“Jangan tunda amalan, setiap waktu punya hak kesibukannya
masing-masing, kalau ditunda malah tidak terlaksana.” Sms taujih Aa Gym pagi
ini rasanya seperti ditujukan untukku seorang. Jleb! Itulah yang terjadi padaku
dalam 6 hari Ramadhan ini. Penundaan. Tidak fokus. Keteteran.
Saat bekerja pagi yang kepikiran,”Gimana ini, target tilawah
belum selesai, tapi merasa bersalah juga kalau belum selesaikan kerjaan yang
ada.” Saat waktunya tilawah bada magrib,”Duh, kerjaan yang dibawa pulang ke
rumah perlu selesai dalam waktu dekat.” Saat ingin melembur dan
bergadang,”Ngantuuuuk, ga kuat, besok pagi deh, janji.” Pagi datang,”Ngantuk
lagiii, nanti pas di speed boat.” Saat di speed boat,”Gelombang besar, susah
baca, nanti bisa pusing” Huaaaaa.....
Bukan penyesalah kalau di awal. Penyesalan sungguh tak
berguna tanpa diiringi perbaikan. Tetap berakhir dengan penyesalan atas target
yang tak tercapai. Namun penyesalan atas itu dan berandai-andai juga merupakan
pintu masuknya syaitan.
Bersemangatlah atas hal-hal
yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah, jangan engkau lemah. Jika
engkau tertimpa suatu musibah, maka janganlah engkau katakan: ‘Seandainya aku
lakukan demikian dan demikian.’ Akan tetapi hendaklah kau katakan: ‘Ini sudah
jadi takdir Allah. Setiap apa yang telah Dia kehendaki pasti terjadi.’ Karena
perkataan law (seandainya) dapat membuka pintu syaithon.” (HR.
Muslim)
Akhirnya mencoba mengumpulkan semangat dari teman. Menoleh
kanan kiri, alias tanya dari grup satu ke grup lain,”Sudah juz berapa?” demi
mem-boost semangat bahwa,”Aku Bisa.!” Every second in Ramadhan is precioust,
really. Sekali lagi, jangan tunda amalan, tiap waktu punya hak masing-masing.
Fokus. Saat kerja, fokus selesaikan kewajiban kerja. Saat
dirumah, jangan membawa pe er kerjaan yang tidak selesai. Saat tilawah, jangan
gampang terdistraksi bunyi bbm, wa, dan line yang menggiurkan untuk dibuka.
Saat tertinggal jauh dari target, tetap semangat karena masih ada waktu
Ramadhan yang tersisa. Bismillah.. Dan bila muncul beribu alasan dari hati...
“Malu baca di depan umum..”
Ingat perkataan Al-Imam Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah,
“Meninggalkan amalan karena manusia adalah riya’ dan beramal karena manusia
adalah syirik. Sedang ikhlas, jika Allah Ta’ala menyelamatkanmu dari keduanya.”
Maknanya adalah barangsiapa yang telah bertekad melakukan suatu amalan,
kemudian ia meninggalkan amalan tersebut karena khawatir dilihat orang, maka ia
telah melakukan riya’, sebab ia meninggalkan amalan karena manusia. Adapun jika
ia meninggalkan shalat sunnah di keramaian untuk kemudian mengerjakannya saat
tidak dilihat orang, maka yang seperti ini disunnahkan. Kecuali shalat wajib,
atau zakat wajib, atau ia seorang ulama yang menjadi panutan, maka lebih afdhal
dikerjakan secara terang-terangan
Malu enggak, tapi “Capeek, butuh istirahat.”
Dan istirahatnya seorang muslim adalah perpindahannya dari
satu pekerjaan ke pekerjaan lain. Maka apabila kamu telah
selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang
lain (QS. 94 :7) Dan dunia memang
tempat berlelah-lelah, karena seperti perkataan Imam Ahmad bin Hambal,
“Istirahatnya kaum muslimin adalah saat kaki kanannya menginjak surga”
Sebuah tulisan di sahabatalaqsha.com yang juga menyuntikkan
ghirah. “Merindukan malam-malam kita di Masjid Al Aqsha merdeka. Terimalah yaa
Rabbanaa, jihad Ramadhan kita semua.” Go! Sekarang saatnya.
0 komentar:
Post a Comment