Ini adalah tugas pertama kelas gemari pratama 6.
Sebelum berbenah, kita diminta untuk mengenali diri,
refleksi, dan jurnaling. Dengan mengenali diri, kita akan dapat memprediksi
hambatan apa yang akan terjadi saat berbenah. Di materi awal tentang tipe
clutterer saya adalah tipe perfectionist dan sentimentalist. Perfeksionis
itu tercermin saat ini, dimana saya menunda tugas hingga batas paling akhir
karena saya membuat peraturan dalam diri,”Saya ga akan kerjakan tugas sebelum saya
baca semua materi, dengar semua podcast, baca ebook dan menulis ringkasan dan
paham betul.” Dan inilah yang terjadi. Batas tugas hampir habis, saya belum
selesai, bahkan belum memulai membuat ringkasan, dan kalau saya tidak selesai
tugas sampai batas waktu jam 08.00 hari ini, akan masuk kelas bimbingan. O’o, bahaya,
karena dari pengalaman sebelumnya, jika saya sudah tertinggal jauh dari kelas, akan
semakin tertinggal karena peraturan,”Saya harus paham betul sebelum ke materi berikutnya,
saya harus mulai dari awal.”
Bismillah, saya kerjakan tugas pertama dulu ya, setelahnya
baru membuat ringkasan, hehe.
Mengenal diri saat berbenah, salah satunya dengan tes tipe clutterbug.
Di tes tersebut, saya termasuk cricket, namun saya kurang puas dengan hasil
tersebut dan merasa bahwa ada 3 kumbang lain dalam diri saya, saya membaca
seluruhnya. Dari cricket yang sesuai dengan saya adalah saya suka
tampilan minimal clutter, di atas lemari, rak harus rapi, minimal
tumpukan, atau kalau bisa bersih tanpa barang, akan lebih nyaman dihati. Saya juga
menyimpan banyak kertas, contoh sertifikat seminar saat kuliah,’yang mungkin
akan saya butuhkan nanti’ untuk CV, atau keperluan apapun itu yang belum saya
ketahui. Saya juga akan menunda membereskan, menunggu sampai ‘container rumah
barang’ ada, dan kalau sedang membereskan satu hal, saya akan gampang terdistraksi
untuk membereskan hal lain, sehingga waktu membereskan akan lebih lama. Saya
ingin membereskan dokumen, dan melabeli di cover folder dengan tulisan isinya
dengan rinci, yang akhirnya tidak dikerjakan juga sampai sekarang.
Musimku saat ini adalah musim berbalita, dan suami istri bekerja.
Saya adalah seorang dokter dengan jam dinas 08-15, dan jaga oncall 24 jam selama
1 minggu selang seling, praktek 4jam sore-malam. Untuk pekerjaan rumah, saya
dibantu mba ART yang sebentar lagi tidak dapat ke rumah setiap hari, hanya 2
hari seminggu. Anak saya yang akan berusia 4 tahun masih dirumah nenek, yang
rencananya akan kami PAUD-kan saat jam kami berdua bekerja. Ini adalah saat
yang sangat tepat untuk berbenah, agar tetap membuat saya waras saat saya
berdua suami harus berbagi mengerjakan pekerjaan rumah nantinya. Di rumah, mainan
anak dan buku sering berhambur saat jam main anak, dan sering dibantu bereskan
oleh mba. Namun ketika saya berkesempatan, saya akan membereskan ulang dan
menata sesuai ‘tempat’nya. Tapi saya belum menemukan metode yang tepat agar terlihat
rapi dan tetap fungsional. Saya sering merasa lelah dan akhirnya menyalahkan
pekerjaan saya, namun juga sadar bahwa itu hanya alasan. Jika saya dapat menyelesaikan
masalah pembagian waktu dan prioritas saya, seharusnya saya bisa.
Mindset yang ingin ditumbuhkan yang jelas adalah growth mindset,
mindset bertumbuh. Sebenarnya saya sudah beberapa kali mendapati hal tersebut
dari diri saya. Saya dapat bertumbuh. Dalam hal memasak, awalnya tidak bisa dan
enggan untuk memulai. Namun karena ada momen tidak ada mba ART dan saya bosan
beli makanan, akhirnya saya manut pada resep youtube dan voila! Rasanya
approved by suami sih, kadang juga anak suka. Jadi ada perasaan dalam diri bahwa,
insyaAllah bisa, asal mau belajar.
Mama saya adalah orang yang sangat rapi, semua perabotan
rumah, lipatan baju tersusun rapi, namun kenapa tidak menurun ke anaknya ya? Hehe,
ini adalah alasan. Berbenah rumah agar menjadi rapi, bukan ‘penyakit’ menurun. Wiring
tentang kerapian sudah ada, saya hanya perlu menemukan metode yang tepat, saya
insyaAllah bisa. Mindset yang ingin saya tumbuhkan adalah mindset bahwa
kerapian itu bisa dicapai. Berbenah bisa dilakukan oleh semua orang, asal mau
dan tahu ilmunya.
Prioritas hidup saat ini, adalah anak, kesehatan diri, belajar,
dan tak lupa kewajiban berbakti pada suami. Banyak hal yang saya inginkan,
namun terlalu banyak sehingga hampir keseluruhan malah tidak terkerjakan. Terlalu
banyak komitmen, yang tidak mampu saya lakukan semua. Oke, saya harus bisa fokus
ke hal yang benar-benar penting menurut saya. Anak balita saya, saya perlu membersamai
tumbuh kembangnya, mengajarinya adab. Kesehatan diri, saya perlu menjadi lebih
fit, agar dapat mengerjakan aktivitas dengan lebih semangat. Saya perlu mengambil
alih kegiatan memasak dan belajar untuk memulai pola hidup sehat. Belajar,
wajib karena tanpa belajar rasanya otak kosong, hati hampa. Kewajiban berbakti
kepada suami jelas harus menjadi prioritas, menjadikan rumah tempat kembali yang
nyaman adalah salah satunya.
0 komentar:
Post a Comment