Tuesday, January 20, 2015

Tahsin, Benar dan Indahkan Bacaan al-Qur'an-mu



Hari Minggu lalu (18 Januari 2018) merupakan penutupan program tahsin LTTQ  Ar Rahmah Sepinggan Pratama. Saat itu diumumkan hasil ujian tahsin, dan alhamdulillah saya lulus ke tahap selanjutnya. Pasti banyak pertanyaan di otak temans, apa itu tahsin? Apa pula LTTQ? Apa saja tahapannya, berapa lama, biaya, pengajar? Tenang, akan saya jawab satu persatu.. ^^

Setahun ini saya mulai mengikuti les tahsin, tahsin adalah memperbaiki bacaan Al-Qur’an. Lembaga yang mengadakan adalah Lembaga Tahsin dan Tahfidz Qur’an (LTTQ) ArRahmah, yang dikepalai oleh ust. Saiful Anwar, al hafidz (insyaAllah), lulusan S1 dan S2 di Yaman. Pengajarnya terdiri dari ustadz dan ustadzah yang telah di talaqqi oleh ust. Saiful.

Sebelum memulai les tahsin, kita akan mengikuti tes awal untuk menentukan di kelas mana kita akan berada. Kelas atau tahapannya ada 8 : Asasi, Tamhidi, I’dadi, Takmili, Tahsini, Tajwidi, Talaqqi, dan Tahfidz. Saat pretest saya ditempatkan di tamhidi, jadi di tahun 2014 saya mengikuti kelas tamhidi, dan i’dadi. Satu tahapan terdiri dari 16 kali pertemuan, 1x seminggu yang jadwalnya dapat di atur antara pengajar dan siswa. Satu kali pertemuan terdiri dari 2 jam pelajaran dengan 1 pengajar dan maksimal 9 siswa agar efektif dan semua dapat bergantian membaca. Investasi yang kita berikan adalah 50.000 pendaftaran, 100.000 kit dan 400.000 per tahapan. Kita akan mendapatkan mushaf ustmani, dan modul serta buku prestasi (evaluasi pengajaran). Mengapa saya bilang ini investasi? Karena ini adalah ilmu yang tak lekang jaman dan kita punya kesempatan menjadi manusia yang terbaik.



Hadis dari Ustman bin Affan RA, ia berkata, Rasulullah bersabda,”Yang terbaik di antara kalian adalah orang yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya.” (HR Bukhari)

Kelas tamhidi berfokus pada panjang pendek bacaan dan dengung. Awalnya saya kaget! Apaa? Empat bulan ‘hanya’ belajar panjang pendek dan dengung??!! Ternyata kaget saya hanya bertahan sebentar, karena setelah selesai hari pertama, saya baru sadar bahwa belajar harakatpun perlu perlahan dan jelas perlu pembiasaan. Kelas i’dadi berfokus pada makhorijul hurf (tempat-tempat keluarnya huruf hijaiyah). Awal dapat modul i’dadi saya juga kaget, isinya ‘hanya’ masing-masing huruf hijaiyah dan contoh bacaan dalam Al-Qur’an, tapi lagi-lagi setelah kelas pertama baru ketahuan bahwa belajar 1 huruf tidak cukup sebentar. Mulai dari teori tempat keluar huruf, lalu hukumnya, lalu praktek bagaimana mengucapkannya dengan benar. Momok huruf di tahapan ini jelas : dhlo, susye, tapi insyaAllah bisa dengan pembiasaan. Kelas-kelas berikutnya belum bisa saya ceritakan karena belum mengalaminya, hehe.

Sedikit cerita Al-Qur’an yang dipakai di tahsin, Al-Qur’an ini berbeda dari Al-Qur’an yang kita beli di toko-toko, yang  tulisannya sudah disesuaikan oleh KemenAg Republik Indonesia. Di les tahsin kita pakai Al-Qur’an madina, atau mushaf Ustmani, yaitu Al-Qur’an dengan Rosm Utsmani (tulisan yang disetujui oleh Utsman bin Affan) agar Al-Qur’an terjaga baik dari segi bacaan maupun tulisannya. Apa bedanya? Mari kita lihat ayat 2 surah al-Fatihah.


Pada Al-Qur’an Ustmani : huruf ya tidak pakai tanda sukun, serta huruf ‘ain mempunyai dua tanda harakat (yaitu harakat fathah serta tanda mad thabi’i). Sebenarnya lebih banyak lagi perbedaan dan kemudahan yang kita dapatkan dari mushaf Ustmani, tapi sepertinya tidak akan saya bahas di artikel kali ini. ^^

Sedikit cerita dari kelompok tahsin saya. Di tamhidi saya diajar oleh ustadzah Elin, ummahat dengan 2 anak (suaminya juga pengajar tahsin di kelas ikhwan), dengan pesertanya yang beragam :  ada mahasiswa plus karyawan paruh waktu, ada siswa smp,  dan beberapa ummahat, ada yang profesi dokter dan punya anak 4, bahkan ada juga ummahat yang hamil ikutan belajar. Walaupun akhirnya beliau sempat berhenti di tengah jalan karena mulai payah bekerja sekaligus berkendara dengan keadaan hamil, tapi tetap salut atas keinginannya untuk belajar! Ada juga ibu paruh baya yang ikut belajar lho, semangat bu!

Di i’dadi, saya kembali diajar oleh ustadzah Elin, dan kali ini kelompok yang lebih ramai (cerewet ala ibu-ibu) karena banyak ummahat unik disini, dan tidak jarang beliau membawa serta anaknya saat les, jadilah les kami diselingi tawa dan tangis anak kecil, hehe. Bahkan ada mba yang membawa serta keluarganya, yaitu suami dan 2 anak kecil, satu usia 2 tahunan, yang satu masih 8 bulanan. Mbanya ikut les sambil menjaga si bayi, sedang suaminya mainan sama anak yang lebih besar. Dan lebih terkejutnya saya lagi, setelah melihat ktp mba ini yang ternyata 2 tahun lebih muda!

Wow, semangat menuntut ilmu yang keren sekali. Mulai dari anak smp sampai yang kuliah dan kerja, ummahat yang punya banyak anak sampai nenek yang telah punya cucu, yang full time mother maupun yang wanita karir, mulai yang rumahnya dekat sampai rumah di gunung tembak  pun (gn. tembak, 2 jam perjalanan motor dari tempat les) rela menyempatkan di sela kesibukannya untuk ilmu memperbaiki Al-Qur’an.

No Excuse untuk memulai les tahsin ini! #Semangatin diri sendiri. Yang berminat untuk memulai les ini, berikut brosurnya^^




InsyaAllah artikel ini bersambung, dengan sekilas pelajaran tamhidi dan i’dadi yang telah saya lalui.

0 komentar:

Post a Comment

 
Copyright (c) 2010 dellasgarden. Design by WPThemes Expert
Themes By Buy My Themes And Cheap Conveyancing.