Sebuah buku karangan dr Prita SpOG dkk.
Penerbit Salsabila
Buku ini
kubeli di Istiqamah Book Fair tgl 26 April 2014. Setelah melihat sekilas semua
judul buku, aku langsung tertarik pada buku ini. Alasannya adalah covernya yang
eye- catching yaitu anak-anak
Palestina dengan senyum cerianya, ditambah dengan penulisnya seorang dokter
Obsgyn wanita dan ternyata ini kisah dokter relawan BSMI yang berangkat ke
Gaza! (Hehe, alasannya profesi banget ya?) Tidak sebanding dengan harganya, hanya
mengeluarkan kocek 23rb dan kita mendapatkan kisah luar biasa. Kumpulan kisah
yang ditulis oleh relawan-relawan yang datang ke Gaza.
Aku
disuguhkan dengan artikel ‘Selamat Datang di Tanah Anbiya’, yang aslinya adalah
sambutan dari dr.Midhaad Abbas, Direktur Jendral Hubungan dan Kerjasama
Internasional Departemen Kesehatan Palestina. Ia menceritakan kisah blokade
Israel atas Gaza, rumah rata dengan tanah, dan setiap hari mereka terbangun
dengan pertanyaan : siapa dari kami yang akan terbunuh hari ini? Ia
melanjutkan,”Anda mungkin heran, mengapa kami masih tertawa bahagia, dan
menjalani hidup seperti ini? Karena
dalam hidup ini hanya ada 2 pilihan : hidup bahagia di dunia atau wafat dalam
syahid untuk syurga. Kami menjadikan
hidup ini sesederhana apa adanya. Dengan kalian berdiri di sini, biarlah
Israel tahu bahwa kami tidak pernah sendiri. Bahwa kesombongan tidak akan
pernah mendapat tempat di dunia, apalagi di akhirat. Terima kasih saudaraku,
terima kasih telah membalut luka kami. Terima kasih telah mengusap air mata
kami.” Bila aku menjadi salah satu relawan disana, mungkin sudah basah mata ini
oleh haru dan bangga bisa bertemu dengan sosok tegar pahlawan Palestina.
Kisah dr
Prita yang pertama adalah saat penyambutan oleh pihak UCAS. Rasa haru menyeruak
mereka, karena mereka yang berpakaian seadanya disambut oleh pejabat
universitas berpakaian rapi, sebuah spanduk selamat datang. Setelah itu mereka dipanggil
satu persatu untuk diberikan sertifikat penghargaan dan souvenir. Namun
lucunya, saat penjamuan makan, ternyata ada minuman bersoda asal Amerika
bersanding dengan makanan yang cukup mewah yang mereka sediakan. Saat ditanya,
ternyata mereka tidak punya pilihan lain, karena begitu susahnya mereka
mendapatkan barang. Hanya itu yang bisa mereka dapat melalui tunnel, terowongan yang menghubungkan
Rafah dengan Mesir yang notabene sangat tidak aman karena selalu di bom Israel
atau disemprot gas beracun oleh Mesir. Sungguh
istimewa sifat mereka memuliakan tamu, rela bertaruh nyawa demi memberi yang
terbaik.
Giliran dr.
Jamaludin, Sp.M untuk berbagi kisahnya. Saat itu, selepas dari RS Uyun ia
mampir ke rumah Yasi, kepala perawat OK yang menemaninya seharian itu. Ia
bertemu dengan kedua orang tua Yasi berusia 80 tahun, dan anggota keluarga
lainnya. Tiba-tiba DUARRR! Ledakan keras, listrik padam. Saat itu dalam pikiran
hanya satu : ia akan mati. Terbayang anak istri di tanah air. Dalam remang, ia
melihat Yasi dan lainnya tampak tenang. “Bom seperti itu biasa. Yahudi hanya
menakut-nakuti. Hidup mati ada di tanganNYa.” Dr. Jamal tahu, toh kalau ia
mati, mati syahid, dijamin syurga. Namun ia tetap takut. Yasi menenangkan ia
dengan secangkir teh dan berkata,”Kami
cinta syahid. Aku ingin dua atau tiga anakku menjadi syahid.”, ujarnya
ringan. Dr. Jamal terbelalak. Ia kagum. Sungguh keberanian rakyat Palestina
adalah pembebas diri. Ketakutan adalah pemasung jiwa. Semoga mendapat setitik
keberanian dari jiwa rakyat Palestina yang merdeka.
Kisah lain
datang dari Sinta Yudisia saat bertandang ke Kementrian Wanita Palestina. Disana
terdapat potret wanita Palestina dengan tangan kiri mengangkat tinggi
menggenggam matahari, dari dirinyalah lahir generasi penghafal alQuran yang
membuat Yahudi gentar. Ia heran, bagaimana mereka begitu tegar? “We believe in Allah. Kami mengajarkan anak
kami bahwa apa pun di dunia berasal dari Allah dan kembali pada Nya.”
Penjelasan ini sudah ratusan kali didengar, namun rasanya benar-benar berbeda
dan menggetarkan ketika meluncur dari bibir seorang perempuan yang mengalami
pahit getirnya peperangan. “Allah is giving hasanah.” Ini keyakinan
abadi mereka, Allah selalu memberi kebaikan, bahkan ketika sesuatu itu bernama
penderitaan. Mereka tidak pernah memaki kegelapan, tetapi menyalakan pelita
bagi orang yang membutuhkan.
Kisah lain
dari dr Prita. Di Halte bus di Jabaliya, banyak terpampang poster wajah mereka
yang wafat ketika terjadi serangan Israel. Seorang pria dengan antusias
menunjukkan foto anaknya yang syahid. Wajahnya berseri tanpa rasa sedih. Yang
ada hanya kebanggaan dan keyakinan tinggi bahwa mereka yang wafat adalah
pembakar semangat.
“Kami sedang berada di gedung. Aku
harus keluar gedung mencari toilet. Saat itu Israel menjatuhkan bom tepat di
atas gedung tempat anakku berada.”ia tersenyum
“Apa yang kau rasakan?”tanya dr Basuki,
suami dr Prita.
“Aku menyesal.”jawabnya singkat
“Tentu saja semua orang sedih bila
kehilangan anaknya.”lirih dr Basuki.
“Tidak. Aku menyesal karena tidak
berada di gedung dan syahid bersama anakku.” Sorot matanya menampakkan rasa
bangga yang tidak dapat ditutupi.
Terbuat dari
apa jiwa mereka? Wajah berseri saat menceritakan sanak saudara yang syahid.
Kerabat dan tetangga pun datang untuk berbela sungkawa tiga hari
berturut-turut. Cukup, tak berlama-lama dengan kesedihan. Kematian bukanlah satu momen untuk bersedih karena kehilangan, bukan
untuk meratap terus-menerus. Namun untuk menyalakan kebanggaan, semangat,
cinta, dan rindu syahid, wafat karena membela harga diri dan agama.
Dr. Kiagus
Erick, Sp.An datang dengan kisahnya sendiri. Ia menyaksikan kejadian yang sulit
dijelaskan akal sehat. Ia mendapati bahwa sarapan yang sejak pagi disiapkan tim
logistik namun baru dapat dimakannya siang hari itu tetap hangat seperti baru
dihidangkan. Padahal suhu di luar sekitar 12-16C! Kejadian lainnya, saat di
ruang operasi, semua operasi yang ia lakukan berjalan lancar. Hampir tidak ada
perdarahan sehingga tak memerlukan transfusi darah padahal operasi tergolong
besar seperti amputasi, thorakotomi. Tak cukup itu, bau jenazah sama sekali
tidak tercium busuk padahal lokasi kamar jenasah dekat sekali dengan tempat
peristirahatan tim. Selama betugas tak henti lisannya mengucap pujian kepada
Allah. Mungkin ini berkah Allah untuk menguatkan keimanan mereka.
Kisah Rudi
relawan logistik bersama dr Fuadi, Sp.KJ tidak kalah hebatnya. Mereka
berkunjung ke RSJ disana. Pasca serangan Israel selama 2 minggu, 906 nyawa
syahid, 4100 korban luka, dan mereka hanya mendapati 18 orang saja yang dirawat
di Gaza Psychiatry Hospital. Dari 1,5 juta rakyat, hanya 18 orang mengalami
gangguan kejiwaan. Anak-anak Gaza pun tak kalah hebat, mereka tidak bermental
pengemis. Mereka gigih menawarkan dagangan teh namun tetap sopan tidak memaksa.
Mereka hanya mau menjual, tidak meminta meski situasi mereka sangat sulit. Harga diri dan kesucian diri mereka seperti
harga mati yang tidak bisa dibeli.
Ada kisah
Asdaa Land, sebuah daerah lahan hijau di Gaza yang dipenuhi kebun tin zaitun
dan ada pula kolam untuk peternakan ikan. Di
tengah segala keterbatasan, tak ada alasan bagi mereka bertopang dagu berpangku
tangan. Mereka mengelola aset yang telah disediakan alam.
Kisah ibu di
Gaza pun tak kalah membakar semangat. Ibu yang melahirkan di RS Gaza, mereka
biasa mempercepat proses persalinan, dan hanya istirahat 3-4 jam pasca
melahirkan. Setelah itu mereka pulang dan menjalani kehidupan biasa. Rata-rata
mereka punya 6 anak—mayoritas laki-laki, dan wanita perkasa ini menghandle semua pekerjaan rumah tanpa
asisten. Super woman!
Lebih hebat
dari itu, pimpinan tertinggi di Gaza, PM Dr.Ismail Haniyya ternyata sosok yang
sederhana. Di tengah petugas protokoler, ia muncul hanya mengenakan kemeja
putih lengan panjang dan celana warna gelap, tidak memakai jas sebagaimana
stafnya. Yang mana PM yang mana staf hanya terlihat dari karisma wajah, bukan
penampilan atau aksesori lainnya. Ia berterima kasih kepada relawan dan lebih
mengejutkan, ia sendiri yang memberi cenderamata yang dibubuhi tanda tangan
asli beliau ke masing-masing anggota rombongan, bukan hanya ketua tim. Geraknya
mencerminkan rasa hormat dan terimakasih mendalam. Kapan lagi ada seorang
pemimpin negara seperti beliau.
Begitu
banyak kisah lainnya, yang tak dapat kuceritakan satu persatu. Rekomendasiku
adalah baca, dan temukan semangat itu.!! Doaku untukmu Palestina. Negeri yang
terjajah oleh Israel, Amerika dan antek-anteknya, namun selalu dijaga olehNya.
Dan Allah sebaik-baik Penjaga.
0 komentar:
Post a Comment