Tuesday, February 17, 2015

Count Ur Blessing



7 Rajab

Rasanya susaaaaah sekali untuk berhenti mengeluh. Sepertinya adaa saja yang menjadikan alasan untuk berkeluh. Walaupun bibir ini tak berucap, namun gelagat pasti terlihat bila hati sudah merasa capek. Badan lemas tak bertenaga, bibir tak mengulum senyum, muka tertekuk tanpa semangat. Terjadi beberapa hari ini setiap selesai jaga. Jadwal padat lah, dua minggu non stop jaga, rekening seakan air mengalir. Astagfirullah... Padahal di propict bb sudah ku ganti dengan gambar bertuliskan,”Count your blessing, not your problems.” 

***
Dua hari lalu saat istirahat siang aku bertemu pak M, 60 tahun, dengan keluhan pusing melayang, tensi darah beliau tinggi. Setelah aku beri obat, ia mengaku sudah lebih baik dan mengotot bekerja, padahal sudah kutawarkan surat istirahat. “Beliau pekerja lapangan yang paling rajin”,begitu testimoni perawatku. Kata perawatku yang lain,”Orang tua sepuh seperti itu, masih mau bekerja keras. Seharusnya dengan usia dan kondisi badan seperti itu sudah selayaknya ia bersantai di rumah, bermain dengan cucu. Anaknya lah yang berganti berbakti menghidupinya.”

Satu hari tepat setelah gajian di perusahan kayu dimana aku bekerja di kliniknya, bapak itu membawa anaknya untuk berobat ke Ibnu Sina. Lagi-lagi bertemu denganku. Ia memakai kartu umum, bukan BPJS. Lalu kutanya,”Lho bapak kan punya BPJS, dipakai saja kartunya. Kalau butuh pemeriksaan laboratorium darah lengkap, ditanggung kok.” “Enggak dok, pakai umum saja.”,sahut beliau dengan tetap tersenyum sopan. Apakah ia mengira ada perbedaan antara layanan umum dengan BPJS ya? Huss, hilangkan prasangka itu.

Anaknya, perempuan usia 16 tahun sudah beberapa kali sebelumnya datang ke klinik perusahaan. Sejak 1 minggu yang lalu (kalau tidak salah) ia mengeluh nyeri ulu hati, perut terasa kembung, mual, mau muntah. Tidak ada panas, tidak ada keluhan lain, telah kuberikan obat untuk maag, namun perbaikan tidak signifikan. Akhirnya aku edukasi untuk pemeriksaan lab saat di ibnu sina. Dari laborat didapatkan leukositopeni, trombositopeni, leukosituria, hematuria, dan penanda widal positif. Cukup mengherankan, mengingat tak ada keluhan panas yang signifikan, namun ternyata inilah penyebab ia lemas. Aku sarankan untuk dirawat. Namun ia kebingungan,“Dok, bisakah rawat jalan? Siapa yang jaga kalau dia rawat inap di Balikpapan? Saya kerja shift, ibunya harus di jenebora rawat adiknya yang menderita DM type I.” Miris memang, ternyata dalam membuat keputusan memang harus holistik, tidak hanya memikirkan penyakit, tapi ‘faktor lain’ pun tak luput dari pertimbangan. Setelah diskusi, akhirnya ia sepakat untuk rawat inap.
Terlalu panjangkah aku bercerita?
***

Di saat yang lain harus melawan usia untuk terus bekerja, dengan imbalan yang mungkin tidak cukup untuk kebutuhannya sebulan. Di saat yang lain harus mengeluarkan biaya karna Allah coba dengan penyakit. Aku disini senantiasa merasakan nikmatnya, dapat bekerja, sehat, keluarga lengkap, dan masih tetap mengeluh? Tidak! Tidak boleh lagi. Ucapan dan wajahku memang masih menunjukkan lelah, namun tangan yang menulis ini semoga menjadi saksi bahwa aku kembali bersemangat dan bersyukur!

Barangsiapa yang memasuki pagi dalam keadaan : aman pada dirinya, sehat jasmaninya, dan memiliki makanan untuk hari itu, maka seolah-olah ia diberi dunia dengan berbagai kenikmatannya. (HR Tirmidzi)

0 komentar:

Post a Comment

 
Copyright (c) 2010 dellasgarden. Design by WPThemes Expert
Themes By Buy My Themes And Cheap Conveyancing.