12.35
Aku baru
bangun tidur, pasca jaga malam, dan bersiap-siap jaga jam 13.00. Saat ke loteng
dan mengambil pakaian ganti, dari bawah aku dengar, “ada kebakaran, ada
kebakaran!!.” Masih linglung, melalui jendela loteng, aku lihat api dan asap
tebal mengepul dari rumah tetangga belakang. Jarak 3-4 rumah di belakang. Papa disampingku
mulai panik,”Nomor telpon ambulance berapa?! Telpon cepet.” “PMK pa, PMK! Tapi
aku lupa berapa nomornya.” (belakangan aku baru ingat :911 nomornya!)
Aku yang masih pakai setelan piyama dan jilbab
langsungan, segera turun dan menemui orang rumah yang mulai panik. “Dela,
selamatin surat-surat penting!!” sahut mama atau papa, aku tidak ingat lagi.
Yang terpikirkan olehku hanya mengeluarkan koper yang memang berisi semua
ijazah, sertifikat dkk. Orang-orang di salon langsung keluar, ada yang masih
bersabun rambutnya, ada yang belum selesai dipotong, semua pengertian dan
membantu barang-barang salon di angkat.
Mamaku yang
aku kira akan lemas dan mungkin pingsan justru paling bisa berpikir jernih. Ia
menyelamatkan semua alat-alat salon, apapun yang bisa dibawa keluar dibawanya
keluar. Pikir beliau, dimanapun
tempatnya asal ada alat yang terselamatkan, masih bisa kerja. I’m really proud of you, mom.
Aku yang
justru bingung, apa yang harus kukeluarkan dulu, jadi aku hanya menuruti kata
mama,” Dela, ambil baju di atas, dela ambil apa-apa yang penting, dela ambil
tas, sepatu, obat salon.” Anak SPG di rumah turut membantu, mba Ita perawat
dari Jenebora yang berencana merawat rambutnya ke salon, justru membantuku
membereskan barang di kamar, Pak Amat yang sudah kami anggap saudara sendiri
pun membantu. #Itulah indahnya punya saudara dan tetangga. Papa paling giat
mengangkuti barang-barang berat, televisi, kipas, apapun yang bisa dibawa
langsung dimasukkan semua ke mobil, dan mobil segera dipindahkan ke tempat
aman.
Koper,
Laptop, Printer, sudah keluar. Tidak tahu apa lagi yang harus dikeluarkan. Saat
aku ke loteng kedua kali, rumah dimana api berasal sudah ludes, api menyebar ke rumah
samping timur. Anginnya ke arah timur. Aku tidak tahu harus bersyukur atau
harus merasa apa.
12.45
Jam 13.00
jadwalku jaga. Aku harus segera telpon Ibnu Sina. Entah kemana hp ku,
diselamatkan orang dan ditaruh mobil yang sudah dipindahkan. Segera aku minta
hp papa. Beruntung, aku ingat telpon flexi Ibnu Sina berkat kata-kata mas Didik
yang masih melekat,”No flexi cantik, 7091900, aku yang tulis di telponnya itu.”
Don’t be panic dela, keep calm, just tell them “Belakang rumah kebakaran, tolong yang
disana gantikan jaga” itu yang ada di pikiranku, dan ternyata aku tidak bisa
sekalem itu.
“Halo Assalamu’alaikum..”suara dari
seberang telpon.
“Wa’alaikumussalam, mb Zia ya, ...”
Persis kukatakan seperti tadi, tapi dengan nada panik.
“Dokter bicara sama dr Deti langsung
ya.”
“Iya mba.” Telpon diberikan ke mba
Deti. Ku ulang permintaanku.
“Maaf mba, saya ga bisa gantiin, jam 1
saya harus jaga anak kecil di rumah.” Hmmff, lemas diriku.
“Ada dr.Vidya?”tanyaku kepada mba perawat
“Sebentar dr. Vidya masih pelayanan di poli,
nanti kita hubungi ya dok.”
PMK datang,
aku telpon lagi Ibnu Sina, syukurlah dr.Vidya yang angkat. Suara sirine PMK
membuat tambah panik. Aku tak bisa mendengar percakapan di telpon, hanya samar-samar.
“Dela.brbrbrb...aja...Di sini kita gantikan jaga...Brbrb” Langsung ku potong
cepat dengan monologku,”Ini PMK datang, sudah ga kedengaran lagi suaranya,
tolong digantikan ya, nanti kalau sudah tenang diusahakan kesana, makasi banyak
ya..”
13.05
Menunggu di
depan rumah, berdoa sambil melihat banyak mobil PMK bekerja. Satu PMK datang,
supirnya bingung karena ada orang yang meminta api dari belakang dulu
dipadamkan, yang lain minta bagian depan dipadamkan. Tiap orang memikirkan cara
bagaimana menyelamatkan miliknya dan barang didekatnya. Wajar.
Buku, buku. “Dela,
bukunya gimana?”sahut mama. “Sudah, bisa beli lagi.”,sahutku pasrah sebelum
usaha. Ada banyak buku di atas yang tak sempat aku turunkan. Semoga tidak
sampai mengenai buku, pintaku. Bila buku itu selamat, buku itu harus memberi
manfaat ke orang lain, niatku.
Tak kulihat
keberadaan papa. Bingung ku bilang ke mama,”Ma, papa masih di atas lho, ga tau
ngapain lagi..!!” Kita berdua teriak ke Pak Amat, “Suruh turun, mau apa lagi
itu di atas.” Sedikit heroik, aku berbicara ke pak Pemadam,”Pak, tolong suruh
turun, masih ada orang di dalam rumah itu.” Syukur, banyak pak tentara dan PMK
yang mengecek tiap rumah, memastikan tidak ada orang, memastikan tidak ada
tabung gas, ataupun listrik yang masih tercolok.
Aku terus
berdoa dalam hati. Ya Allah, selamatkan orang tua ku. Harta bisa dicari, but im not ready if i lose them now. I love
them, of course. But I dont know how i should express my feeling. Sosok
papaku sudah terlihat diluar rumah. Mama ada disampingku. That’s enough for now.
14.30
Api mulai
padam, asap mulai abu-abu tanpa asap hitam. Lalu beberapa saat kemudian, ada
lagi asap tebal hitam pekat. Ternyata masih ada api lagi timbul. Angin tetap
bertiup ke timur, rumah di bagian timur dari sumber api yang terbakar. PMK
bertindak lebih cepat. Tak lama, api benar-benar padam. Rumah dan tembok rapuh
segera dirubuhkan, agar tidak menimbulkan keresahan tetangga sebelah. Bila
tidak dirobohkan, bayangkan tiba-tiba saat malam, ada suara tembok runtuh di samping
rumah. >_<
15.00
Beberapa PMK
sudah meninggalkan TKP. Mulailah kami berkemas. Barang-barang kembali
dimasukkan. Barulah aku berkesempatan melihat hp. Empat bbm masuk, semua sama
menanyakan,”Kebakaran di Prapatan mana?” Langsung aku copas jawaban,”Yap,
kebakaran di belakang rumah, jarak 3 rumah. Jam 2 api padam, “ Jaga siangku
digantikan. Jadwal jaga malamku diliburkan. Bahkan ditawari untuk tukar jaga
pagi esok. Terima kasih, teman sejawat.
Melihat
kejadian yang begitu cepat ini, yang ada dalam pikiranku, what u think might be yours are not yours at all, its all Him.
Apapun yang kita punya, memang bukan milik kita, semuanya, termasuk diri ini.
Jangan pernah merasa sombong dan merasa bahwa diri kita hebat karena memiliki
sesuatu. Semua adalah titipan. Kita diuji bagaimana menggunakan apa yang
dititipkan ke kita.
Jangan
pernah merasa aman dari musibah. Menengok kembali ke belakang, keadaan kita
yang selamat dari musibah adalah karunia dariNya. Jangan sampai pula terselip
sombong pada kita saat Ia telah menyelamatkan kita dari musibah,”Aku selamat
karena usahaku.”
*ayat*jika
musibah berdoa, jika selamat berpaling
Tiga jam
yang cepat. Sekitar 7 rumah habis. Berapa belas KK yang kehilangan tempat
tinggal dan harta benda. Mengubah cara pandangku terhadap musibah
kebakaran,”Itu bisa terjadi padamu kapanpun, be prepared, and help the others”
Dan sedikit
tips yang terpikirkan olehku setelah kejadian ini :
1.
Selalu pikirkan jalur evakuasi.
2.
Tempatkan surat penting di satu tempat yang
mudah dicapai dan dipindahkan.
3.
Siapkan tas-tas besar di lemari untuk
mengevakuasi barang yang dibutuhkan.
4.
Sekiranya bisa, perbanyak
barang-barang/furniture yang beroda, agar mudah dipindahkan.
5.
Apa lagi ya? Banyak berdoa J
Epilog
Sepanjang
sore, mama menggodaku,”ih Dela pa, tadi bilang, papa mana ma. Nyari-nyari papa
dia. Sayang juga sama papa ternyata” “Ya iya lah, nanti siapa yang
nganter-nganter Dela. Hehehe.”aku ngeles. Mama, stop menggoda ku, You know, I love you both.
8 Maret 2014
0 komentar:
Post a Comment