Hari Minggu lalu (18 Januari 2018) merupakan penutupan
program tahsin LTTQ Ar Rahmah Sepinggan
Pratama. Saat itu diumumkan hasil ujian tahsin, dan alhamdulillah saya lulus ke
tahap selanjutnya. Pasti banyak pertanyaan di otak temans, apa itu tahsin? Apa pula
LTTQ? Apa saja tahapannya, berapa lama, biaya, pengajar? Tenang, akan saya
jawab satu persatu.. ^^
Setahun ini saya mulai mengikuti les tahsin, tahsin adalah
memperbaiki bacaan Al-Qur’an. Lembaga yang mengadakan adalah Lembaga Tahsin dan
Tahfidz Qur’an (LTTQ) ArRahmah, yang dikepalai oleh ust. Saiful Anwar, al
hafidz (insyaAllah), lulusan S1 dan S2 di Yaman. Pengajarnya terdiri dari
ustadz dan ustadzah yang telah di talaqqi oleh ust. Saiful.
Sebelum memulai les tahsin, kita akan mengikuti tes awal
untuk menentukan di kelas mana kita akan berada. Kelas atau tahapannya ada 8 :
Asasi, Tamhidi, I’dadi, Takmili, Tahsini, Tajwidi, Talaqqi, dan Tahfidz. Saat
pretest saya ditempatkan di tamhidi, jadi di tahun 2014 saya mengikuti kelas
tamhidi, dan i’dadi. Satu tahapan terdiri dari 16 kali pertemuan, 1x seminggu
yang jadwalnya dapat di atur antara pengajar dan siswa. Satu kali pertemuan terdiri
dari 2 jam pelajaran dengan 1 pengajar dan maksimal 9 siswa agar efektif dan
semua dapat bergantian membaca. Investasi yang kita berikan adalah 50.000
pendaftaran, 100.000 kit dan 400.000 per tahapan. Kita akan mendapatkan mushaf
ustmani, dan modul serta buku prestasi (evaluasi pengajaran). Mengapa saya
bilang ini investasi? Karena ini adalah ilmu yang tak lekang jaman dan kita
punya kesempatan menjadi manusia yang terbaik.
Hadis dari Ustman bin Affan RA, ia berkata, Rasulullah
bersabda,”Yang terbaik di antara kalian
adalah orang yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya.” (HR Bukhari)
Kelas tamhidi berfokus pada panjang pendek bacaan dan
dengung. Awalnya saya kaget! Apaa? Empat bulan ‘hanya’ belajar panjang pendek
dan dengung??!! Ternyata kaget saya hanya bertahan sebentar, karena setelah
selesai hari pertama, saya baru sadar bahwa belajar harakatpun perlu perlahan
dan jelas perlu pembiasaan. Kelas i’dadi berfokus pada makhorijul hurf
(tempat-tempat keluarnya huruf hijaiyah). Awal dapat modul i’dadi saya juga
kaget, isinya ‘hanya’ masing-masing huruf hijaiyah dan contoh bacaan dalam
Al-Qur’an, tapi lagi-lagi setelah kelas pertama baru ketahuan bahwa belajar 1
huruf tidak cukup sebentar. Mulai dari teori tempat keluar huruf, lalu
hukumnya, lalu praktek bagaimana mengucapkannya dengan benar. Momok huruf di
tahapan ini jelas : dhlo, susye, tapi
insyaAllah bisa dengan pembiasaan. Kelas-kelas berikutnya belum bisa saya
ceritakan karena belum mengalaminya, hehe.
Sedikit cerita Al-Qur’an yang dipakai di tahsin, Al-Qur’an
ini berbeda dari Al-Qur’an yang kita beli di toko-toko, yang tulisannya sudah disesuaikan oleh KemenAg Republik
Indonesia. Di les tahsin kita pakai Al-Qur’an madina, atau mushaf Ustmani,
yaitu Al-Qur’an dengan Rosm Utsmani (tulisan yang disetujui oleh Utsman bin
Affan) agar Al-Qur’an terjaga baik dari segi bacaan maupun tulisannya. Apa
bedanya? Mari kita lihat ayat 2 surah al-Fatihah.
Pada Al-Qur’an Ustmani : huruf ya tidak pakai tanda sukun,
serta huruf ‘ain mempunyai dua tanda harakat (yaitu harakat fathah serta tanda
mad thabi’i). Sebenarnya lebih banyak lagi perbedaan dan kemudahan yang kita
dapatkan dari mushaf Ustmani, tapi sepertinya tidak akan saya bahas di artikel
kali ini. ^^
Sedikit cerita dari kelompok tahsin saya. Di tamhidi saya
diajar oleh ustadzah Elin, ummahat dengan 2 anak (suaminya juga pengajar tahsin
di kelas ikhwan), dengan pesertanya yang beragam : ada mahasiswa plus karyawan paruh waktu, ada
siswa smp, dan beberapa ummahat, ada
yang profesi dokter dan punya anak 4, bahkan ada juga ummahat yang hamil ikutan
belajar. Walaupun akhirnya beliau sempat berhenti di tengah jalan karena mulai
payah bekerja sekaligus berkendara dengan keadaan hamil, tapi tetap salut atas
keinginannya untuk belajar! Ada juga ibu paruh baya yang ikut belajar lho,
semangat bu!
Di i’dadi, saya kembali diajar oleh ustadzah Elin, dan kali ini
kelompok yang lebih ramai (cerewet ala ibu-ibu) karena banyak ummahat unik
disini, dan tidak jarang beliau membawa serta anaknya saat les, jadilah les
kami diselingi tawa dan tangis anak kecil, hehe. Bahkan ada mba yang membawa
serta keluarganya, yaitu suami dan 2 anak kecil, satu usia 2 tahunan, yang satu
masih 8 bulanan. Mbanya ikut les sambil menjaga si bayi, sedang suaminya mainan
sama anak yang lebih besar. Dan lebih terkejutnya saya lagi, setelah melihat
ktp mba ini yang ternyata 2 tahun lebih muda!
Wow, semangat menuntut ilmu yang keren sekali. Mulai dari
anak smp sampai yang kuliah dan kerja, ummahat yang punya banyak anak sampai
nenek yang telah punya cucu, yang full time mother maupun yang wanita karir,
mulai yang rumahnya dekat sampai rumah di gunung tembak pun (gn. tembak, 2 jam perjalanan motor dari
tempat les) rela menyempatkan di sela kesibukannya untuk ilmu memperbaiki
Al-Qur’an.
No Excuse untuk memulai les tahsin ini! #Semangatin diri
sendiri. Yang berminat untuk memulai les ini, berikut brosurnya^^
InsyaAllah artikel ini bersambung, dengan sekilas pelajaran
tamhidi dan i’dadi yang telah saya lalui.
0 komentar:
Post a Comment