Tuesday, May 31, 2016

Berbagi Kebahagiaan bersama adik Panti Sumaryati Taylor



Alhamdulillah, atas kemudahan dari Allah, telah terlaksana kunjungan ke Panti Sumaryati Taylor pada hari Ahad, 29 Mei 2016. Rombongan yang berkunjung terdiri dari 24 orang dan disambut oleh 12 orang anak dan 2 pengurus panti, salah satunya pimpinan panti yakni bu Widyawati. Saya akan sedikit bercerita tentang pengurus dan adik panti yang keseluruhannya adalah perempuan. Pengurus panti terdiri 4 orang dengan bu Widyawati sebagai pimpinan. Adik panti saat ini keseluruhannya berjumlah 20 orang, 6 orang SD, 8 orang SMP dan 6 orang SMA. Tidak semuanya mukim alias tinggal di panti, ada sebagian adik yang masih mempunyai orang tua namun kurang mampu yang pulang ke rumah orang tuanya. 

Kembali ke kunjungan kami. Kunjungan dilaksanakan jam 10 sampai dengan jam 12, dimulai dengan penyerahan bantuan makanan dan alat tulis sekolah. Makanan yang diberikan berupa beras, susu bubuk sachet dan kurma. Sedang alat tulis yang diberikan yakni buku tulis, pulpen, pensil, penghapus, tip x, tempat alat tulis. Dana yang masih ada digunakan untuk uang saku yang diberikan langsung ke masing-masing adik dan ada pula dana untuk operasional panti.

Setelah penyerahan makanan dan alat tulis, acara dilanjutkan dengan ramah tamah dan makan. Sembari kami makan pastel, naked cake dan minum susu kedelai, bu Widyawati menceritakan asal nama panti. Beberapa saat sebelum kami tiba, ada rombongan dari komunitas lain datang tanpa pemberitahuan sebelumnya untuk memberikan bantuan sembako dan lain-lain dalam rangka rangkaian kegiatan keagamaan mereka, dan mereka bertanya,”Kenapa panti asuhan Islam tapi di namanya ga ada ‘nama Islam’nya?” Akhirnya bu Widya bercerita ke kami, bahwa bangunan panti itu adalah hibah dari bu Sumaryati yang bersuamikan muslim Australia bernama Taylor. Sehingga panti tersebut dinamakan Sumaryati Taylor. Saat ini mereka sudah tidak tinggal di Balikpapan, dan panti tersebut dikelola bu Widya bersama 3 pengurus lainnya. 



Ramah tamah dilanjutkan dengan doa yang dipimpin oleh salah satu adik dan diamini oleh kami semua. Isi doa antara lain meminta keselamatan, serta meminta agar disampaikan pada Ramadhan. Kunjungan ditutup dengan berfoto bersama dan sedikit salam serta harapan dari bu Widya,”Semoga ga hanya sekali kesininya ya, kami tunggu tahun depan.” Saya spontan berceletuk,”Kenapa harus tunggu tahun depan bu, ga kelamaan?” Ibu menjawab,”Biasanya banyak orang datang saat momen Ramadhan.” Jleb. Antara senang dan sedih mendengarnya, Alhamdulillah, Ramadhan menjadi momen kita untuk mengingat dan berbagi dengan yang membutuhkan, namun sedihnya, apakah kita harus menunggu Ramadhan untuk peduli? Dan apakah hanya saat Ramadhan kita ingat untuk berbagi? 

Harapannya program ini dapat istiqamah berjalan, atau bahasa kerennya semoga kegiatan ini berkesinambungan, tidak hanya saat Ramadhan. Ditambah dengan kondisi ekonomi saat ini yang salah satunya berdampak pada panti, yakni tidak ada donatur tetap lagi. Semoga bantuan yang kecil ini dapat bermanfaat dan mendapat berkah. Terimakasih untuk seluruh donatur, semoga Allah memberikan balasan terbaik...


Sunday, May 22, 2016

Ujian Tajwidi



Akhirnya setelah sekian lama tak melanjutkan postingan artikel tahsin, sekarang akan saya kebut tulis artikel ini dari yang paling dekat waktunya yaitu tentang Ujian Tajwidi. Minggu lalu adalah ujian tajwidi saya yang ke-3 dan tinggal menunggu pengumuman tanggal 12 Juni 2016 untuk daftar ulang (semoga Allah berikan yang terbaik, dan semoga yang terbaik bagi saya adalah lulus ke level selanjutnya, ^^)

Tajwidi adalah level yang ditempuh setelah lulus tahsini. Selama 16 kali pertemuan dalam 4 bulan kita fokus belajar teori dasar tentang tajwid. Mulai dari keutamaan membaca al-Qur’an, tempat keluar huruf, sifat huruf, mad, dan lain-lainnya (insyaAllah saya posting di artikel yang lain) . Setelah itu diadakan ujian tajwidi. Yang berbeda dari ujian level lain, pada level ini ujian terdiri dari ujian tulis dan lisan. Ujian tulis dibagi menjadi 2 kali, materi ujian pertama adalah separuh buku awal, materi ujian kedua adalah separuh buku terakhir. Bila rata-rata nilai kurang dari 70, diadakan remidi yang materinya seluruh buku. Setelah lulus ujian tulis, baru diadakan ujian lisan.


Ujian tulis biasanya terdiri dari 5 nomor yang beranak 3, semua materi diambil dari buku. Sedikit tips tentang ujian, jika diminta menyebutkan contoh, maka tuliskan contoh kata. Contoh bila diminta sebutkan contoh idzhar, maka tuliskan contoh kata, bukan hanya pengertian bahwa idzhar terjadi ketika nun bertemu huruf halqi. Sebelum ujian dilakukan, kita bisa request ke ustadzah yang mengajar untuk memberikan try out. Kelas saya cukup beruntung dengan sempat mengadakan 4 kali try out. Berikut saya bagi contoh soal try out tajwidi materi 2 :
 


a.       Apa pengertian mad
b.      Sebutkan mad yang panjangnya >2 harakat yang disebabkan oleh hamzah
c.       Apa pengertian mad badal
 
a.       Berikan 2 contoh (kata) mad iwadh
b.      Apa perbedaan mad shilah shugro dan kubro
c.       Apa perbedaan mad aridh dan mad lin

a.       Apa pengertian mad lazim kalimi mukhoffaf
b.      Pada huruf muqotho’ah (alif lam mim ra) ada berapa mad dan sebutkan
c.       Sebutkan kesalahan yang terjadi ketika membaca mad

a.       Apa definisi waqaf
b.      Sebutkan 1 dalil tentang waqaf
c.       Sebutkan macam-macam waqaf
 
a.       Apa pengertian waqaf kafi
b.      Apa hukumny waqaf tam
c.       Apa pengertian waqaf qabih

Berlanjut ke ujian lisan. Ujian lisan tajwidi yakni kita diminta membaca 1 halaman dari Al-Qur’an dan disimak oleh dua orang penguji. Apabila ada yang kurang tepat, kita akan diminta mengulang bacaan. Setelah selesai membaca 1 halaman, kita akan ditanya tentang teori. Biasanya kita akan ditanya teori huruf yang kurang tepat kita baca. Contohnya saya, saat membaca huruf dzo kurang ithbaq, sehingga saya ditanya teori tentang makhraj dan sifat huruf dzo. Selain itu saya ditanya tentang mad apa saja yang terdapat pada huruf muqatthoah pada halaman tersebut.

Begitulah, tajwidi bukan hanya sekedar teori, tapi bagaimana bisa mempraktekkan teori tersebut ke dalam bacaan Al-Qur’an kita. Sedikit catatan penguji terhadap saya kemarin :


  1. Huruf dzo kurang ithbaq
  2. Huruf ra dan syin tidak perlu menggerakkan bibir, karena dua huruf tersebut bukan huruf bibir. (Tapi bagi saya rasanya masih janggal mempraktekkannya, karena kalau huruf syin ga pake bibir, rasanya kurang tafasyi, >_< #alasanmodeon)
  3.  Alhamdulillah saya tidak dikomentari huruf ‘ain dan dlod yang (masih) merupakan momok bagi saya

Allahumma laa sahla illa maa ja’altahu sahla, wa anta taj’alu hazana idza syi’ta sahla. Ya Allah, tidak ada yang mudah kecuali yang Engkau jadikan mudah, dan Engkau yang menjadikan yang susah itu mudah. 

Sekian sedikit cerita tentang ujian tajwidi. Belajar adalah proses seumur hidup, begitupun tahsin, perlu senantiasa belajar atau mengajar agar ilmu itu tidak hilang. Sekarang pertanyaan polos dari teman sekelompok saya saat kelas terakhir, pilihannya adalah jadi murid abadi, atau sekaligus menjadi guru? Hmm...

Friday, May 20, 2016

Mata, Karunia Tak Ternilai




Penglihatan...Begitu tak ternilainya karunia ini, sampai-sampai baru dirasakan nilainya ketika nikmat itu telah dicabut sedikit demi sedikit. 

Sedikit pelajaran mengenai mata kuingat. Proses manusia melihat. Cahaya berupa gelombang yang ditangkap oleh pupil, kemudian menuju lensa untuk kemudian diteruskan ke retina, dari retina sinyal tersebut dibawa ke otak melalui saraf optik. Disana, gambar yang diterima dari kedua mata yang awalnya dalam posisi terbalik, diterjemahnya sedemikian rupa seperti yang kita lihat. Dunia dengan berbagai warna dan bentuk, alam dengan segala kemegahannya, manusia dengan segala keelokan dan senyumnya. Semua kita nikmati setiap detiknya secara “otomatis” tanpa perlu mengetahui segala kerumitan dari proses melihat ini. Jangankan mengatur, untuk sekedar mempelajarinya saja sudah membuat kita pusing.

Saking otomatisnya proses melihat ini, kita kadang merasa bahwa nikmat ini memang ‘seharusnya’ ada pada diri kita. Kita yang punya mata, suka-suka kita dong mau lihat apa. Mata-mata gue.  Apa urusan loe? Begitulah ego kita berkata. Banyak hal-hal yang tidak perlu dilihat. Aurat wanita dan pria yang diumbar. Drama yang membuat hati panjang angan. Buku yang tidak menambah ilmu dan iman kita, hanya cukup membuat kita tertawa dan terlupa.

Bukan menghardik teman-teman, namun ini pengingat bagi diriku. Mbah Kung, adalah sosok yang dipilih Allah untuk menerima ujian ini. Di usianya yang 62 tahun, sekitar 2-3 bulan yang lalu, mbah merasa kabur pada mata kanan. Katarak imatur, proses yang terjadi pada lensa yang memang terjadi seiring bertambahnya usia, membuat penglihatan kabur. Berkali-kali mbah tanya padaku,”Harus operasi kah?” Mbah kung termasuk orang yang takut berhubungan dengan rumah sakit dan operasi. “Ya mbah, kalau parah harus operasi.”, begitu penjelasanku. Sekarang berobat saja dulu ke dokter mata, diikuti nasihat dokter matanya. 

“Di tetesi obat mata dulu ya pak dan pakai kacamata, belum perlu operasi.”, begitu hasil konsultasi dengan spesialis mata. Satu bulan belum dirasa perubahan, mbah mulai gelisah. Berkali-kali tanya padaku,”Kok masih kabur ya?” Tetangga mbah baru-baru saja operasi katarak, pagi operasi, sore langsung dapat melihat jelas. Tetangga itu pun menggebu menyarankan ke mbah,”Operasi aja pak Lan, mentereng langsung bisa lihat.” Setelah itu, mbah yang biasanya alergi dengan kata operasi, mendadak ingin segera dioperasi. Setelah Ramadhan adalah jadwal operasinya. Namun sebulan lalu, mbah ingin segera dioperasi dan dokter mata pun membolehkan. Setelah cek up, kadar gula terkontrol, jantung baik, mbah pun di operasi. Jelas mbah mempunyai harapan tinggi matanya dapat melihat jelas. Sorenya setelah operasi, mbah mengeluh,”Kok masi kabur ya?” Mbah Uti yang memang lebih ekspresif (baca : sedikit cerewet) segera menumpahkan emosinya. “Mbah Kung mu ini lho, pengennya sa’det sa’nyet. Pengen hari ini operasi, hari ini sembuh. Dokternya bilang ga usa operasi dulu, mbah ngotot operasi, sekarang sudah operasi, ngotot pengen sembuh hari ini. Sabar tho pak,.”, mbah uti mengeluhkan mbah Kung yang “grusa grusu” Aku hanya bisa menjelaskan,”Sabar mbah, kalau orang dengan gula memang sembuhnya lebih lama.”

Empat hari post operasi, mbah menjalani operasi kedua mata mata yang sama. “Di sedot.”, begitu penjelasan dokter ke mbah, aku tidak menemaninya kontrol karena bekerja. Setelah itu, mbah bilang matanya bisa melihat sinar merah, tidak jelas bentuk benda, hanya berupa sinar. Rutin mbah menjalani jadwal kontrol 1-2x tiap minggu, namun mbah mulai ga sabar dengan hasil yang tak kunjung sesuai harapannya. Dua bulan ini belum ada perubahan signifikan. Selama dua bulan ini, emosi mbah pun terkuras, bukan hanya Kung, tapi juga Uti. Mbah Kung mengeluh, “Kenapa  belum bisa melihat?” dan akhirnya malas melakukan apa-apa. Jualan es yang merupakan rutinitas memang ditinggalkan karena tidak boleh angkat berat post operasi. Rutinitas hanya berpindah dari kamar, ke ruang tamu, dan mushola dekat rumah. Selera makan pun berkurang, hanya makan nasi lauk kuah sayur. Ayam, telur, ikan, semua enggan dimakan. Uti tak kalah stress. Bingung harus memasakkan apa. “Mbah Kung itu ga mau makan apa-apa. Sudah susah-susah dimasakkan. Aku sudah berkorban banyak lho pak.” 

Kondisi itu bertambah runyam dengan pendengaran mbah Uti yang berkurang. Mbah Kung ngomong pelan, ga dengar, ngomong keras disangka teriak. “Belikan Alat Bantu Dengar,” itu perintah Kung ke aku. Aku belikan ABD sementara, namun kurang nyaman dipakai Uti, yang akhirnya tak dipakai rutin. Serba salah, Kung mengeluhkan Uti, Uti mengeluhkan Kung. “Suami ujian bagi istri, Istri ujian bagi suami,”itu istilah papaku.

“Mbah pengen ke rumah sakit lain, nanti sama dokter X, yang operasi Pak tetangga itu, biar ada perubahan.”
“Mbah ga pengen ke kondangan, naik tangganya susah, nanti nyusahin orang banyak, orang sudah cacat gini.”
“Biar sudah, sembuh ga sembuh, namanya penyakit sudah dibikin sendiri. Dulu yang ngotot operasi kan mbah.”

Begitu kata-kata bernuansa hilang harapan selalu kudengar dari Kung. Kucoba menghibur dengan,”Mbah, pas Haji dulu doanya apa hayo, pengen masuk surga kan? Kalau pengen masuk surga memang ada ujiannya. Pulang Haji, memang ada ujiannya untuk membuktikan mbah haji mabrur. Nanti dicuci dosanya, biar bisa masuk surga.” Lain waktu, kuceritakan tentang kisah anak kecil buta yang rela menempuh berkilo kilo meter untuk menghafal Qur’an dan ia minta agar penglihatannya tidak dikembalikan di dunia. “Mbah, kalau lagi diuji, harus tambah semangat ibadahnya. Ga bisa baca Qur’an, bisa dengerin kan?” Speaker Al-Qur’an pun kuhadiahkan untuk mbah. Aku pun merencanakan membawa mbah “jalan-jalan” ke Panti akhir bulan Mei ini, semoga bisa melembutkan hati, dan mendapat doa mustajab dari anak yatim yang dibantu. Belum juga mencapai tanggal 29 mei, hari ini terjadi yang telah kutakutkan.

Sore ini, telpon sebelum jaga malam mengejutkanku. Sekarang mata mbah yang kiri juga kabur. Tadi mbah kebingungan setelah sholat Isya karena tidak bisa pulang. Uti pun menelpon dengan suara bergetar sambil menangis, katanya Kung juga menangis. Ya Allah, Kung yang merupakan sosok tegar selama ini telah berada di puncak kerapuhannya dengan diambil sedikit nikmat penglihatan. Bila selama ini ia tegar dengan penyakit diabet dan hipertensi yang mengharuskannya meminum 4 jenis obat rutin, kali ini ketegaran itu hancur dengan kedua matanya yang kabur.

Aku yang notabene dokter umum pun tak bisa berbuat banyak, hanya kusarankan mbah istighfar yang banyak, kita ke dokter mata ya secepatnya. Katarak dan Diabetes memang bukan kombinasi yang baik, diabetes memperparah proses penyembuhan katarak. Ketika operasi pada mata satu kurang berhasil, riskan untuk operasi mata lainnya. Jelas emosi terkuras,”Bagaimana jika tidak berhasil lagi? Bagaimana kalau tidak bisa melihat lagi?”. Pemikiran seperti itu saja sudah membuat bergidik.

Tahap demi tahap mbah diuji dengan penglihatan kaburnya semakin membuatku sadar dengan betapa besarnya nikmat penglihatan ini. Kejadian didepanku serasa menamparku yang masih belum mempergunakan mata ini dengan baik. Rasanya ingin tiap detik dihabiskan untuk melihat yang bermanfaat, baca dan menghafal al-Qur’an, mengkhatamkan buku bacaan di rumah. Ingin rasanya tidak berlebihan tidur, tidak menonton tivi, tidak melihat hal-hal yang membuat panjang angan-angan. Semua ingin kulakukan sebelum nikmat penglihatan ini diambil kembali oleh Sang Pemilik.

Kadang aku merasa nikmat ini belum sesempurna orang lain yang berpenglihatan normal. Mataku high myop dan cylinder, membuatnya terlihat sedikit strabismus.  Resiko ablatio retina lebih besar, terlebih saat mengejan jika melahirkan normal, sehingga orang yang sepertiku biasanya disarankan untuk operasi caesar jika melahirkan. Aku tak dapat melihat jelas tanpa kacamata. Suatu saat aku merasakan ketakutan saat kacamata itu tak dapat kutemukan. Kecemasan yang mengerikan walau terjadi hanya sesaat.

Sungguh, itu tidak ada apa-apanya dengan yang dirasakan mbah. Walaupun mbah selama 62 tahunnya dapat menglihat jelas, ternyata ia pun begitu terpukul ketika penglihatan itu mulai menghilang.

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
(QS Al Baqarah : 286)

Allah memilih mbah karena mbah mampu, dan semoga mbah sadar sepenuhnya hal itu. Dan bagi diriku yang masih memiliki penglihatan jelas, tidak ada lagi alasan, mata ini harus dipergunakan sebaik-baiknya untuk sesuatu yang bermanfaat.

Catatan untuk diriku,
Di balik meja poli, saat jaga malam
21.05.16 , 00.35
 
Copyright (c) 2010 dellasgarden. Design by WPThemes Expert
Themes By Buy My Themes And Cheap Conveyancing.