Monday, February 24, 2014

Teman si Jago Merah di Rumah Mbah!



“Bongkar sudah, bongkar jendelanya!! Kasitahu Har, “ kata mbah Uti dengan sisa tenaga ke mama yang sedang bicara ke Om Har via telepon.  Telepon dari Om Har yang langsung membuat seisi rumah Prapatan seketika panik,”Ada asap dari rumah  Bhayangkara, cepat pulang!”

Pikiran meracau sudah berkelebat di benak ku. Api. Kebakaran. Banyak tangki gas. Meledak. Naudzubillah, Allah, lindungi dari kejadian tak terduga..pintaku tulus. Padahal baru saja, barusan saja,  sekitar 5 menit lalu, aku ngobrol dengan mbah tentang sesuatu terkait kebakaran.

Mbah    : “Tv dirumah sekarang sudah bagus lho nduk, sudah ga tiba tiba mati kayak dulu, tapi ya harus dinyalain terus. Jadi ini mbah keluar , tv di rumah ya tetep nyala..”
Aku        : “Lho, ga papa ta mbah? Nanti bisa terbakar lho.”
Mbah    : “Ya, enggak. Belum pernah kebakaran kok. Ya, jauhkan bala’”
Aku        : “Jauhkan bala’ si iya mbah, tapi kan tetep harus usaha dulu kitanya.”

Back to story. Langsung, mbah uti dan mbah kung pulang, papa pun menyusul cepat dengan motor ikut ke rumah Bhayangkara. Aku dan mama di rumah Prapatan, hanya bisa menunggu sambil berharap tidak terjadi apa-apa. Asap darimana? “Listrik konslet karena tv menyala.”, itu menurutku. “Bukan, kalau tv pasti mati semua kan disana paralel mba. Dari kompor pastinya, mbah kan sering lupa tuh kalau masak.”,mama menimpali. Teori mama yang lebih masuk akal.

Baru saja satu hari yang lalu Balikpapan kembali diuji dengan musibah kebakaran. ‘Langganan’ makanan si jago merah ya daerah Kampung Baru, Balikpapan Barat : kawasan padat penduduk, rumah rapat, dan banyak bermaterialkan kayu. 115 Rumah dilahapnya! Tempat berlindung tak ada, harta simpanan habis, modal usaha yang ada dirumah ludes, surat-surat berharga tak terpikirkan lagi nasibnya. Ya Allah, jangan sampai kejadian yang sama terjadi malam ini di Bhayangkara, itu yang aku pikirkan. Menunggu 5 menit untuk mendapat kabar saja rasanya lama.

“Bagaimana Har? Ga apa?”mama menelepon. “Udah, ga apa, alhamdulillah.” Fiuhh... rasa lega tak terkira. Hilang sudah khayalan ngawurku. Bersamaan dengan itu, papaku pulang, dan menceritakan detail penyebabnya. Asap berasal dari rebusan kacang di atas kompor gas yang lupa dimatikan. Untungnya api belum muncul dan tangki gas disamping kompor masih aman. Dengan reflek cepat, papa mematikan kompor, lalu menyiram panci dengan air. Whusssss, asap yang lebih tebal terbentuk-begitulah deskripsi papa. Mencairkan suasana, papa mengambil kacang dalam panci itu,”Untung aja kacangnya masak, udah udah, sekarang waktunya makan kacang, hehehe...”gaya khas papa.  Sampai sekarang, mbah belum meneleponku, mungkin masih shock dan menenangkan diri.

Bagi yang sempat membaca artikel ini, jangan lupa :
1.       Matikan kompor, peralatan elektronik, cabut dari aliran listriknya ketika akan keluar rumah. Cek dua kali kalau perlu, terutama bagi yang pelupa
2.       Usaha itu penting, jangan merasa aman dari musibah. Allah penentu kejadian, tapi manusialah yang perlu berikhtiar terlebih dahulu

“Nikmat Tuhanmu yang manakah yang Engkau dustakan?” (QS.ar Rahmaan)  Dalam tiap detik yang kita jalani, kita tak sadar berapa nikmat yang Ia berikan pada kita : keimanan dalam hati, kesehatan tubuh, kelengkapan anggota keluarga, tempat berlindung yang aman tidak kebakaran, makanan dan minuman yang cukup, berkendaraan tanpa celaka, teman yang baik, aib yang tertutupi. Yang terkadang, baru kita sadari setelah kita dijauhkan dari nikmat itu. Seringnya, kita justru mengeluh : lelah bekerja, hasil usaha yang tak terlihat, doa yang belum terijabah. Astagfirullah..begitu buruk sangka manusia kepada Penciptanya. Bahkan bukan tidak mungkin Allah mengganti doa kita dengan yang lebih baik : dijauhkan dari musibah--seperti malam ini.




0 komentar:

Post a Comment

 
Copyright (c) 2010 dellasgarden. Design by WPThemes Expert
Themes By Buy My Themes And Cheap Conveyancing.