Sabar, kata yang sangat sering kita baca, dengar dan
katakan. Dalam praktiknya, bukan main ‘tidakgampang’nya untuk konsisten menjaga
kesabaran. Tidak gampang, namun bukan berarti tidak bisa. Terus berlatih
merupakan salah satu kuncinya. Salah satunya dari jalanan.
Pernahkah teman menyetir mobil? Aku baru menekuni profesi
supir mobil papa selama 3 bulan, itupun khusus penumpangnya papa seorang. Lho,
kok bisa? Sebenarnya akulah yang diantar, tapi aku juga yang menyetir untuk
latihan. SIM A sudah di tangan, tapi menangani macet di tanjakan dan juga
parkir belum menjadi keahlianku. Cukup sudah intermezo sekian panjangnya. Back to the topic : bagi teman yang
pernah menyetir mobil, pernahkah menemui kejadian di bawah ini?
Mobil depan berjalan lambat,
namun kita belum bisa menyalip karena itu di tikungan. Timbul cetusan,”Lambat. Ini
pasti yang nyetir mba-mba baru belajar nyetir mobil.” (ga ngaca apa penulis
yang mau nyalip ini juga mba-mba yang masih belajar nyetir? :p )
Angkot di belakang terus
membunyikan bel, padahal di depan memang belum bisa bergerak karena macet.
Ingin mengebel balik tanda,”Ini lho pak yang depan juga ga bisa gerak. Situ
juga sering berhenti serampangan kan..”
Sudah nunggu antrian lampu hijau
lama, dan ternyata baru saja beberapa detik-eits seperberapa detik yang lalu bahkan-muncul
lampu merah dan kita tergoda untuk menaikkan kecepatan agar tidak perlu
berhenti. “Tidaaaak, biarkan aku melaju. Nutut kok.”
Mobil dalam kecepatan stabil,
40km/jam, dan tiba-tiba di depan ada orang yang menyebrang tidak di zebra
cross. Ckiiiiitttt, harus ngerem mendadak deh.
Mobil terpaksa jalan lambat
karena jalanan sempit et causa banyaknya truk menyerobot jalan sebagai tempat
parkir. “Duuh, truk ini kenapa sie parkir di pinggir jalanan yang sudah sempit.”
Mobil di sebrang mau berbelok,
tapi kita tetap melaju kencang tidak memberi kesempatan dengan dalih ”Maaf pak,
ini saya ga ngasi jalan karena susah ngendalikan kalau harus berhenti dan jalan
lagi. Mana ini tanjakan lagi.”
Pasti banyak contoh kejadian lainnya yang kita temukan
dijalan, kejadian di atas adalah beberapa yang aku alami di Ramadhan ke-3 ku. Dan
hasilnya, rasanya aku belum lulus dalam tes kesabaran di jalan. Celetukan tetap
muncul, dan sebenarnya itu karena ketidakmampuanku dalam mengendarai mobil. Papa
yang lulus tes kesabaran : sabar mendengar ocehan anaknya yang menyetir
serampangan.
Harus banyak menyetir, biar lebih banyak latihan
mengendalikan emosi. Melatih sabar. Sabar itu ada tiga, sabar dalam menjalankan
ketaatan, sabar dalam menjauhi hal haram, dan sabar dalam menghadapi cobaan.
Dan dalam puasa Ramadhan, kita berlatih dalam ketiga kesabaran itu.
Pengertian dan melihat dari sudut pandang lain juga
diperlukan. Mobil yang lambat mungkin baru belajar. Angkot yang tidak sabar mungkin ada urusan penting. (Baru terpikir begini saat nulis, susah ya kalau spontan). Bagi para bapak-bapak yang pandai menyetir, harap dimaklumi bila
ada mobil serampangan di jalan, yang nyetir mba-mba yang masih belajar-sepertiku.
Terus menyetir, terus berlatih.
Targer Ramadhan semoga bisa terkejar! Semangat Ramadhan Day
3!! Dont make another excuse. It's a BIG note for myself.
0 komentar:
Post a Comment