Ahad,
1 Februari 2015, masyarakat Balikpapan telah membuktikan bahwa ia masih cinta
dan peduli pada Palestina. Dome yang berkapasitas 5000 orang, penuh oleh
peserta konser amal Palestina yang diadakan oleh Komite Nasional Rakyat
Palestina (KNRP) ini. Apa saja kegiatannya? Mari kita lihat dari foto dibawah
Diluar
Dome, ada teatrikal penduduk gaza yang dikepung oleh tentara Israel.
Disampingnya ada spanduk yang bertulis We Love Gaza yang ditandatangani oleh
peserta yang hadir.
Lihatlah
pada mobil yang terus berdatangan.
Sepertinya
yang menjadi panitia dan lakon teatrikal itu anak SMA, terlihat dari mukanya
yang masi muda dan polos.
Sebelum
pintu masuk, ada panggung kecil dengan background poster konser amal, untuk
berfoto bersama keluarga
Ini
suasana dalam Dome, ramai, penuh, tapi tetap teratur dan rapi, kami semua duduk
lesehan
Kursi
di atas pun penuh, baik yang pria ataupun wanita.
Pak
Imdad, selaku walikota Balikpapan memberikan sambutan, dan mengumumkan bahwa
bajak penghasilan PNS Balikpapan sebagian besarnya disumbangkan untuk rakyat
Palestina. MasyaAllah.
Ini
penampilan Annisa Latifah, membawakan Puisi Palestina berjudul Mahanazi karya
Helvy Tiana Rosa. Puisi yang begitu menyentuh..
Apakah sampai padamu
berita tentang mahanazi
kabar apakah yang sampai padamu tentang
Palestina
Apakah sampai padamu
berita tentang rumah-rumah yang
dihancurkan
tanah-tanah meratap berpindah tuan
bahkan manusia yang dibuldozer
Apakah sampai padamu
berita tentang air mata yang
tumpah
dan menjelma minuman sehari-hari
tentang jadwal makan yang hanya sehari
sekali
atau listrik yang menyala cuma 4
jam sehari
Apakah sampai padamu
berita tentang kanak-kanak yang
tidak lagi berbapak
tentang ibu mereka yang diperkosa
atau diseret ke penjara
para balita yang menggenggam batu
dengan dua tangan mungil mereka
menghadang tentara Zionos Israel
lalu tangan kaki mereka disayat dan
dibuntungi
Apakah sampai padamu
berita tentang Masjidil Aqsa
di halamannya menggenang darah
dan tubuh-tubuh yang terbongkar
peluru yang berhamburan di udara
menyanyikan lagu kematian menyayat nadi
kekejaman yang melebihi fiksi dan semua
filem
yang pernah kau tonton di bioskop dan
televisi
kebiadaban yang mahanazi
Tapi orang-orang di negeriku
masih saja mengernyitkan kening
Palestina,
untuk apa memikirkan Palestina
persoalan di negeri sendiri menjulang
mereka bersungut-sungut
tak suka membatu
tak jarang terpengaruh
menuduh pejuang kemerdekaan Palestina
yang membela tanah air merek sendiri
sebagai teroris
Tuhan
maka kukatakan pada mereka
tanpa abai pada semua persolan di
negeri ini
atas nama kemanusiaan menyelalah
kita tak bisa hanya diam
menyaksi pagelaran mahanazi
sambil mengunyah menu 4 sehat 5
sempurna
dan bercanda di ruang keluarga
kita tak bisa sekedar menampung
pembantaian-pembantaian itu dalam batin
atau pura-pura tak peduli
Seorang teman Turki berkata
mereka yang membatasi ruang kemanusiaan
dengan batas-batas negara
sesungguhnya belum mengerti makna
kemanusiaan
Hai Amir Musa tanyakan pada Liga Arab
belum tibakah masanya bagi kalian
bersatu
membuka hati
berani
berani berhenti
mengamini nafsu Amerika
yang seharusnya kita taruh di bawah
sepatu
Hai Ban ki-moon,
apakah Persyerikatan Bangsa Bangsa itu
nyata
sebab tak pernah kami dengar PBB
mengutuk dan memberi sanksi
pada mahanazi teroris Zionis Israel
yang pongah
melucuti kemanusiaan dan keberadaban
dari wajah dan hati dunia
Apakah kalian,
apakah kita
tak malu
pada syuhada Flatilla
Raquel Qori,
Yoyoh Yusro
dan Geroge Kelway
karena sesungguhnya
kita bisa melalukan sesuatu
menyebarkan tragedi keji ini
pada hati-hati yang bersih
memberi
meski sedikit apa yang kita punya
dan mendoakan Palestina
Apakah sampai padamu
berita tentang mahanazi itu
lalu tentang Palestina
yang bersemayam kokoh
di hati mereka yang diberi kurnia
seperti cinta
yang tak bisa kau hapus
dari penglihatan dan ingatan,
air mata,
darah,
dan denyut nadi manusia
Lawan mahanazi
Penampilan
dari murid dan guru SMPIT Auliya tak kalah menyentuh. Mereka membawakan lagu
Merah Saga dari grup nasyid Shoutul Harakah.
Saat langit berwarna merah
saga dan kerikil perkasa berlarian meluncur laksana puluhan peluru terbang
bersama teriakan takbir...
Saat langit berwarna merah
saga dan kerikil perkasa berlarian meluncur laksana puluhan peluru terbang
bersama teriakan takbir...
Semua menjadi saksi atas
langkah keberanianmu, kita juga menjadi saksi atas keteguhanmu
Ketika yahudi yahudi
membantaimu merah berkesimbah ditanah airmu...
Mewangi harum gerangan
darahmu membebaskan bumi jihad Palestina...
Perjuangan telah kau bayar
dengan jiwa syahid dalam cintanya...
Siapa
wanita yang merekam penampilan ini? Awalnya aku sedikit berprasangka, “Mba ini
menghalangi penonton di belakang,” tapi setelah dilihat seksama, ternyata itu
mba yang kukenal. Mba Idah merekam pak Deni, suaminya, yang sedang tampil.
Akhirnya prasangka itupun hilang. Pelajaran : jangan suka berprasangka
Dilanjutkan
dengan pelantikan relawan KNRP
Ini
foto para donatur dengan jumlah sumbangan yang besar, ada seorang bernama pak
Masud, menyumbang 10.000 USD. Subhanallah, ialah sosok Ustman bin Affan ataupun
Abdurahman bin Auf jaman ini.
Iseng,
ini foto sepatu yang harus aku pangku, saking penuhnya Dome, tak tersisa ruang
kosong untuk menaruh sepatu.
Inilah
penampilan yang ditunggu oleh sebagian besar warga yang datang, yaitu dari Band
Wali. Mereka membawakan 8-10 lagu, dan diselingi oleh lelang barang, yaitu
keyboard pertama yang dimiliki oleh personel wali, serta cincin kesayangan dari
vokalis wali. Keyboard terlelang 20 juta, dan cincin terlelang 14 juta.
Subhanallah, mereka sumbangkan barang kesayangan untuk ditukar dengan amal
jariyah (insyaAllah) donasi untuk pejuang Palestina
Lihat,
semua personel memakai syal Palestina.
Ada
bendera Palestina dan Indonesia di gitarnya, so sweet!
Inilah
taujih dari ust. Taufiq Husain, tentu dengan penerjemah.
Ia
rela menempu 15 jam penerbangan untuk menyambut undangan dan rasa cinta rakyat
ini untuk Palestina. Rumah beliau haya 50 km dari Masjidil Aqsha, namun ia
tidak bisa shalat disana karena area itu ditutup dan dikepung oleh tentara
Israel. Bagaimana cara kita membantu?
Berdoa
dan niat yang kuat
Senantiasa
mencintai saudara kita, dan ajari anak dan yang lain untuk cinta Aqsha
Menyiapkan
harta terbaik untuk pembebasan Aqsha
Opick,
sosok sederhana yang perlahan dari pintu belakang Dome menuju panggung. Agak
pincang, ternyata beliau pakai kruk dan gips terlihat dari kaki kanannya.
Wajahnya terlihat lebih tua dan sedikit lelah terpancar, tapi Subhanallah, ada
rasa adem kalau lihat sosok Opick
ini. Sederhana, rela berjuang dan istiqamah ikut dalam konser Amal Palestina di
seluruh Indonesia, dengan suara beningnya mengajak kita untuk ingat Allah
melalui lirik lagunya, tentram banget lihatnya. Beginikah aura yang Engkau berikan
kepada hamba-hamba yang dekat dengan Engkau, ya Allah?
Sayang,
beliau hanya menyumbang sedikit lagu. Langsung dilanjutkan dengan acara lelang.
Opick sendiri yang menjadi mc lelang. Subhanallah, lukisan Masjid Al Aqsha
terlelang 50 juta. Ya Allah, masih ada orang kaya di kota ini yang peduli
Palestina. Berkahilah rizkinya..
Sampai
akhir acarapun, Opick tetap bersemangat, mengajak masyarakat Balikpapan, untuk
menyumbang dan peduli Palestina. Banyak sekali orang yang maju ke panggung
untuk menyumbang 5 juta, 2 juta, ataupun 1 juta, tanpa ada barang yang diberi,
hanya sebuah syal Palestina yang akan mengingatkan kita.
Foto
terakhir ini mba Tita bersama anaknya, yang menemaniku ikut acara ini. “Mba, kalau
ada acara kayak begini, kasitahu lho ya”, begitu komentarnya sepulang dari
acara. Tetanggaku ini cukup spesial, ia menawarkan diri ikut setelah lihat
poster konser amal di mobil papa, lalu ia pun spontan ikut menyumbang 1 juta
untuk Palestina.
Komentarku...
Awalnya
aku kurang antusias terhadap wali, “Yah, kenapa bukan Fadli Padi ya?” tapi KNRP
jelas telah mensurvei bahwa yang cocok untuk warga Balikpapan adalah wali.
Lalu, saat melihat sendiri mereka menyanyikan lagu, melelang barang kesayangan,
rela bawa alat musik sendiri untuk konser amal, rasa “meremehkan” itu hilang.
Bagaimana orang seperti aku yang tidak berbuat apa-apa ‘nyinyir’ atau ‘mencemooh’
mereka yang telah berbuat banyak dan melakukan aksi nyata, mereka menyumbangkan
waktu dan tenaga untuk konser demi membantu rakyat Palestina. Dan setelah
ditelaah, lirik lagu karya anak pesantren ini juga ga aneh-aneh seperti band
lainnya, yang kuingat ada lirik,”ingat mati, ingat sakit, ingatlah saat kau
sulit, ingat-ingat hidup cuma satu kali. Berapa dosa kau buat, berapa kali
maksiat, ingat-ingat, coba ingatlah akhirat..”, ada juga lirik yang mengajak
anak muda untuk tidak galau,”buat apa menangisimu huhuhu, lebih baik ku tertawa
hahaha, walau kau telah lukai aku, nenek bilang kuat-kuat.” Keren kan ada anak
muda yang masih mau dengar nasihat neneknya ^^
Konser
amal seperti ini berpengaruh positif ke yang lain, orang seperti aku yang
mungkin sedikit pesimis melihat kekacauan moral masyarakat saat ini, menjadi
terharu melihat banyak orang yang masih peduli dan mau menyumbang. Yang lain
pun menjadi ikut bersemangat untuk menyumbang lebih. Yang belum bisa menyumbang
pun minimal iri dan memiliki niat kuat untuk melakukan hal yang sama kelak.
Yang awalnya tak peduli Palestina menjadi peduli, yang peduli Palestina menjadi
semakin peduli dan istiqamah (semoga) untuk membantu.
Hormat
dan respekku lebih tinggi lagi pada mereka yang rela berpayah dalam
menyelenggarakan acara ini. Masih ada orang baik yang peduli, yang tidak
mencari alasan,”Mengapa harus peduli Palestina, saudara di Indonesia saja
banyak yang susah.” Namun mengambil langkah nyata menyadarkan bahwa mereka yang
mengaku muslim harus mau memperjuangkan aqidah kita, dan Aqsha adalah bagian
dari aqidah kita. Kewajiban muslimlah untuk membebaskannya, bukan hanya muslim Palestina,
namun muslim seluruh dunia.
Ya
Allah, beri kekuatan untuk mereka agar dapat membuat lebih banyak konser amal,
menyadarkan lebih banyak orang. Beri mereka keikhlasan, jauhnya dari riya. Dan
tulisan ini semoga bisa mengingatkanku kelak, agar tetap berada pada jalan ini.
0 komentar:
Post a Comment