Wednesday, September 17, 2014

(still) PROUD of YOU GUYS!




Dedicated for INA’s Thomas n Uber Cup team 2014



Sejak hari Minggu tanggal 18 Mei sampai saat ini, kegiatanku ketika tidak ada jadwal jaga adalah ‘melototi’ channel STARSPORT menonton Thomas dan Uber Cup 2014. Memang belum lama aku menyukai dan benar-benar mengikuti pertandingan badminton, tapi kali ini aku benar-benar exited untuk melihat permainan idolaku. Sedikit gambaran mengenai Thomas dan Uber Cup 2014 ini, diadakan di New Delhi, India. Diikuti oleh 16 tim yang terbagi menjadi 4 grup. Grup A-D untuk Thomas, Grup W-Z untuk Uber. INA menurunkan lebih dari 14 orang pejuang yang mempunyai mimpi mengawinkan gelar Thomas dan Uber kembali (mimpiku, dan mimpi seluruh rakyat Indonesia pastinya).

18-21 Mei 2014
Babak kualifikasi. Thomas INA di grup A melangkah mantap, meraih juara grup dengan mengalahkan telak Nigeria dan Singapura 5-0, dan Thailand 4-1. Sedang Uber INA di grup X harus tetap bangga karena menjadi runner up grup dan berhasil melaju ke babak perdelapan final setelah mengalahkan Australia dan Singapura 5-0, walaupun harus takluk dari Korea 1-4.

22 Mei 2014
Babak perdelapan final. Uber INA bertemu dengan tuan rumah India. Ada peluang Uber masuk perempat final, karena tim kita punya kekuatan yang cukup merata di tunggal putri, dan ada ganda putri andalan Greysia-Polii yang merupakan ranking 9 dunia. Namun butuh mental hebat untuk melawan tuan rumah dengan dukungan penonton yang luar biasa. Seisi stadion penuh dengan mayoritas pendukung India tentunya.

Tunggal putri 1 Fanetri pun kalah dengan straightset. 1-0 untuk IND. Tunggal putri 2 Bellaetrix Manuputty berjuang habis-habisan menetaskan telur INA, rubber game dengan kejar-kejaran angka, lebih dari 2 match point diraih kedua pemain. Lelah payah terlihat dari wajah kedua pemain. Apa daya, INA harus takluk di set ketiga dengan poin 25-23. Poor Bella

Ganda putri Greysia-Polii pun menanggung beban berat, mereka harus menang di babak ini agar INA lolos. Muka tegang terlihat sejak awal, permainan pun terlihat tidak imbang. Mereka harus kalah di tangan ganda putri IND , peringkat 30 dunia. Terlihat Bella menangis dari bangku penonton, mungkin menyayangkan usaha kerasnya yang tak juga berbuah baik untuk INA. Huaaaaa, malamku diisi dengan bersedih atas kekalahan Uber INA.

Untunglah Thomas INA maju setelah berjuang melawan Korea 3-2. Thanks to Simon atas kemenangan di babak penentuan, partai ke 5, kategori tunggal putra. Optimis piala Thomas bisa kita bawa pulang!!!

23 Mei 2014
Babak perempat final. Kejutan dibuat oleh tim Thomas Jepang kali ini yang berhasil membekuk monster China dengan kemenangan langsung 3-0. Tago mempercundangi Chen Long, no.2 dunia dengan straighset. Ganda putra Jepang pun berhasil melibas China melalui partai ketat. Mamoto, pemuda 19 tahun juara 1 world junior championship 2012 berhasil mengalahkan Du Peng Yu dengan rubber game!! Unlucky China. Akhirnya, Thomas China kandas setelah berhasil mempertahankan gelar juaranya yang telah bertengger 5 kali berturut-turut. Dikalahkan oleh Jepang yang sebelumnya belum pernah lolos ke final, Superb Japan! Harapan dan anganku melambung, jika INA bisa kalahkan tetangganya MAS malam ini, berarti INA akan melawan JAP di final. Ada peluang INA menang. Dan ketegangan ini pun dimulai. Semifinal INA-MAS. Play.

Tunggal putra 1. Tommy Sugiarto-Lee Chong Wei. Straigh set by MAS no.1 world single man player.  Chong wei menang, ah biasa. 1-0 untuk MAS. Ayoooo, harapan masih terbuka untuk idolaku Ahsan Hendra, ganda putra ranking pertama dunia. Terlihat main dengan beban, ganda INA ini cukup sulit mengungguli MAS dan harus bersabar dengan kekalahan tipis 19-21. Set kedua, mulai telihat Ahsan-Hendra ‘already focus and back to the game’ dan memenangkan set dengan mudah 21-8. Selama pertandingan, terlihat pasangan MAS ini suka melambatkan permainan, menunda melakukan service, terlihat sengaja memancing emosi pemain INA. Juri pun memberi kartu kuning! What an unfair tactic, i think.

Set ketiga penentuan, its really a heart-racing game, kurasakan takikardi, denyut jantungku melaju. Ganda putra INA tertinggal 2-3 poin dari MAS sejak awal. Pertandingan benar-benar seru saat mencapai angka 20. Dua kali match point diraih masing-masing tim. “Indonesia menanglah, plisssss!!!”, doaku senantiasa terucap dalam hati. Dan mataku pun berkaca melihat ganda no 1 ini harus mengaku kalah dari ganda MAS, kalah tipis 24-22. NOOOOOO, 2-0 untuk MAS. Kuhibur hatiku, toh Chong Wei ranking 1 dunia pun pernah kalah dari Simon Santoso yang peringkat 35. Sesekali Ahsan-Hendra perlu kalah untuk menjaga mereka tetap semangat dan tidak sombong. They are just a human, they do mistakes, just like China did this evening.

Partai ke 3 tunggal putra Hayom melawan Wei pun menyisakan beban berat pada pundak Hayom, ia harus menang-bila ingin INA lolos ke final. Set pertama yang kurang bagus, 21-16, Hayom pun tidak dalam performa terbaiknya. Tinggal menunggu terjadinya keajaiban. Dan keajaiban itupun terjadi, tapi untuk MAS. Straighset winning by Wei, 3-0 poin untuk MAS. MAS masuk final. Dan Thomas INA pun harus menyusul Uber untuk pulang.

Dua malamku diakhiri dengan kekalahan berturut-turut. Huaaaaaa. Sedih? Pasti. Bangga? So Pasti. Tetap Bangga lah! Evaluasi bagi tim INA, perlu berlatih lagi untuk merebut kemenangan Thomas Uber 2 tahun kedepan. Latih, dan cari tunas baru. Jepang, Denmark, mereka banyak menurunkan pemain muda, bahkan ada yang berumur 16 tahun, omoooo, muda banget! Ayoo, harus ada bibit baru untuk INA. Masa dari 200 jiwa ga ada penerus Susi Susanti, Alan, Ricky-Rexi, Icuk Sugiarto, Taufik Hidayat, ‘Owi-Butet’, Ahsan-Hendra. Indonesia pernah dikenal sebagai kiblat olahraga tepok bulu ini, kalau dulu bisa, sekarang pastinya bisa terulang kembali!! Ingin rasanya melakukan banyak hal, anganku pun mulai berlari liar.
Kalau aku jadi presiden atau mentri olahraga minimal, akan kubangun lapangan badminton yang buanyaak, dan buat kejuaraan badminton junior. Mencari bibit unggul yang akan dilatih sejak dini, dibawah usia 12 tahun. Setelah itu, dilatihlah bibit ini di pelatnas dan diberikan motivasi merebut kembali kejayaan Indonesia.

Kalau aku jadi rektor, akan kubuat program layaknya Indonesia Mengajar dan Kelas Inspirasi, tapi kali ini namanya Indonesia Memukul (memukul kok maksudnya, hehehe). Isinya apa? Para pemain badminton senior yang memberikan lecutan semangat anak Indonesia agar dapat berkiprah seperti atau bahkan melebihi mereka.

Kalau aku jadi yang empunya Channel TV, akan alokasi kan waktu 2 jam minimal setiap harinya untuk seri film atau sinetron terkait badminton. Ada juga kartunnya untuk penonton yang lebih muda. Bikin juga kerjasama sama pembuat komik, bikin komiknya, capten tsubasa-nya badminton. Intinya pakai semua media untuk menimbulkan kecintaan pemuda pemudi Indonesia pada badminton.

Dan kalau aku jadi penulis dan blogger, akan kubuat artikel membara yang dapat melecut semangat bagi yang membaca untuk mencintai badminton. Minimal dapat membuat mereka penasaran tentang pemain badminton Indonesia, terus mengikuti perkembangan, ikut melihat pertandingan walaupun hanya dari tivi, dan tentunya turut mendoakan kemenangan! Dan, akupun akhirnya membuat artikel ini.

Akhirnya, aku pun tahu satu keinginan baru yang akan melengkapi daftar 100 impianku, yaitu : Menonton langsung pertandingan Ahsan-Hendra mulai dari babak kualifikasi sampai mereka memenangkan turnamen. LIVE. Membawa pompon, terompet, ataupun hanya dengan tangan kosong dan sangu air mineral, asal bisa dengan kuat meneriakkan IN-DO-NE-SIA!!!, dan menjadi saksi kemenangan mereka. Kapan lagi ya ada Indonesia Open, ato Djarum Super Series??

Sebagai penutup artikel ini, akan kutulis kalimat terakhir pada status BBM ku setelah pertandingan INA-MAS berakhir beberapa saat tadi. “Proud of you guys, whatever the result is..”

Salam buat para badmintonlovers...

23 mei 2014, 01.05, di depan tipi dengan starsport yang masih menyala

Dokter Cerewet vs Dokter Cemberut



Kadang aku berpikir, lebih baik ga kasi penjelasan sama sekali, daripada jelasin panjang lebar ke orang yang memang “ga mau” diKIE..

Pasien wanita hamil meminta rujukan kontrol ke SpOG untuk ANC rutin menggunakan kartu BPJS. Lalu aku jelaskan baik-baik. “Bu, setahu saya, untuk kontrol rutin seperti USG tidak ditanggung BPJS untuk kehamilan normal, kecuali ibu punya resiko, contoh usia >35 tahun, ada darah tinggi, dsb.”
“Tapi kata petugas RSnya bisa, tapi harus pakai rujukan dari dokter umum.”
“Iya, mungkin maksud beliau dikasi rujukan kalau ada kelainan. Kalau ibu minta rujukan akan saya beri, namun itu tergantung RS disana kasus ibu ditanggung atau ga. Bisa jadi ibu diminta bayar sendiri, saya kasitahu sekarang, biar ibu ga kaget disana. Gimana?”
“Katanya bisa dok disana.”si ibu tetap pada pernyataan awalnya
(Fine! She didn't get my point!) “Iya bu, ini rujukannya,”aku nyerah sambil bingung harus tulis diagnosa apa, apa harus diberi tulisan APS, karena memang tidak ada indikasi dirujuk, tapi niat itu aku urungkan, mengingat kasihan si ibu pasti akan dimarahi di sana.

Lalu, ia bertanya satu hal lagi
“Dok, saya susah BAB sejak hamil ini. Sudah ga BAB sejak 1 minggu. BAB ga lancar, kecil-kecil keluarnya.”
“Kapan ibu terakhir BAB?” “1 minggu yang lalu dok”
“1 minggu ga BAB atau masih BAB tapi keluar kecil-kecil?” “BAB tapi keluar kecil.”
“Kapan itu terakhir keluar BAB?” “3 hari lalu dok.”
(Hmmm, kadang, kita harus tanya beberapa kali untuk dapat jawaban yang benar-benar kita butuhkan)

“Ibu banyak minum air putih?” “Banyak dok.”
“Berapa gelas sehari.” “4 gelas kayak gitu dok.”,sambil nunjuk gelas minumku yang kira-kira berisi 250cc.
“Itu kurang ibu, apalagi ibu sekarang hamil. Butuh minum lebih banyak lagi biar BAB lancar.” “Tapi kan kita minum secukupnya dok, sesuai kebutuhan.”
“Nah, ibu butuhnya air putih lebih banyak lagi, ga cukup 1 liter sehari. Ibu belum perlu minum obat, cukup perbanyak air putih >2 liter sehari, banyak makan buah. BAB 3 hari kecil-kecil masih normal.” “Jadi ini saya ga dikasi obat dok?”
“Belum perlu ibu, cukup air putih. Ibu hamil sebaiknya ga minum obat kalau memang ga perlu.”
Dan ibu itu keluar dengan raut muka yang aku yakin menunjukkan ekspresi ga puas karna tidak kuberi obat. Lelah rasanya, niat baik untuk memberi penjelasan, malah dibalas sanggahan “kan saya minum sesuai kebutuhan.”

Masih banyak yang beranggapan, pergi ke dokter untuk dapat obat, kalau bisa satu kali minum obat semua keluhan tuntas. Padahal ga semua penyakit butuh obat. Keluhan BAB ga lancar karena air putih yang kurang, ya obatnya minum air putih banyak. Apalagi dalam kondisi hamil, ga perlu minum obat kalau memang ga butuh. Habis menemui pasien seperti ini, kadang aku berpikitr, apa lebih baik aku menyerah saja dan memberi penjelasan seperlunya? Daripada jadi orang cerewet mending jadi orang bermuka datar dan cenderung terkesan cemberut. Dan judul diriku saat bertemu pasien itu mungkin adalah dokter cerewet sekaligus cemberut.

Fiuh,,,begitulah profesi ini, penuh tantangan, dalam komunikasi salah satunya. Manusia memang musuh bagi ketidaktahuannya. Wajar bila yang diberitahu menyangkal, karena memang mereka belum tahu. Tugas kita lah memberi tahu, dan tetap berusaha berjiwa lapang, saat yang diberitahu tetap “ngengkel” pada pendapat berdasar ketidaktahuan ilmunya. Yah, untungnya tantangan kali ini adalah mengKIE pasien yang bukan termasuk pasien well-educated. Tantangannya beda, ke pasien well-educated mungkin aku ditanya fisiologi saluran cerna terkait konstipasinya! (hahaha, ngayal)

No excuse dan more complain delz. Just do ur job with some of integrity. Be a real long life learner.

160914

Tuesday, May 6, 2014

Jaga dan Istiqamah

4 Mei 2014


Karena tidak ada waktu kedua, dan tak ada pengalaman yang tak berharga.

06.00 Ahad pagi diawali dengan bangun terlambat dan terburu-buru berangkat jaga. Alhamdulillah, tidak telat. :). Memang, beberapa hari terakhir dan seminggu kedepan, jadwal jaga sedang menumpuk, ritme kegiatanku hanya seputar jaga-tidur-jaga-tidur. Pelajaran awal, jangan tidur kemaleman yang berakibat bangun kesiangan.

Momen unik saat jaga. Pasien NA, 41 tahun, kembali datang kepadaku, ditemani oleh ibunya. Ibunya bilang, si ‘anak’ tidak mau makan selama 2 bulan, susah sekali disuruh makan. “Dokter bilang ya ke NA biar mau makan”,pinta ibunya. Mungkin kalian bingung, wanita usia 41 tahun berobat kok masih diantar ibunya. Yah, tebakanmu tepat, ia menderita keterbelakangan mental. “Ini dok, dia ga mau makan, padahal besok Senin mau umroh. Ini saya ajak umroh, semoga ada hikmahnya. Dari kecil dulu, NA sakit-sakitan saya yang urus, sampai usia 41 tahun pun, saya yang urus.” Subhanallah, pastilah si ibu banyak pahalanya, sabar mengurus anak, sampai Allah pun bersedia mengundangnya lebih cepat untuk ke Baitullah. Tak lupa aku berceletuk,”Ibu, doain kita-kita biar cepat menyusul kesana ya.” 

***
16.00. Pulang jaga, akhirnya aku dapat menemui kembali sahabat  untuk mengkaji ilmu,--setelah lama absen, hehehe. Sore hari yang berkah dengan turunnya hujan, aku mendapat Ilmu baru lagi : tentang “Sepuluh amalan baik di pagi hari” yaitu : bangun lebih pagi, munajat dalam keheningan malam, istighfar di waktu sahur, tegakkan sunnah dua rakaat sebelum subuhm pancinglah harimu dengan sedekah pagi, sholat subuh berjamaah, dzikir dan wirid di pagi hari, siramilah jiwa dengan bacaan al-Quran, berbuat baik di pagi hari dan sujudlah di waktu dhuha. 

***
19.00 Bada Magrib, aku melipir ke Istiqomah Book Fair di hari terakhir dan jam-jam terakhir, berharap ada diskon lebih. Akhirnya lirikanku jatuh ke sebuah buku dengan kata “Terlarang”. Judul lengkapnya adalah Ma’alim fi ath-Tha’ariq, karya Sayyid Quthb. Aku baru berhasil membaca bab awal,’Telunjuk yang Bersyahadat’—sebuah kesaksian polisi yang ikut dalam proses eksekusi Sayyid Quthb. Di detik terakhir kematiannya, Sayyid Quthb ditawari oleh perwira tinggi untuk membatalkan eksekusi dengan satu perbuatan,”Tulislah Saudaraku satu kalimat saja, Aku bersalah dan aku minta maaf...” Ia menatap ke perwira itu dan tersenyum, lalu berkata penuh wibawa,”Tidak akan pernah! Aku tidak akan pernah bersedia menukar kehidupan dunia yang fana ini dengan akhirat yang abadi.” Kata-kata beliau yang terkenal “Telunjuk yang senantiasa mempersaksikan keesaan Allah dalam setiap shalat, menolak untuk menuliskan barang satu huruf penundukan atau menyerah kepada rezim thawaghit.”

Lalu, polisi yang menyaksikan kejadian itu pun detik itu berjanji untuk bertobat dan senantiasa takut kepada Allah. Benarlah bahwa buku ini terlarang, karena dapat membuat seorang muslim kembali ke jalannya yang lurus. Cover yang jenius. Ketika ada kata ‘larangan’, justru itulah yang membuat pembaca lebih penasaran dan ‘melanggar’

***
21.00 Akhir malamku, dikejutkan dengan berita di TV one, “RS tolak pasien.” Fiuh, kejadian apa lagi ini. Seorang bayi mengalami panas tinggi dan dirawat inap di RS di Jakarta, direkomendasikan Sp.A untuk masuk ICU saat siang harinya. Sebelum masuk ICU, keluarga perlu mengurus administrasi dan membayar uang jaminan sejumlah 5 juta. Saat si bapak mengurus administrasi tersebut, bayi mengalami kejang dan diklaim oleh ibunya bahwa tidak ada tindakan darurat yang dilakukan oleh tenaga medis disana. Sampai akhirnya bayi tersebut meninggal, dan keluarga menuntut ke RS. 

Lalu diadakan diskusi antara orang tua alm bayi, wamenkes, dan anggota DPR. Beberapa kutipan tokoh yang bisa aku tangkap. Wamenkes,”Rumah Sakit harus melayani keadaan darurat, tanpa meminta uang jaminan di awal. Bila tidak, maka akan dikenakan sanksi bla bla bla. Ibu dan Bapak bila menuntut ini dapat melapor ke MKDKI.” Anggota DPR,”Selama ini, yang saya tahu, bila kasus seperti ini dilaporkan ke MKDKI akan ada ‘silence konspiration’, kasus tidak akan terungkap karena yang mengadili adalah kaum dokter, dan yang diadili pun rumah sakit yang isinya dokter juga. Kasus seperti ini juga saya lihat di banyak film.” Orang tua alm bayi,”Saya tidak tahu kalau ada peraturan seperti itu (RS tidak boleh menarik uang jaminan). Rumah sakit harusnya tidak seperti itu. Jangan menganggap orang kecil tidak dapat membayar. Kami sebagai orang tua pasti sanggup membayar.”

Komentarku? 1. Mengapa tidak ada humas dari RS terkait yang ada di diskusi tersebut ya, sehingga laporan dapat dikonfirmasi dua arah. 2. Bila kejadian belum bisa dikonfirmasi, benarkah seperti itu kejadiannya, bagaimana saya dapat berkomentar lebih jauh? :)

Pertanyaan yang terlintas di otakku :
1.Benarkah ada peraturan terkait administrasi dan uang jaminan? Sudahkah pemerintah mensosialisasikan ke Rumah Sakit? Bila sudah, apa solusi pemerintah untuk menutupi biaya operasional RS bila ternyata keluarga tidak mampu membayar? Bila BPJS jawabannya, Benarkah BPJS menanggung semua biaya di ICU dengan sewajarnya? Apa ada ‘limit tertentu’ yang tidak menyisakan pilihan lain kecuali RS harus menghemat ketat biaya, atau rela menuju kebangkrutan?
2. MKDKI melakukan silence conspiration? Bukankah ada SH disana? Logikanya : yang bisa menentukan pemain badminton menang adalah wasit badminton, bukan wasit sepak bola. Kenapa? Karena wasit badminton lah yang mengerti aturan, bila wasit sepak bola disuruh memimpin pertandingan badminton, bisa kacau hasil game-nya. Begitu juga kasus ini, mengapa MKDKI yang mengadili , karena yang berhak menentukan itu salah dan benar adalah orang yang mengerti ilmu yang terkait.
3. Orang tua dan masyarakat memang perlu mendapat penjelasan tentang setiap tindakan di RS, agar tersampaikan informasi yang diinginkan. Walaupun sebenarnya, dalam kondisi tenaga medis melakukan penyelamatan darurat, inform consent memang dapat tidak dilakukan. Dan pastinya, saat-saat genting seperti itu, keluarga pun tidak dalam kondisi tenang yang bisa menerima ‘berita buruk’ yang terjadi. Apa kejadian banyaknya komplain ini menandakan sudah tidak ada lagi kondisi ‘trust’ antara pasien dan penolong? Atau kejadian ini muncul karena sistem ‘administrasi’ yang belum ada solusinya?

***
22.00 Waktu tidur. Siap istirahat untuk kembali bekerja 12 jam esok hari.

Monday, April 28, 2014

PMK di depan rumahku!!






12.35
Aku baru bangun tidur, pasca jaga malam, dan bersiap-siap jaga jam 13.00. Saat ke loteng dan mengambil pakaian ganti, dari bawah aku dengar, “ada kebakaran, ada kebakaran!!.” Masih linglung, melalui jendela loteng, aku lihat api dan asap tebal mengepul dari rumah tetangga belakang. Jarak 3-4 rumah di belakang. Papa disampingku mulai panik,”Nomor telpon ambulance berapa?! Telpon cepet.” “PMK pa, PMK! Tapi aku lupa berapa nomornya.” (belakangan aku baru ingat :911 nomornya!)

 Aku yang masih pakai setelan piyama dan jilbab langsungan, segera turun dan menemui orang rumah yang mulai panik. “Dela, selamatin surat-surat penting!!” sahut mama atau papa, aku tidak ingat lagi. Yang terpikirkan olehku hanya mengeluarkan koper yang memang berisi semua ijazah, sertifikat dkk. Orang-orang di salon langsung keluar, ada yang masih bersabun rambutnya, ada yang belum selesai dipotong, semua pengertian dan membantu barang-barang salon di angkat. 
Mamaku yang aku kira akan lemas dan mungkin pingsan justru paling bisa berpikir jernih. Ia menyelamatkan semua alat-alat salon, apapun yang bisa dibawa keluar dibawanya keluar. Pikir beliau, dimanapun  tempatnya asal ada alat yang terselamatkan, masih bisa kerja. I’m really proud of you, mom.

Aku yang justru bingung, apa yang harus kukeluarkan dulu, jadi aku hanya menuruti kata mama,” Dela, ambil baju di atas, dela ambil apa-apa yang penting, dela ambil tas, sepatu, obat salon.” Anak SPG di rumah turut membantu, mba Ita perawat dari Jenebora yang berencana merawat rambutnya ke salon, justru membantuku membereskan barang di kamar, Pak Amat yang sudah kami anggap saudara sendiri pun membantu. #Itulah indahnya punya saudara dan tetangga. Papa paling giat mengangkuti barang-barang berat, televisi, kipas, apapun yang bisa dibawa langsung dimasukkan semua ke mobil, dan mobil segera dipindahkan ke tempat aman.

Koper, Laptop, Printer, sudah keluar. Tidak tahu apa lagi yang harus dikeluarkan. Saat aku ke loteng kedua kali, rumah dimana  api berasal sudah ludes, api menyebar ke rumah samping timur. Anginnya ke arah timur. Aku tidak tahu harus bersyukur atau harus merasa apa.

12.45
Jam 13.00 jadwalku jaga. Aku harus segera telpon Ibnu Sina. Entah kemana hp ku, diselamatkan orang dan ditaruh mobil yang sudah dipindahkan. Segera aku minta hp papa. Beruntung, aku ingat telpon flexi Ibnu Sina berkat kata-kata mas Didik yang masih melekat,”No flexi cantik, 7091900, aku yang tulis di telponnya itu.”

Don’t be panic dela, keep calm, just tell them “Belakang rumah kebakaran, tolong yang disana gantikan jaga” itu yang ada di pikiranku, dan ternyata aku tidak bisa sekalem itu.

“Halo Assalamu’alaikum..”suara dari seberang telpon.
“Wa’alaikumussalam, mb Zia ya, ...” Persis kukatakan seperti tadi, tapi dengan nada panik.
“Dokter bicara sama dr Deti langsung ya.”
“Iya mba.” Telpon diberikan ke mba Deti. Ku ulang permintaanku.
“Maaf mba, saya ga bisa gantiin, jam 1 saya harus jaga anak kecil di rumah.” Hmmff, lemas diriku.
 “Ada dr.Vidya?”tanyaku kepada mba perawat
 “Sebentar dr. Vidya masih pelayanan di poli, nanti kita hubungi ya dok.”

PMK datang, aku telpon lagi Ibnu Sina, syukurlah dr.Vidya yang angkat. Suara sirine PMK membuat tambah panik. Aku tak bisa mendengar percakapan di telpon, hanya samar-samar. “Dela.brbrbrb...aja...Di sini kita gantikan jaga...Brbrb” Langsung ku potong cepat dengan monologku,”Ini PMK datang, sudah ga kedengaran lagi suaranya, tolong digantikan ya, nanti kalau sudah tenang diusahakan kesana, makasi banyak ya..”

13.05
Menunggu di depan rumah, berdoa sambil melihat banyak mobil PMK bekerja. Satu PMK datang, supirnya bingung karena ada orang yang meminta api dari belakang dulu dipadamkan, yang lain minta bagian depan dipadamkan. Tiap orang memikirkan cara bagaimana menyelamatkan miliknya dan barang didekatnya. Wajar.

Buku, buku. “Dela, bukunya gimana?”sahut mama. “Sudah, bisa beli lagi.”,sahutku pasrah sebelum usaha. Ada banyak buku di atas yang tak sempat aku turunkan. Semoga tidak sampai mengenai buku, pintaku. Bila buku itu selamat, buku itu harus memberi manfaat ke orang lain, niatku.

Tak kulihat keberadaan papa. Bingung ku bilang ke mama,”Ma, papa masih di atas lho, ga tau ngapain lagi..!!” Kita berdua teriak ke Pak Amat, “Suruh turun, mau apa lagi itu di atas.” Sedikit heroik, aku berbicara ke pak Pemadam,”Pak, tolong suruh turun, masih ada orang di dalam rumah itu.” Syukur, banyak pak tentara dan PMK yang mengecek tiap rumah, memastikan tidak ada orang, memastikan tidak ada tabung gas, ataupun listrik yang masih tercolok.

Aku terus berdoa dalam hati. Ya Allah, selamatkan orang tua ku. Harta bisa dicari, but im not ready if i lose them now. I love them, of course. But I dont know how i should express my feeling. Sosok papaku sudah terlihat diluar rumah. Mama ada disampingku. That’s enough for now.

14.30
Api mulai padam, asap mulai abu-abu tanpa asap hitam. Lalu beberapa saat kemudian, ada lagi asap tebal hitam pekat. Ternyata masih ada api lagi timbul. Angin tetap bertiup ke timur, rumah di bagian timur dari sumber api yang terbakar. PMK bertindak lebih cepat. Tak lama, api benar-benar padam. Rumah dan tembok rapuh segera dirubuhkan, agar tidak menimbulkan keresahan tetangga sebelah. Bila tidak dirobohkan, bayangkan tiba-tiba saat malam, ada suara tembok runtuh di samping rumah. >_<

15.00
Beberapa PMK sudah meninggalkan TKP. Mulailah kami berkemas. Barang-barang kembali dimasukkan. Barulah aku berkesempatan melihat hp. Empat bbm masuk, semua sama menanyakan,”Kebakaran di Prapatan mana?” Langsung aku copas jawaban,”Yap, kebakaran di belakang rumah, jarak 3 rumah. Jam 2 api padam, “ Jaga siangku digantikan. Jadwal jaga malamku diliburkan. Bahkan ditawari untuk tukar jaga pagi esok. Terima kasih, teman sejawat.

Melihat kejadian yang begitu cepat ini, yang ada dalam pikiranku, what u think might be yours are not yours at all, its all Him. Apapun yang kita punya, memang bukan milik kita, semuanya, termasuk diri ini. Jangan pernah merasa sombong dan merasa bahwa diri kita hebat karena memiliki sesuatu. Semua adalah titipan. Kita diuji bagaimana menggunakan apa yang dititipkan ke kita.

Jangan pernah merasa aman dari musibah. Menengok kembali ke belakang, keadaan kita yang selamat dari musibah adalah karunia dariNya. Jangan sampai pula terselip sombong pada kita saat Ia telah menyelamatkan kita dari musibah,”Aku selamat karena usahaku.”

*ayat*jika musibah berdoa, jika selamat berpaling

Tiga jam yang cepat. Sekitar 7 rumah habis. Berapa belas KK yang kehilangan tempat tinggal dan harta benda. Mengubah cara pandangku terhadap musibah kebakaran,”Itu bisa terjadi padamu kapanpun, be prepared, and help the others”

Dan sedikit tips yang terpikirkan olehku setelah kejadian ini :
1.       Selalu pikirkan jalur evakuasi.
2.       Tempatkan surat penting di satu tempat yang mudah dicapai dan dipindahkan.
3.       Siapkan tas-tas besar di lemari untuk mengevakuasi barang yang dibutuhkan.
4.       Sekiranya bisa, perbanyak barang-barang/furniture yang beroda, agar mudah dipindahkan.
5.       Apa lagi ya? Banyak berdoa J

Epilog
Sepanjang sore, mama menggodaku,”ih Dela pa, tadi bilang, papa mana ma. Nyari-nyari papa dia. Sayang juga sama papa ternyata” “Ya iya lah, nanti siapa yang nganter-nganter Dela. Hehehe.”aku ngeles. Mama, stop menggoda ku, You know, I love you both.

8 Maret 2014
 
Copyright (c) 2010 dellasgarden. Design by WPThemes Expert
Themes By Buy My Themes And Cheap Conveyancing.