Berikut
adalah ringkasan diskusi dan catatan singkat dari seminar Parenting Nabawiyah
di Hotel Sagita, 3-4 September 2016 yang dibawakan oleh 3 narasumber, ust Budi Ashari, Lc ; ust Achmad Arief ; Poppy
Yuditia, M.B.A.
Sebelum
membaca lebih lanjut ringkasan dibawah, ada hal yang patut diketahui :
- - Sebagian besar catatan dibawah adalah omongan dari pemateri yang tidak ada dalam slide, dan ditulis semampunya oleh saya à bisa jadi tidak runut atau urut antar paragraf
- - Ayat Al Quran hanya saya tulis nomor surat dan nomor ayat, silakan mencari dan membaca terjemahnya sendiri
- - Hadist dan kisah ditulis singkat, silakan mencari redaksi utuhnya
- - Untuk soft file power point silakan hubungi saya insyaAllah akan dikirim via email
Kembali ke
topik Parenting Nabawiyah, Ada 6 materi yang dibawakan kali ini,
- - Al Qur’an dan sosok Muhammad sebagai Rujukan Dunia Parenting (ust Budi Ashari, Lc)
- - Harmonisasi Suami Istri (ust Achmad Arief)
- - Keselarasan antara Rumah dan Sekolah (ust Achmad Arief)
- - Pembelajaran dari Masa Hamil, Melahirkan, Menyusui dan Menyapih (Poppy Yuditia, M.B.A.)
- - Peranmu Surgamu (Poppy Yuditia, M.B.A.)
- - Perbedaan Mendidik Anak Laki-laki dan Perempuan (ust Budi Ashari, Lc)
Al Qur’an dan
sosok Muhammad sebagai Rujukan Dunia
Manusia
selalu butuh rujukan. Penelitian hanya menguatkan, rujukan dan landasan utama
adalah Al Qur’an. Jangan jadikan penelitian sebagai rujukan, karena ia bersifat
dinamis dan selalu berubah.
Standar
berdasar penelitian? Tahun 1993 penelitian mengemukakan musik mozart
meningkatkan kemampuan otak. 15 tahun kemudian, penelitian lain membantah hal
itu dan menyimpulkan bahwa tidak ada stimulus yang mendorong peningkatan
kemampuan saat mendengar musik mozart. See?
Penelitian bersifat dinamis dan selalu berubah.
Untuk musik
sendiri, ada pembahasan khusus terkait itu, tapi coba kita dengarkan salah satu
pendapat , yaitu dari Mishary Rasyd,”Saya punya keberatan dalam hati untuk
mengharamkan musik, tapi telinga saya tidak mendengarkan musik.”
Mana yang
benar menurut anda? Hati-hati, jangan mengikuti kebanyakan orang. Al Qur’an dan
Sunnah adalah rujukan final bagi mereka yang mengaku beriman pada Allah swt. Al
Qur’an terbuka untuk diteliti, terbukti pula secara empirik, selama >1500
tahun, tidak ada satupun penelitian yang dapat membuktikan ada kesalahan pada
Al Qur’an! (dan tidak akan pernah ada)
Lihat contoh
dan ikuti. 3 : 31. Jangan terkungkung dengan kata “modern” dan “beda zaman”,
selesaikan kasus hari ini , dengan cara yang dicontohkan Rasul, dengan
kaidah-kaidah yang ada. “Ustadz, sekarang ada narkoba, dulu ga ada.” “Narkoba,
khamr, efeknya sama : mabok, maka lihat bagaimana kisah pelarangan khamr dulu. Kalau
mau jujur, orang Arab lebih ‘gila mabok’, ga mudah lepas dari khamr, namun
lihat, ketika telah final turun ayat al Qur’an tentang pelarangan khamr, maka Madinah
pun (baca : padang pasir) banjir khamr sampai dengan telapak kaki.”
Maka,
ikutilah manusia terbaik, yang sudah mendapat stempel dari 3 sisi! Dari langit,
“dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” Dari beliau
sendiri,”Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq.” Dan dari tempat
paling tersembunyi, dari istri beliau,”Seperti itulah akhlak Rasulullah saw,
seperti Al Qur’an”. Dan perkataan mana yang paling jujur selain dari orang
terdekat?
Kebanyakan
dari kita, sudah belajar ilmu parenting ke baanyak sumber, ke seemua tempat, ke
baanyak orang, kecuali ke Rasulullah. Maka sekarang, cukupkanlah Rasulullah
sebagai contoh, ikuti teladan terbaik.
Harmonisasi
Suami Istri
Tiru komunikasi
rasul dengan istrinya. Tidak semua masalah diselesaikan secara verbal. Banyak komunikasi
nonverbal yang dilakukan rasul, melalui parfum, panggilan yang berbeda, dsb.
Tugas besar
ayah. 66:6. Jaga diri dan keluarga dari api neraka. Jangan sampai ada amalan
ahli neraka di keluarga kita. Pelajari tentang halal dan haram. Bagaimana cara
melepaskan diri dari riba.
Jadilah lelaki
setegar pilar. 4:34. Lelaki tangguh. Qowwam. Mempunyai kelebihan di 2 poin
yakni 1. Ilmu dan kesholihan 2. Nafkah >>
menafkahkah sebagian hartanya. Terkait poin 1, ust Budi’s quote : Kalau
para ayah sudah bangga dengan hanya bawa uang pada keluarga, maka Dompet Dhuafa
lebih mampu untuk memberi makan anak-anak mereka. Jangan berikan “cek kosong”
pada istri >> “terserah
deh anak mau sekolah dimana”
Ilmu dan
kesholihan itu penting. Khalifah Umar bin Abdul Azis rutin di tiap Jumat memurajaah
hafalan ke-17 anak-anaknya
>> Bagaimana dengan kita? Apakah para ayah sesibuk khalifah? Apakah anaknya
sebanyak anak khalifah? Umar bin Khaththab berpesan ajarilah istri kalian surat
an Nur >>
Maka sudah sewajarnya para suami paham terlebih dahulu, kemudian mengajarkan.
Terkait poin
2. Menafkahkan sebagian hartanya. Maka sudah sewajarnya suami tidak memberikan
semua harta pada istri. Abdullah bin Abbas berkata Lelaki bodoh yang
menyerahkan semua harta pada istrinya. Muncul pertanyaan“Berarti, suami tidak
percaya pada istri kalau istri bisa kelola?” Pertanyaan kemudian dibalik,”Berarti
istri tidak percaya pada suami selaku pemimpin?”
Jangan tiru
harmonisasi ala Abu Lahab. Awalnya, Muhammad adalah ponakan yang paling dicinta
Abu Lahab. Buktinya? Saat budak Abu Lahab memberitakan tentang kelahiran
Muhammad padanya, maka ia membebaskan budak tersebut karena kabar gembira yang
ia bawakan. Namun, hidayah Allah tak datang padanya. Abu Lahab kemudian
menentang dakwah Rasul. Ia bersama istrinya bekerja dalam ‘harmoni’ mengganggu
Rasul.
Kesedihan
Asiyah. Salah satu dari 4 wanita terbaik. Istri dari Penguasa, tinggal di
istana, namun apa yang ia minta? 66:11. Meminta dibangunkan rumah di surga,
karena tanpa harmonisasi istananya saat itu tak pernah layak disebut rumah.
Goyahnya
Harmoni. 66:10. Khianatnya istri Nabi Nuh dan Luth. Khianatnya istri nabi ini
bukan selingkuh, namun ia khianat terhadap syariat yang dibawah oleh suaminya. Dan
yang menjadi korban adalah anaknya, salah seorang anak Nabi Nuh adalah orang
yang tidak selamat. Ibrah dari kisah Asiyah dan istri Nabi Nuh: ketika suami ‘error’
maka istri yang jadi korban. Ketika istri ‘error’ maka anak menjadi korban. Jangan
jadikan kisah Nabi Nuh menjadi pembenaran “Lha anak nabi saja ada yang tidak
sholeh koq.” >> karena
itulah Nabi Nuh ditegur oleh Allah.
Mendidik
adalah tugas ayah, anak butuh sapaan ayah. Kadang ayah merasa seperti Ibrahim
yang dapat meninggalkan anak dalam waktu lama, tapi ia lupa menyiapkan istri
laiknya Hajar. Potret Hajar >>
potret istri dengan kedalaman aqidah.
Bahasa “kode”.
Kisah Ibrahim-Ismail dan istrinya Ismail (ganti palang pintumu, pertahankan
palang pintumu = ceraikan istrimu , pertahankan istrimu) . Tidak layak istri
seorang nabi masih meributkan soal dunia, oleh karena itu Ibrahim meminta
Ismail menceraikan istrinya yang awal. Ibrah >>
Kepahaman anak terhadap ayahnya walaupun hanya dengan bahasa “kode”. Ayah tetap
berhak memberi nasehat pada anak walaupun anak sudah menikah.
Ibu,
mempunyai peran luar biasa di masa awal pertumbuhan anak. Perhatikan amalan
harian ibu, karena itu berpengaruh pada anak. Lihat yang mengasuh nabi (3 laki
dan 6 perempuan), hanya 1/3 dari laki yang tidak beriman, dan 1/6 dari
perempuan yang tidak beriman. Pelajaran : peluang ke-error-an wanita yang
dibolehkan lebih sedikit. 3 laki dan 6
perempuan yang mengasuh nabi: Abdul Muthalib, Abu Thalib, suami Halimah --- Aminah, Halimah ibu susuan nabi, Syuaibah budak abu Lahab, Ummu Aiman, Syaimah
putri Halimah
Kisah
Maryam. Imron ayah Maryam meninggal saat Maryam lahir. Lalu peran ayah
digantikan oleh pamannya, Zakaria. Ibrah : Allah tidak ridho anak yang menjadi
salah satu dari 4 wanita terbaik ini tidak diasuh oleh ‘sosok’ ayah >> jangan sampai peran
ayah hilang.
Allah
menggunakan kata Qanitin untuk Maryam (padahal seharusnya Qanitat untuk
perempuan, Qanitin adalah taat yang dinisbatkan untuk laki). Mengapa? Karena
ketaatan Maryam setara dengan ketaatan laki (maksudnya ketaatan seorang nabi). Mengapa?
Karena ia wanita yang menjaga kehormatannya, dan ia selalu membenarkan tiap
perintah Tuhannya.
Selalu hidupkan
dialog iman dengan anak, terutama usia < 5 tahun. Allah membuka lisan anak
kita untuk bertanya agar kita dapat memasukkan nilai aqidah ke mereka. Ketika ada
pertanyaan,”Kenapa matahari ga sebesar bulan?” Jawablah,”Begitulah Allah
menciptakannya nak.”
DISKUSI
Barat
menutup jalur kurikulum pendidikan >>
ini yang parah. Anak tahu Marcopolo, tapi tidak tahu Ibnu Batutah, laksamana
Cengho. Kita “terpesona” dengan kurikulum mereka. Kadang menganggap “kecil”
kurikulum Islam, padahal Islam telah menguasai dunia 1400 tahun, kurang empirik
apa lagi? Pendidikan Islam yang terbaik. Hanya kitalah yang terputus dengan
generasi itu.
Visi
keluarga muslim harus jelas. 66:6. Belajarlah dari keluarga yang disebutkan
dalam Qur’an, baik itu karena kebaikan ataupun sebaliknya, yakni keluarga
Ibrahim, Ali Imron, Abu Lahab, Fir’aun, Istri Nabi Nuh dan Luth
Sampai
sejauh mana intervensi orang tua terhadap anak? Orang tua punya tanggung jawab
mencarikan jodoh untuk anak yang bisa melanjutkan kesholihan yang telah
dibangunnya. Lihat kembali kisah (Ibrahim-Ismail-Istri Ismail yang diminta
cerai/dipertahankan) (Rasulullah-Aisyah-Abu Bakar sebagai orang ke-3 yang
menjadi hakim antara mereka) (Rasulullah dan Istrinya setelah perang Khaibar)
Kapan
diputuskan cerai? Jangan bicara cerai sebelum berbicara cara mendidik istri,
berikan sentuhan iman. Saat Umar ditanya oleh salah seorang lelaki,”Bolehkah
menceraikan istri karena sudah tidak cinta?” Lalu jawaban Umar,”Apakah
pernikahan harus dibatalkan hanya karena tidak ada cinta? Lalu dimana jasa yang
diberikan istrimu selama ini?” Istri – dapur sumur kasur (Lihat video Ibu, Pulanglah...oleh ust Budi Ashari, Lc)
Bersambung...
0 komentar:
Post a Comment