Awalnya aku tertarik mengikuti pelatihan ini setelah
beberapa kali mendengar iklannya di radio IDC FM. Diajarkan teknik cepat
menghafal Al-Qur’an 1 juz/bulan, dapat menghafal secara acak, mundur. Wow!
Menggiurkan sekali tawarannya, secara 25 tahunku berlalu tanpa khatam hafalan
juz 30. Akhirnya aku bulatkan niat untuk ikut pelatihan ini, investasi 800 rb
rupiah untuk 2 hari (seharusnya pelatihan 3 hari 975 ribu, namun jumat tidak
memungkinkan hadir karena pekerjaan) insyaAllah sebanding dengan manfaatnya (sedikit
merasa bersalah kalau merasa mahal, secara pelatihan kedokteran pun standar 2-3
hari di kisaran 2-3.5 juta, cukup nyekek dompet!).
Dari investasi ini kita dapat full day training, jam 08-17, materi tentang 10 rahasia menghafal
al-Qur’an, sesi training menghafal cepat 2 surat pilihan (at Takwir dan al
Qiyamah), buku my Q map (my Quran map) juz 30. Panitia dari Islamic Global
School juga menyiapkan berbagai doorprice
, untuk penjawab soal, pemenang kuis, serta pendaftar awal. Oiya, informasi tak
kalah penting, training diisi oleh bu Hj. Dhini Widyawati, MNLP ,CH., CHt. CI - Master of Practitioner of NLP, Mind Mapping - Fonder and Master Trainer My Q-Map dan ustadz Ambya Abu Fathin , Author, Master Trainer, Director of Metode Al-Bana
Sabtu pagi jam 08.00 aku berangkat ke hotel Zurich dan
mengambil tempat duduk paling depan, biar malu sendiri kalau sampai mengantuk.
Materi tentang 10 rahasia menghafal al-Qur’an dilanjutkan poin ke 7-10, sedang
poin 1-6 sudah diberikan sehari yang lalu. Apa saja poinnya? Hmm, boleh
dibocorin ga ya? Hehe. InsyaAllah untuk kebaikan ga pa ya?
Yang paling pertama adalah tujuan. Tanyakan pada diri sendiri : Apa tujuan menghafal
al-Qur’an? Luruskan niat sejak awal. Yang kedua adalah makna. Akan jauh lebih mudah menghafal sesuatu yang kita paham,
oleh karena itu awali hafalan al-Qur’an dengan mengetahui arti/maknanya
terlebih dahulu. Selanjutnya adalah hubungan,
atau cantolan hafalan. Kita perlu menggunakan/menstimulasi banyak indra kita,
mengikat hafalan dengan gambar, menulis kata kunci, mengeraskan suara ketika
menghafal. Rahasia lainnya? Boleh ditanya lebih lanjut ke trainer ^^ (atau ke
penulis, dengan senang hati berbagi)
Yang berbeda dengan pelatihan lainnya, kita mendapatkan
visualisasi dari surat yang kita hafal, saat hafalan surat at-Takwir kita
diperlihatkan video tentang gambaran meteor menabrak bumi, membuat gunung
terlepas dan seakan berjalan, laut mendidih dan kering. Terasa sangat nyata,
jadi membayangkan bagaimana reaksi sahabat saat mendengar Rasulullah membacakan
ayat ini, pasti terguncang dan takut akan gambaran Kiamat ini. Visualisasi,
gambar kunci, kata kunci, suara keras, semua akan saling mendukung untuk
menguatkan hafalan
Hari kedua lebih menguras emosi, diawali dengan saling
mendoakan teman yang ada di ruang tersebut, “Semoga dimudahkan menjadi
penghafal Qur’an, dan dapat menshalihkan keluarga. Semoga kita dikumpulkan di
syurga nanti, dan cari aku ya ketika tak ada, selamatkan dari neraka menuju syurga..”
Tetesan air mata pun tak bisa dibendung, bahkan oleh penulis yang apatis dan
susah mengungkapkan emosi ini. Setelahnya dilanjutkan sedikit materi tentang
cara mengontrol emosi, menyetel suasana hati ketika akan menghafal. Training
hafalan surat yang kedua yakni al Qiyamah dimulai setelah itu.
Sesi ini tidak aku ikuti karena diminta untuk memberi
testimoni tentang training ini di acara talkshow yang disiarkan radio IDC FM
masjid Istiqomah. Satu kata dari bu Dhini yang aku bagikan pada pendengar, yang
juga merupakan pukulan keras bagiku,”Ujian terberat bagi penghafal qur’an ini
adalah berhenti menghafal karena takut diuji.” Ya, bahkan sebelum menjadi
penghafal pun perasaan takut diuji itu sudah muncul. Oleh karena itu, perlu
sekali setelah pelatihan, ada komunitas yang bisa saling menguatkan.
Sedikit cerita dari bu Dhini, beliau mulai mengembangkan my
Q map dalam setahun terakhir dan berhasil menyelesaikan 6-7 juz, kemudian
proses itu terkendala. Mata kiri beliau, mengalami ablatio retina (retina
terlepas dari perlekatannya di bola mata disebabkan—salah satunya—minus tinggi)
dan telah dioperasi 3 kali. Itulah sedikit ujian yang beliau ceritakan, dengan
satu energi penyemangat,”Ya Allah, kalau memang ini yang perlu dijalani untuk
menjadi ahlul Qur’an dan menjadi keluargamu di dunia, saya ikhlas.”
MasyaAllah..
Sekarang di rumah beliau, ada pondok tahfidz dimana bermukim
15 orang penghafal al-Qur’an dan lebih dari 100 yang nonmukim. Beliau juga
menerima permintaan training di berbagai wilayah di Indonesia, murni untuk
jariyah, biaya yang dichargekan pada
peserta adalah untuk kepentingan akomodasi trainer dan cetak buku. Bagaimana
dengan operasional pondok? InsyaAllah semua ada jalannya, Allah menitipkan 15
penghafal al-Qur’an, maka Allah pula lah yang menjaga dan menjamin rezeki
mereka. Begitulah keyakinan orang yang dalam dadanya telah tercelup al-Qur’an.
Di pelatihan ini, aku dapat satu keluarga yang ikut, mulai
dari ayah dan 2 anaknya (wow). Membayangkan tidak sedikit yang perlu
dikeluarkan, tapi mereka pasti yakin akan ganti yang lebih baik dari Allah. Ada
pula mba Amelia dari Bontang, teman sebangku-ku hari Sabtu. Saat kutanya,”Mba
jauh-jauh dari Bontang demi pelatihan ini? Nginap hotel? Biaya travel? ” dengan
entengnya ia menjawab,”Daripada pelatihan di Jawa?” Wah, masya Allah para
pemburu ilmu Allah ini, menciut aku dihadapan mereka.
Satu doa terakhirku, setelah mengikuti pelatihan dan setelah
menulis artikel ini,”ya Allah, dekatkan aku dengan orang-orang shalih ini,
walaupun diri belum menjadi sebaik mereka, minimal cipratan ridho-Mu terhadap
mereka dapat kucicipi.”