Maryam. Selalu iringi dengan kalimat yang menghibur. Dekat dengan air gemericik yang menenangkan. Menghindari tempat dan hal yang membangkitkan kesedihan. (dan ketika ada kasus perawan hamil diluar nikah, janganlah menjadi orang yang membicarakannya, ketika untuk membantu pun kita tidak bisa)

Tips Qur’ani saat melahirkan. Rasa sakit adalah hal yang wajar, dengan rasa sakit itu Allah ingatkan agar kelak menjaga anak dengan sebaik-baiknya.

Menyusui. 2:233, 31:4. Allah perintahkan untuk menyusui. Menyusui atau ASIP? (Bukan mengecilkan ia yang ASIP, inipun usaha yang baik) namun proses menyusui itu tak kan pernah terganti. Ada interaksi disana, kesempatan memasukkan nilai tauhid dengan berbincang. Belajar dari deteksi autis, anak autis dapat terdeteksi usia 1-2 tahun, bagi ibu yang menyusui secara sempurna, karena ada sentuhan, pelukan, tatapan mata, dan interaksi disana.

Ibu perlu mengulang proses yang terlewat. Jika dulu berhalangan menyusui, gantikan dengan doakan selalu anaknya, sering memberikan pelukan, agar timbul magnet kasih sayang

Menyapih. Weaning with love. Sempurnakan menyusui sampai 2 tahun kemudian sapihlah. Bagaimana jika anak tak mau dan merengek sehingga menyapih > 2 tahun, mana yang baik? Jawaban,”Adakah yang lebih baik dari sempurna menurut Allah?” Lakukanlah ini karena perintah Allah. Tips, sounding 4 bulan sebelumnya,”Nak, 4 bulan lagi selesai ya menyusunya, karena Allah memerintahkan seperti itu. Itu artinya adek sudah besar, Alhamdulillah. InsyaAllah bisa.”

Jadilah ibu yang tegar dan kuat dalam menjalankan perintah Allah, bukan sebaliknya. “Nak, pergilah menuntut ilmu, ibu rela, dll” tapi sambil nangis saat melepasnya. Tirulah ibu para sahabat, dengan tegar melepas anaknya,”Nak, pergilah jihad, tegakkan kalimat Allah, jangan lari dari peperangan.”

Peran super mulia. Karena perannya ibu dimuliakan di atas ayah 3 kali, tapi lihatlah kemuliaan itu dibayar dengan 3 hal : hamil susah payah, melahirkan susah payah, menyusui 2 tahun sempurna. Maka akankah kita menuntut banyak ketika tak memberi yang seharusnya?

Bagaimana memulai dari sekarang, terlambatkah, sedang dulu tidak menyusui, tidak memberi pelajaran pada anak? Risiko keterlambatan, adalah memulai kembali dengan lebih perlahan, jangan terlalu banyak menuntut, berilah apresiasi. Ilmu parenting itu “hanya” 2, mensholehkan diri sendiri, dan berdoa.

#bergidik saat menuliskan kembali catatan ini. #ditulis saat menjalani fase pertama dari 3 lainnya. #semoga menjadi pengingat ketika menjalani fase berikutnya #semoga yang menulis dan mengetahui ilmu ini, dimudahkan Allah untuk mengamalkannya.

Bersambung ... 

Artikel sebelumnya

 
Copyright (c) 2010 dellasgarden. Design by WPThemes Expert
Themes By Buy My Themes And Cheap Conveyancing.