Malam ini aku diajak sholat tarawih di masjid Istiqomah oleh
temanku, Rika, sepulang dari buka
bersama. Di masjid ini tawarihnya 8 rakaat dengan witir 3 rakaat, bacaan
imamnya syahdu, tanpa terburu waktu. Tempat yang rekomended untuk shalat
berjamaah bagi teman yang di Balikpapan
Kembali ke cerita, Rika yang belum sempat pulang ke rumah
alhasil hanya mendapat pinjaman mukenah, tanpa sajadah. Sajadahku sendiri terlanjur
digelar rika secara vertikal, hanya untukku seorang. Sebelum sempat berbagi,
ternyata aku “keserobot” ibu disamping kanan Rika yang langsung membeberkan
sajadahnya untuk dipakai berdua. Yahh..
Rakaat terakhir tarawih akhirnya selesai. Hatchii, teman
disampingku ini bersin karena kipas dan dinginnya angin malam. Langsung, dengan
tanggapnya, si ibu memberikan sehelai tisu,”Ini mba.” “Makasi bu.” Biasa ya
kejadiannya? ^^
Hanya saja aku takjub, pada kesegeraan si ibu menawarkan bantuan “kecil” yang
kita anggap “biasa.”
Bagi mata manusia, mungkin biasa, tapi bagaimana dengan
penglihatanNya. Kita diajarkan untuk tidak meremehkan amalan yang kita anggap
kecil, karena kita tidak tahu amalan mana yang akan membawa kita ke Surga
kelak. Apalagi amalan ini dilakukan dengan niat, hati yang hadir, dan di bulan
yang mulia. Belajar dari ibu tadi, lakukan segera kebaikan kecil yang kita
mampu.
Teringat kisah yang diceritakan ustad Fajar di Bangil tentang
hal ini. Ada seorang ulama yang berjalan di tepian sungai, ia mendengar
seseorang bersin di sebrang sungai dan mengucap alhamdulillah, namun dengan
segera orang tersebut hilang dari pandangan. Ulama itu kemudian mencari perahu,
dan menyewanya untuk menyebrang, mengeluarkan uang 1 dinar demi mengejar orang
tersebut dan membalas dengan ucapan “Yarhamukallah”. MasyaAllah. Di kemudian
hari, orang bersin itu mengisahkan, ia bermimpi bahwa sang ulama telah di Surga,
dengan amalan “kecil” namun mendapat keridhoanNya. Yap, yang dicari bukan besar
kecilnya amal, namun keridhoan sang Pencipta.
Dalam sebagian riwayat dari Imam Muslim dari sahabat Abu
Hurairah, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Ada seseorang laki-laki yang melewati ranting berduri berada di
tengah jalan. Ia mengatakan, ‘Demi Allah, aku akan menyingkirkan duri ini dari
kaum muslimin sehingga mereka tidak akan terganggu dengannya.’ Maka Allah pun
memasukkannya ke dalam surga.”
Bila kebaikan pun kita belum mempunyai kesempatan
melakukannya, setidaknya kita bisa menaham kejelekan kita dari orang lain. “Yang disebut dengan muslim sejati adalah orang
yang selamat orang muslim lainnya dari lisan dan tangannya.(HR Bukhari)
Seperti taujih aa Gym, minimal diri ini menjadi 3 SA , saya aman bagimu, saya
menyenangkan bagimu, saya bermandaat bagimu.