Alhamdulillah,
akhirnya sampai di artikel terakhir. Bagi yang mau membaca artikel sebelumnya, bisa mampir di sini
Perbedaan
Mendidik Anak Laki-laki dan Perempuan
Laki-laki
dan perempuan mempunyai kesamaan sekaligus perbedaan. 16:97. Barang siapa yang mengerjakan amal saleh,
baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan
Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik,.. .» Laki-laki dan perempuan mempunyai kesamaan
dalam amal sholih, iman, ilmu. 3:36. Dan
laki-laki itu tidaklah sama dengan wanita... Perbedaan adalah dalam fisik,
tugas utama, dsb
Perbedaan
Qawamah
(Laki-laki)
- - Pemimpin (adil dan syuro). Ajarkan ia untuk adil (tidak memutuskan masalah sebelum mendengar keterangan dari 2 belah pihak yang bertikai).
- - Mencari Nafkah (life skill). Ajarkan skill yang dibutuhkan
- - Tempat utama diluar rumah. Ia perlu punya fisik kuat, kokoh, sehat karena bumi yang luas ini adalah tugasnya)
Shalihat
(Perempuan)
- - Dipimpin (adabnya adalah taat)
- - Boleh berpenghasilan, tapi tidak pernah menjadi kewajiban
- - Tempat utama didalam rumah. 33:33. Silakan mencari ilmu sampai dengan gelar tertinggi, tapi tempat termulia baginya adalah di rumah.
Gunakan tiap
kesempatan untuk pendidikan. Contoh kasus. Saat anak meminta sesuatu, lalu ayah
menolak, kemudian ia ke bunda dan bunda mengijinkan. Maka ini adalah kesempatan
mahal untuk mengajarkan anak perempuan mengenai ketaatan, dan mengajarkan anak
laki-laki tentang kepemimpinan. Maka bunda perlu mengatakan,”Nak, bunda memang
awalnya mengijinkan, tapi bunda taat pada ayah, maka untuk saat ini kita taat
ayah, ga boleh ya...” Bukannya melobi dengan,”Ah, ga apa yah, kali ini ijinkan
aja ya anakmu.” Minimal sepakat didepan mereka, jika masih ada perbedaan
pendapat mengenai alasan kenapa ayah menolak, ibu mengijinkan silakan diskusi
di belakang
Terkait
pekerjaan. Ada pekerjaan yang harus dihindari. Untuk laki-laki, janganlah
menjadi dokter kandungan, ini adalah wilayah wanita. Untuk perempuan, hindari
pekerjaan berat dan membutuhkan pemikiran dan kepemimpinan umum, contoh hakim.
Mengapa? Karena profesi ini perlahan mengikis rasa dan fitrah perempuan, pelan-pelan
akan terurai rasa indahnya. Kasihan suaminya, suami logis, istri logis,
sejatinya suami akan menemui sosok “laki” dirumahnya. Profesi yang paling dekat
dengan fitrah perempuan adalah guru.
Rasul
memerintahkan untuk menikahi wanita yang subur dan besar rasa kasih sayangnya.
Rasa seperti apa yang hilang dari perempuan dengan profesi hakim (contohnya)?
Rasa kasih sayang, tempat suami pulang dan merasa tentram, tempat anak kembali
untuk mencurahkan keluh kesah masalahnya.
Kekurangan
yang sering terjadi
33:28-34.
Janganlah merendahkan suara. Ajarkan anak perempuan bahwa suaranya adalah
aurat. Ajarkan anak lelaki untuk menjaga otak dan hatinya (agar tak ada
penyakit hati, dan tidak terpengaruh dengan suara perempuan)
28 : 25.
Malu, sifat ini yang harus ditekankan pada perempuan. Ia laksana mutiara yang
sangat terjaga dan tertutup rapi.
Belajar dari
kisah Rasul-Ummu Salamah-Perjanjian Hudaibiyah. Libatkan istri untuk mencari
solusi permasalahan, bisa jadi solusi permasalah itu datang darinya.
Tugas orang
tua adalah membersihkan jiwa sampai bening. Doa Ya Allah karuniakan ketakwaan
pada jiwaku. Sucikanlah ia, sesungguhnya Engkaulah sebaik-baik yang
mensucikannya, Engkau-lah Yang Menjaga serta Melindunginya. Ya Allah, aku
berlindung kepada-Mu dari Ilmu yang tidak manfaat, hati yang tidak khusyu, dan
doa yang tidak diijabahi. (HR. Muslim 2722)
Siklus anak.
Laki : anak – baligh – menikah – suami – ayah. Perempuan : anak – baligh –
menikah – istri – ibu. Maka persiapkan tiap tahapannya.
Kalimat mana
yang lebih baik untuk anak? Sholatlah nak, agar masuk surga. Kalau tidak
sholat, akan masuk neraka. Mari belajar dari al Qur’an. Lihat surat ar Rahman
dan Qaf. Ar Rahman : banyak kabar gembira , tidaklah cocok ketika ar Rahman
yang Maha Pengasih berisikan banyak ancaman, namun tetap ada sedikit ayat yang
berisikan neraka. Qaf : berat, akhir ayat diakhiri dengan qalqalah yang
menimbulkan kesan berat, banyak berisi ancaman, banyak qari yang menangis dan
tidak mampu melanjutkan saat membaca ayat, (Dan ingatlah akan) hari (yang pada hari itu) Kami bertanya kepada
jahannam : "Apakah kamu sudah penuh?" Dia menjawab : "Masih ada
tambahan?". Namun, ada sedikit ayat yang berisi nikmat.
Lihatlah, al
Qur’an telah mengajarkan kita metode dalam bicara, dengan melihat situasi, ada
kalanya perlu menonjolkan ancaman, ada kalanya berikan semangat dengan nikmat.
Jadi saat anak lagi rajin sholat, beri apresiasi tapi tak lupa sertakan sedikit
penyeimbang,”Orang yang sholat itu akan dapat surga, dst. Tapi ingat, jangan
sampai jadi orang yang merugi dengan melalaikannya.” Begitupun sebaliknya,
ketika sedang malas sholat, beritakan ayat ancaman bagi siapa yang meninggalkan
sholat, tapi tetap berikan sedikit harapan.
Kecenderungan
pada salah 1 anak. Bolehkah? Lihat kisah Nabi Yusuf dengan saudaranya,
saudaranya berniat membunuhnya karena iri terhadap perlakuan ayah mereka pada
Nabi Yusuf. Lihat pula kisah Rasul yang didatangi seorang ayah yang ingin
menjadikan Rasul saksi saat ia akan menghibahkan harta pada anak-anaknya.
Pertama Rasul bertanya apa ia memberi hal yang sama pada semua anak-anaknya,
lalu orang itu menjawab,”Tidak ya Rasul.” Maka jawab Rasul,”Apakah kau
memintaku untuk mempersaksikan dosa ini?” Ibrah : adillah pada anak. Ketika ada
kecenderungan pada salah satunya, simpan rapat dalam hati, jangan pernah
dikeluarkan dalam bentuk apapun. Adillah dalam hal yang zahir, sedang urusan
perasaan, kembalikan pada Sang Pemilik Hati.
Sedikit catatan
lepas . Mukadimah sebelum Seminar.
Saat kita
akan belajar, lepaskan diri dari kungkungan ilmu saat ini, kembalikan pada
teladan terbaik, yakni Rasulullah. Kita tidak pernah perlu belajar dari orang
lain, kecuali Rasulullah.
Lihat
sekarang, kita peduli pada makanan halal haram yang hasilnya “hanya” daging
pada badan kita, maka sudah sepatutnya kita peduli pada masalah keluarga
(parenting) karena hasilnya adalah manusia, sumber utama generasi!
Ada yang
bertanya pada ust Budi,”ustadz anti Barat ya?” Bukan anti Barat, tapi belajar
daril ilmuwan muslim dahulu, mereka mengambil ilmu dari manapun, kemudian
disaring, apakah itu sesuai dengan Islam. Lepaskan diri dari kungkungan ilmu
kita saat ini.
Apakah harus menunggu keluarga kita baik, baru
bisa menyampaikan? Kalau saya sendiri (ust Budi) takut akan celaan Allah pada
ia yang mengucapkan apa yang tidak dikerjakan (Surah Ash Shaf), jadi apa yang
belum bisa saya aplikasikan pada keluarga, saya memilih saat itu tidak
menyampaikan (sambil berproses memenuju yang lebih baik), dan membiarkan mereka
yang lebih berilmu untuk menyampaikan.
Karena suara
hati-lah yang sampai ke hati (Imam Ahmad). Kata-kata dari orang yang tidak
melakukan tidak akan memberi perubahan yang banyak. Simak pula kata pemimpin
Oman yang akhirnya masuk Islam, “Tidak ada sesuatu yang diperintah Nabi kecuali
beliau orang pertama yang melakukannya, dan tidak ada sesuatu yang dilarang Nabi
kecuali beliau orang pertaman yang menghindarinya.”
Mulailah
membiasakan diri untuk melibatkan mereka yang punya kafaah ilmu syar’i dalam
kehidupan kita, agar tiap permasalahan dapat dicarikan solusi syar’i
Sedikit Catatan
Lepas. Dan Diskusi.
Peran Wanita
dalam menjaga Qawwamah
- - Ketika istri lebih hebat, tiru Khadijah. Nabi awalnya hanya salah satu pekerjanya, kemudian setelah menikah, perlahan-lahan Khadijah serahkan usaha itu pada Nabi.
- - Jangan pernah menjatuhkan qawamah ayah dihadapan anak. Tiru Rasul ketika memuji Ali di depan Hasan dan Husein agar menimbulkan perasaan bangga pada ayah mereka
- - Saat ayah jauh, bangun komunikasi, ceritakan hal baik tentang ayah mereka, agar anak tetap punya kebanggaan pada ayahnya.
Bagaimana
sikap ayah terhadap anak, saat ia telah bercerai? Cerai zaman nabi tidak banyak
dan tidak merusak semua hubungan yang ada, berbeda dengan yang terjadi
sekarang. Kaidah awal ketika melakukan kesalahan adalah meminta maaf, maka ortu
perlu meminta maaf kepada anak, dan tetap melakukan komunikasi sebaik mungkin
dengan anak.
Ada
statement menarik dari salah satu teman ust Budi,”Poligami adalah hak laki-laki
yang dirampas oleh peradaban ini.” Mengapa? Salah satunya karena hilangnya
qawamah laki-laki.
Bagaimana
cara menasehati suami yang berilmu? Bukan perkara mudah. Gunakan pertanyaan,
layaknya sahabat ketika ‘menegur’ Rasul,”Ya Rasul, apa ini wahyu yang turun
kepadamu ataukah ini pendapatmu?” Katika Rasul menjawab ini pendapatku, barulah
sahabat melanjutkan pendapat mereka. Lihat pula cara Ibrahim ‘menegur’ ayahnya,
juga dengan bertanya,”Wahai ayah, mengapa ayah menyembah...?” Maka seperti itu
juga cara bertanya pada suami,”Apakah tema ini ada jawabannya secara syariat?”
Himbauan
untuk suami (dari ust Budi), turunlah, jadilah orang yang mudah diraih oleh
istri, berterimakasihlah untuk teguran yang telah diberikan. Ada minimal 2
hikmah yang tercapai, istri menjadi kagum karena suaminya adalah orang yang
dapat menerima nasihat, dan komunikasi antara mereka pun menjadi lancar.
Sedikit Catatan
Lepas. Mendidik anak usia 0-5 tahun.
Tanamkan
tauhid. Cukupkan menjawab pertanyaan dengan al Qur’an, untuk usia ini anak
sudah cukup bahagia dan terpuaskan dengan ayat al Qur’an (pembiasaan ini perlu
dilakukan sejak awal).
Pengalaman pribadi
ustadzah Poppy, ketika anaknya bertanya,”Umi, Bilal ini keluar dari mana ya?” “Ayo
nak, kita cari dalam al Qur’an, kemudian dibacakan An Nahl 16 : 78 Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut
ibumu,.... Bilal hanya komen, “O Allah ya mi, ..” Selesai, tak ada pertanyaan
lanjutan. Berbeda dengan salah satu anak sahabatnya, ketika ditanya pertanyaan
yang sama oleh anaknya, ia tunjukkan bekas jahitan operasi caesarnya, sambil
curhat,”Untung gue operasi, kalau normal mau jawab apa coba?” dan tak berhenti
disitu, ada lagi bertubi pertanyaan berikutnya,”kenapa, gimana, koq bisa?”
Wah,
bagaimana kalau tidak hafal ayatnya? Cari tahu, bukankah sekarang jaman
canggih. Dan kondisikan untuk mencari bersama,”Yuk kita cari” dan ketika belum
ketemu,”Yuk, kita tanya ke yang lebih paham, di Al Qur’an pasti ada jawabannya,”
Ya, karena memang ketika kita tidak mendapatkan jawabannya, bukannya tidak ada,
tapi kita yang belum paham tafsirnya.
Kajian
tambahan. Ayah Kita Ibrahim
Belajar dari
Nabi Ibrahim. Mengapa?
- - Dibaca pada dzikir pagi petang “Di waktu pagi kami memegang agama Islam, kalimat ikhlas (kalimat syahadat), agama Nabi kami Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan agama bapak kami Ibrahim, yang berdiri di atas jalan yang lurus, muslim dan tidak tergolong orang-orang musyrik.”
- - Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memohonkan perlindungan untuk Hasan dan Husain, dengan doa Nabi Ibrahim saat memohonkan perlindungan untuk Ismail dan Ishaq. Aku memohon perlindungan dengan kalimat Allah yang sempurna untuk kalian berdua, dari gangguan setan dan binatang berbisa, dan dari pandangan mata (ain) yang membuat sakit.(HR. Bukhari 3371 & Abu Daud 4737). Ain bisa dari mata yang takjub sampai lupa berdzikir pada Allah, atau mata yang hasad
- - Dua orang sholeh yang selalu kita baca dalam sholawat kita, Nabi Muhammad dan Nabi Ibrahim, beserta keluarga keduanya. Dua uswatun khasanah yang disebut dalam al Qur’an dalam Ahzab:21 dan Mumtahamah:4.
Allah telah
pilihkan orang terbaik untuk ditiru, maka belajarlah dari keduanya.
Pentingnya
tema keamanan dimana anak tumbuh.
Belajar dari doa Nabi Ibrahim
2:126 Dan (ingatlah), ketika Ibrahim
berdoa: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri
ini, negeri yang aman
sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman
diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian.
14:35-37 Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri
ini (Mekah), negeri yang aman,
dan jauhkanlah aku beserta
anak cucuku daripada menyembah
berhala-berhala. Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah
menyesatkan kebanyakan daripada manusia, maka barangsiapa yang mengikutiku,
maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang
mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Ya
Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah
yang tidak mempunyai tanam-tanaman di
dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang
demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada
mereka dan beri rezkilah mereka
dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.
- - Dalam 2:126 disebutkan baladan (tanpa alif lam, nakiroh, bersifat umum) sedang dalam 14:35 disebutkan al balad (dengan alif lam, ma’rifat, menunjukkan sudah jelas negeri yang dimaksud). Begitu rinci al Qur’an menyebutkannya, saat 2:126 daerah itu masih merupakan padang tandus, maka Ibrahim berdoa secara umum. Sedang pada 14:35 sudah ada orang-orang, dan terbentuklah kota di sana, yakni Mekkah. Dalam 2 doa diatas, yang dipinta pertama adalah keamanan negeri
- - Urutan dalam al Qur’an tidak pernah tertukar, maka belajarlah dari urutan permintaan doa beliau :
o
Negeri yang aman
o
Jauh dari menyembah berhala : Tauhid
o
Lembah tak punya tanaman, di dekat rumah Engkau
: carilah lingkungan dekat masjid, jadikan masjid sentra kehidupan
o
Hati manusia cenderung pada mereka : berdoa agar
mereka diberikan akhlaq yang baik
o
Rezeki dari buah-buahan : barulah meminta rezeki
setelah seluruh hal diatas
Betah
dirumah adalah tolak ukur keberhasilan pendidikan anak dalam rumah tangga
Belajar dari
keluarga Ibrahim.
- - Dari Sarah : bagaimana memanaj kecemburuan
- - Dari Hajar : bagaimana mendidik Ismail menjadi anak shalih yang patuh pada ayahnya
- - Dari Ibrahim : (ayah yang sibuk bisa mencontohnya) bagaimana melepas anak dengan mendoakannya
Gadget. Jauhkan
anak dari permainan ini. Cari mainan lain. Jangan terpaku dengan pemikiran
mainan harus beli dan mahal. Ingat dulu ketika masi kecil, sangat bahagia
bermain dengan alam, mandi hujan, berlari sama teman (ini adalah hak anak yang
dikebiri oleh ortu saat ini). Sebenarnya, ketika anak dijauhkan dari gadget,
mereka akan bermain sendiri dengan cara yang kreatif, kursi dibalik dijadikan
kuda, tulis dan coret dinding, biarkanlah.
Tentang
punishment dalam Islam. Baca ini Kisah Setangkai Anggur untuk Pendidikan
Oleh para trainer “hukuman” dijadikan racun dalam pendidikan, dikatakan sebagai
“teror psikologis”. Padahal Nu’man bin Basyir pernah dijewer Nabi, Nabi pun
pernah memaksa keluarkan kurma sedekah dari mulut Hasan dan berkata,”tak taukah
bahwa keluarga kita tidak boleh memakan kurma sedekah.” Hukuman itu laiknya
obat, diperlukan ketika sakit. Yang perlu diketahui : kapan diberikan, sebesar
apa, jenis apa, kapan diberhentikan, urutannya seperti apa, dsb.
Kasus LGBT. Jaman
Nabi ada pula laki menyerupai wanita, dan perintahnya “usir mereka dari rumah
kalian.” Ini menunjukkan bahaya dan besar pengaruh negatifnya. Kalau jumlahnya
nbanyak, akan terjadi musibah besar seperti jaman Nabi Luth. Solusi, pahami
sumber masalahnya, mengapa mereka bergabung dalam komunitas itu, apakah karena
kecewa yang mendalam pada orang tua, dll.
Sekian
catatan dari seminar dan kajian oleh Ust Budi Ashari, Lc dan tim Parenting
Nabawiyah. Semoga bermanfaat.
Selesai ditulis, 8 september 2016. 19.20.
Dengan semangat awal : Catatan harus segera dirapikan, sebelum tiba saat empunya
tulisan tak (lagi) bisa membaca goresan tangannya sendiri
0 komentar:
Post a Comment