Wednesday, July 10, 2013

Diary Ramadhan (1) : Biarkan Lisan Berucap Ya




Beberapa jam menjelang Ramadhan, persiapan paling urgent saat ini adalah mempersiapkan hati. Mengkondisikan hati yang senang akan datangnya Ramadhan, dan hati yang siap untuk berjuang menggapai kemuliaannya.

Jam 11.00. Panggilan telpon dari nomor tak dikenal,”dr.Della, bisa menggantikan jaga UGD sore nanti? Anak saya sakit, jadi perlu menjaga di rumah. Jadwal jaganya ga perlu ditukar, diambil saja jadwal saya.”  “Oh, iya dok, insyaAllah saya bisa.” Jawaban ‘ya’ terlanjur terucap. Memang tidak ada alasan untuk menolaknya; ada acara : enggak, ada tanggungan keluarga : enggak, ada alasan capek : selalu, ada alasan ingin bersantai dan enggan menggantikan jadwal mendadak : iya, tapi untungnya lisan ini sudah berucap “ya”. Sisanya, tinggal menata hati untuk tetap senang bertugas saat detik awal Ramadhan menyapa.

Ikhlas, kondisi hati yang susah dijelaskan. Kita ambil satu kisah, dengan latar sebuah peperangan di jaman Rasul. Malam itu, pasukan telah lelah dan payah setelah selesai berjuang, namun masih ada satu tugas penting yang perlu dikerjakan yaitu memata-matai musuh. Rasul pun bertanya,”Adakah yang bersedia melakukan tugas ini?” Hening, tak ada sahabat yang menjawab. Sahabat mana yang lebih baik kualitasnya dibandingkan sahabat Rasul? Dan manusia sekaliber sahabat pun merasakan lelah. Dua kali pertanyaan tersebut diucapkan, dan dua kali pula jawaban sama, hening. Dan akhirnya, Rasul pun menunjuk satu sahabat,”Fulan, berangkatlah engkau.” “Ya” cukup jawaban itu yang memberikan kekuatan untuk tetap berjalan dengan sisa tenaga, dengan harapan dapat memata-matai musuh, dan kembali dalam keadaan hidup.

Pertanyaan yang mungkin kita ajukan.”Apa sahabat tersebut lelah dan enggan awalnya?” “Ya, pasti.” “Apakah ia lantas menolak perintah?” “Tidak.” “Apakah itu dapat disebut ikhlas?” Itu yang sebelumnya kita bahas, keikhlasan bukan berarti tanpa “paksaan” hati.

Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, & berjihadlah kamu dgn harta & dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adl lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.(QS. 9:41)

Biarlah lisan (terlanjur) berkata “Ya”, dan biarlah Allah yang membimbing hati kita dalam menyelesaikan kebaikan itu. Sore itu, menahan kantuk, mengumpulkan tenaga untuk tetap tersenyum, menata hati bahagia menyambut Ramadhan, dan yakinlah janjiNya akan datang.

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang membantu menghilangkan satu kesedihan (kesusahan) dari sebagian banyak kesusahan orang mukmin ketika didunia maka Allah akan menghilangkan satu kesusahan (kesedihan) dari sekian banyak kesusahan dirinya pada hari kiamat kelak.(HR. Muslim)

0 komentar:

Post a Comment

 
Copyright (c) 2010 dellasgarden. Design by WPThemes Expert
Themes By Buy My Themes And Cheap Conveyancing.