Thursday, February 12, 2015

Konser Amal Palestina



Ahad, 1 Februari 2015, masyarakat Balikpapan telah membuktikan bahwa ia masih cinta dan peduli pada Palestina. Dome yang berkapasitas 5000 orang, penuh oleh peserta konser amal Palestina yang diadakan oleh Komite Nasional Rakyat Palestina (KNRP) ini. Apa saja kegiatannya? Mari kita lihat dari foto dibawah

Diluar Dome, ada teatrikal penduduk gaza yang dikepung oleh tentara Israel. Disampingnya ada spanduk yang bertulis We Love Gaza yang ditandatangani oleh peserta yang hadir.


Lihatlah pada mobil yang terus berdatangan.


 Sepertinya yang menjadi panitia dan lakon teatrikal itu anak SMA, terlihat dari mukanya yang masi muda dan polos.

 

Sebelum pintu masuk, ada panggung kecil dengan background poster konser amal, untuk berfoto bersama keluarga

Ini suasana dalam Dome, ramai, penuh, tapi tetap teratur dan rapi, kami semua duduk lesehan

Kursi di atas pun penuh, baik yang pria ataupun wanita.

Pak Imdad, selaku walikota Balikpapan memberikan sambutan, dan mengumumkan bahwa bajak penghasilan PNS Balikpapan sebagian besarnya disumbangkan untuk rakyat Palestina. MasyaAllah.

Ini penampilan Annisa Latifah, membawakan Puisi Palestina berjudul Mahanazi karya Helvy Tiana Rosa. Puisi yang begitu menyentuh..

Apakah sampai padamu
berita tentang mahanazi
kabar apakah yang sampai padamu tentang Palestina

Apakah sampai padamu
berita tentang rumah-rumah yang dihancurkan
tanah-tanah meratap berpindah tuan
bahkan manusia yang dibuldozer

Apakah sampai padamu
berita tentang air mata yang tumpah
dan menjelma minuman sehari-hari
tentang jadwal makan yang hanya sehari sekali
atau listrik yang menyala cuma 4 jam sehari

Apakah sampai padamu
berita tentang kanak-kanak yang tidak lagi berbapak
tentang ibu mereka yang diperkosa atau diseret ke penjara
para balita yang menggenggam batu
dengan dua tangan mungil mereka
menghadang tentara Zionos Israel
lalu tangan kaki mereka disayat dan dibuntungi

Apakah sampai padamu
berita tentang Masjidil Aqsa
di halamannya menggenang darah
dan tubuh-tubuh yang terbongkar
peluru yang berhamburan di udara
menyanyikan lagu kematian menyayat nadi
kekejaman yang melebihi fiksi dan semua filem
yang pernah kau tonton di bioskop dan televisi
kebiadaban yang mahanazi

Tapi orang-orang di negeriku
masih saja mengernyitkan kening
Palestina,
untuk apa memikirkan Palestina
persoalan di negeri sendiri menjulang
mereka bersungut-sungut
tak suka membatu
tak jarang terpengaruh
menuduh pejuang kemerdekaan Palestina
yang membela tanah air merek sendiri sebagai teroris

Tuhan
maka kukatakan pada mereka
tanpa abai pada semua persolan di negeri ini
atas nama kemanusiaan menyelalah
kita tak bisa hanya diam
menyaksi pagelaran mahanazi
sambil mengunyah menu 4 sehat 5 sempurna
dan bercanda di ruang keluarga
kita tak bisa sekedar menampung pembantaian-pembantaian itu dalam batin
atau pura-pura tak peduli

Seorang teman Turki berkata
mereka yang membatasi ruang kemanusiaan
dengan batas-batas negara
sesungguhnya belum mengerti makna kemanusiaan

Hai Amir Musa tanyakan pada Liga Arab
belum tibakah masanya bagi kalian bersatu
membuka hati
berani
berani berhenti
mengamini nafsu Amerika
yang seharusnya kita taruh di bawah sepatu

Hai Ban ki-moon,
apakah Persyerikatan Bangsa Bangsa itu nyata
sebab tak pernah kami dengar PBB mengutuk dan memberi sanksi
pada mahanazi teroris Zionis Israel
yang pongah
melucuti kemanusiaan dan keberadaban
dari wajah dan hati dunia

Apakah kalian,
apakah kita
tak malu
pada syuhada Flatilla
Raquel Qori,
Yoyoh Yusro
dan Geroge Kelway
karena sesungguhnya
kita bisa melalukan sesuatu
menyebarkan tragedi keji ini
pada hati-hati yang bersih
memberi
meski sedikit apa yang kita punya
dan mendoakan Palestina

Apakah sampai padamu
berita tentang mahanazi itu
lalu tentang Palestina
yang bersemayam kokoh
di hati mereka yang diberi kurnia
seperti cinta
yang tak bisa kau hapus
dari penglihatan dan ingatan,
air mata,
darah,
dan denyut nadi manusia
Lawan mahanazi


Penampilan dari murid dan guru SMPIT Auliya tak kalah menyentuh. Mereka membawakan lagu Merah Saga dari grup nasyid Shoutul Harakah.

Saat langit berwarna merah saga dan kerikil perkasa berlarian meluncur laksana puluhan peluru terbang bersama teriakan takbir...
Saat langit berwarna merah saga dan kerikil perkasa berlarian meluncur laksana puluhan peluru terbang bersama teriakan takbir...
Semua menjadi saksi atas langkah keberanianmu, kita juga menjadi saksi atas keteguhanmu
Ketika yahudi yahudi membantaimu merah berkesimbah ditanah airmu...
Mewangi harum gerangan darahmu membebaskan bumi jihad Palestina...
Perjuangan telah kau bayar dengan jiwa syahid dalam cintanya...


Siapa wanita yang merekam penampilan ini? Awalnya aku sedikit berprasangka, “Mba ini menghalangi penonton di belakang,” tapi setelah dilihat seksama, ternyata itu mba yang kukenal. Mba Idah merekam pak Deni, suaminya, yang sedang tampil. Akhirnya prasangka itupun hilang. Pelajaran : jangan suka berprasangka

Dilanjutkan dengan pelantikan relawan KNRP


Ini foto para donatur dengan jumlah sumbangan yang besar, ada seorang bernama pak Masud, menyumbang 10.000 USD. Subhanallah, ialah sosok Ustman bin Affan ataupun Abdurahman bin Auf jaman ini.



Iseng, ini foto sepatu yang harus aku pangku, saking penuhnya Dome, tak tersisa ruang kosong untuk menaruh sepatu.



Inilah penampilan yang ditunggu oleh sebagian besar warga yang datang, yaitu dari Band Wali. Mereka membawakan 8-10 lagu, dan diselingi oleh lelang barang, yaitu keyboard pertama yang dimiliki oleh personel wali, serta cincin kesayangan dari vokalis wali. Keyboard terlelang 20 juta, dan cincin terlelang 14 juta. Subhanallah, mereka sumbangkan barang kesayangan untuk ditukar dengan amal jariyah (insyaAllah) donasi untuk pejuang Palestina



Lihat, semua personel memakai syal Palestina.



Ada bendera Palestina dan Indonesia di gitarnya, so sweet!




Inilah taujih dari ust. Taufiq Husain, tentu dengan penerjemah.
Ia rela menempu 15 jam penerbangan untuk menyambut undangan dan rasa cinta rakyat ini untuk Palestina. Rumah beliau haya 50 km dari Masjidil Aqsha, namun ia tidak bisa shalat disana karena area itu ditutup dan dikepung oleh tentara Israel. Bagaimana cara kita membantu?

Berdoa dan niat yang kuat
Senantiasa mencintai saudara kita, dan ajari anak dan yang lain untuk cinta Aqsha
Menyiapkan harta terbaik untuk pembebasan Aqsha



Opick, sosok sederhana yang perlahan dari pintu belakang Dome menuju panggung. Agak pincang, ternyata beliau pakai kruk dan gips terlihat dari kaki kanannya. Wajahnya terlihat lebih tua dan sedikit lelah terpancar, tapi Subhanallah, ada rasa adem kalau lihat sosok Opick ini. Sederhana, rela berjuang dan istiqamah ikut dalam konser Amal Palestina di seluruh Indonesia, dengan suara beningnya mengajak kita untuk ingat Allah melalui lirik lagunya, tentram banget lihatnya. Beginikah aura yang Engkau berikan kepada hamba-hamba yang dekat dengan Engkau, ya Allah?

Sayang, beliau hanya menyumbang sedikit lagu. Langsung dilanjutkan dengan acara lelang. Opick sendiri yang menjadi mc lelang. Subhanallah, lukisan Masjid Al Aqsha terlelang 50 juta. Ya Allah, masih ada orang kaya di kota ini yang peduli Palestina. Berkahilah rizkinya..




Sampai akhir acarapun, Opick tetap bersemangat, mengajak masyarakat Balikpapan, untuk menyumbang dan peduli Palestina. Banyak sekali orang yang maju ke panggung untuk menyumbang 5 juta, 2 juta, ataupun 1 juta, tanpa ada barang yang diberi, hanya sebuah syal Palestina yang akan mengingatkan kita.


Foto terakhir ini mba Tita bersama anaknya, yang menemaniku ikut acara ini. “Mba, kalau ada acara kayak begini, kasitahu lho ya”, begitu komentarnya sepulang dari acara. Tetanggaku ini cukup spesial, ia menawarkan diri ikut setelah lihat poster konser amal di mobil papa, lalu ia pun spontan ikut menyumbang 1 juta untuk Palestina.

Komentarku...
Awalnya aku kurang antusias terhadap wali, “Yah, kenapa bukan Fadli Padi ya?” tapi KNRP jelas telah mensurvei bahwa yang cocok untuk warga Balikpapan adalah wali. Lalu, saat melihat sendiri mereka menyanyikan lagu, melelang barang kesayangan, rela bawa alat musik sendiri untuk konser amal, rasa “meremehkan” itu hilang. Bagaimana orang seperti aku yang tidak berbuat apa-apa ‘nyinyir’ atau ‘mencemooh’ mereka yang telah berbuat banyak dan melakukan aksi nyata, mereka menyumbangkan waktu dan tenaga untuk konser demi membantu rakyat Palestina. Dan setelah ditelaah, lirik lagu karya anak pesantren ini juga ga aneh-aneh seperti band lainnya, yang kuingat ada lirik,”ingat mati, ingat sakit, ingatlah saat kau sulit, ingat-ingat hidup cuma satu kali. Berapa dosa kau buat, berapa kali maksiat, ingat-ingat, coba ingatlah akhirat..”, ada juga lirik yang mengajak anak muda untuk tidak galau,”buat apa menangisimu huhuhu, lebih baik ku tertawa hahaha, walau kau telah lukai aku, nenek bilang kuat-kuat.” Keren kan ada anak muda yang masih mau dengar nasihat neneknya ^^

Konser amal seperti ini berpengaruh positif ke yang lain, orang seperti aku yang mungkin sedikit pesimis melihat kekacauan moral masyarakat saat ini, menjadi terharu melihat banyak orang yang masih peduli dan mau menyumbang. Yang lain pun menjadi ikut bersemangat untuk menyumbang lebih. Yang belum bisa menyumbang pun minimal iri dan memiliki niat kuat untuk melakukan hal yang sama kelak. Yang awalnya tak peduli Palestina menjadi peduli, yang peduli Palestina menjadi semakin peduli dan istiqamah (semoga) untuk membantu.

Hormat dan respekku lebih tinggi lagi pada mereka yang rela berpayah dalam menyelenggarakan acara ini. Masih ada orang baik yang peduli, yang tidak mencari alasan,”Mengapa harus peduli Palestina, saudara di Indonesia saja banyak yang susah.” Namun mengambil langkah nyata menyadarkan bahwa mereka yang mengaku muslim harus mau memperjuangkan aqidah kita, dan Aqsha adalah bagian dari aqidah kita. Kewajiban muslimlah untuk membebaskannya, bukan hanya muslim Palestina, namun muslim seluruh dunia.

Ya Allah, beri kekuatan untuk mereka agar dapat membuat lebih banyak konser amal, menyadarkan lebih banyak orang. Beri mereka keikhlasan, jauhnya dari riya. Dan tulisan ini semoga bisa mengingatkanku kelak, agar tetap berada pada jalan ini.


0 komentar:

Post a Comment

 
Copyright (c) 2010 dellasgarden. Design by WPThemes Expert
Themes By Buy My Themes And Cheap Conveyancing.