Wednesday, October 26, 2016

Hati, bagaimana kabarmu?

Merasakan betapa bermanfaatnya pertamini—pedagang bensin eceran. Saat hujan dan motor mogok di tengah jalan tembusan antah berantah.

Ingin posting status seperti itu, terbersit jempol-jempol yang akan menge-klik-nya, dan senang akan perhatian sang pemilik jempol. Hmm, kuurungkan niat posting itu. Rasanya status tak bermanfaat, selain melegakanku. Status yang tak kan membuatku atau yang lainnya bermasalah ketika tidak membuatnya. Puas. Hanya itu hasil dari postingan tersebut. Puasnya hati sesaat. Bukan puas yang murni

Hati. Bagaimana kabarmu? Carilah ia ditiga hal, saat membaca Qur’an, saat hadir dalam majelis ilmu, dan saat kesendirianmu. Saat kau tak menemukannya, mintalah pada Allah hati yang baru, karena sesungguhnya engkau tak punya hati. Hikz, begitukah kondisimu saat ini?

Berapa lama tak kuhidupkan, berapa lama tak diberi makan, berapa lama tak kuperhatikan sakitmu dan kubiarkan tanpa obat? Hidupnya hati dengan tauhid, makanannya adalah ilmu Qur’an dan Hadits, obatnya adalah fiqh.

Begitu tentramnya orang yang hanya memperdulikan penilaian makhluk langit. Ia tak sibuk dengan berapa banyak jempol (baca: Like) yang ia dapat. Berapa banyaknya mata yang telah membaca tulisannya. Berapa banyak comment yang mampir di blog nya.

Niat, begitu beratnya diluruskan. Sebelum, saat, dan setelah amal. Tercampur riya dan hilanglah pahala amal. Sudahkah niatmu lurus? Sudahkah hatimu mendengar petunjuknya? Atau ia mulai menunjukkan titik-titik kotor benih kerasnya hati?

Yaa Muqallibal Qulb, Tsabbit Qalbi ‘ala Diinik…


#menulis adalah saat berharga dimana aku berbicara dengan diriku.
 
Copyright (c) 2010 dellasgarden. Design by WPThemes Expert
Themes By Buy My Themes And Cheap Conveyancing.